Mentari sudah menampakkan sinarnya di langit Amsterdam. Dan terlihat jaemin dan renjun yang masih bergelung dalam selimut mereka. Bahkan renjun yang merasa terganggu dengan cahaya matahari langsung mengusak dan menyembunyikan wajahnya pada ceruk leher jaemin lalu kembali tertidur. Jaemin yang merasakan pergerakan juga nafas yang menerpa ceruk lehernya membuka matanya dan melihat jam yang telah menunjukkan pukul 08:00 laku diapun melihat suami mungilnya masih tertidur bahkan memeluknya dengan erat membuat jaemin tersenyum bahagia karena setelah tiga tahun menikah dengan renjun akhirnya dia merasakan apa arti menikah yang sebenarnya.
Saat tengah asyik mengelus kepala suami mungilnya itu, ponsel jaeminpun berbunyi dan tertera nama salah satu kliennya, Choi yeonjun.
"Hallo tuan Choi? Ada yang bisa saya bantu pagi-pagi begini?" Ucap jaemin pelan sembari terus mengelus kepala renjun agar renjun tidak terganggu dan terbangun karena sepertinya dia sangat kelelahan.
"Begini tuan Na. Saya dan suami saya akan berkunjung ke kediaman anda. Apa bisa? Masalahnya suami saya sedang mengandung saya takut jika harus melakukan rapat di kantor. Karena suami saya sangat lengket dengan saya saat ini."
"Baiklah. Saya mengerti. Kita bisa bertemu dua jam lagi. Nanti saya kirimkan alamat saya."
"Baik tuan Na. Selamat pagi."
Setelah telpon itu berakhir, jaeminpun merasakan renjun yang menggeliat dan membuka mata yang penuh dengan bintang itu lalu mengerjapkannya pelan hingga terkesan sangat lucu sekali hingga dia tersenyum dengan sangat lebar.
"Pagi injunie sayang."
"Pagi Nana." Ucap renjun tersenyum dengan pias merah pada pipi chubby nya itu karena sangat malu.
Cup.
Renjun membulatkan matanya tidak mengerti karena jaemin mengecup bibirnya.
"Morning kiss injunie." Ucap jaemin tersenyum dan renjun hanya menganggukkan kepalanya tanda dia mengerti.
"Ingin mandi duluan atau Nana yang duluan?" Ucap jaemin tersenyum.
"Nana saja. Injunie akan menyiapkan pakaian Nana. Apa Nana akan ke kantor?" Ucap renjun yang telah duduk diatas tempat tidur begitu pula dengan jaemin.
"Tidak. Jadi, baju yang biasa saja. Oke?" Ucap jaemin sembari mengelus kepala renjun.
"Hmm." Ucap renjun menganggukkan kepalanya lalu jaeminpun beranjak dari tempat tidur dan masuk kedalam toilet sedangkan renjun mulai membersihkan tempat tidur mereka lalu membuka lemari dan memilihkan baju untuk jaemin juga baju yang akan dia pakai. Dia menyesuaikan warna baju mereka berdua.
Tak lama setelah itu, jaemin keluar dengan hanya handuk yang melilit pinggangnya tempat dimana area privasinya berada. Renjun sontak saja langsung menunduk dan menyerahkan pakaian jaemin.
"Ini Nana. Kau bisa langsung memakainya." Ucap renjun dan itu sangat menggemaskan dimata jaemin hingga dia tersenyum dan diapun langsung mengambilnya lalu masuk ke toilet. Saat itu renjun baru bisa bernafas lega karena suaminya itu sudah masuk kembali ke dalam toilet.
Tak lama setelah itu, jaemin keluar dengan pakaian yang dipilihkan oleh renjun dan renjunpun langsung masuk dan membawa pakaiannya kedalam toilet. Bertepatan saat itu, pintu kamar jaeminpun di ketuk.
Ceklek.
Jaemin melihat mingyu yang berada di depan pintu kamarnya itu.
"Ada apa mingyu?"
"Maaf tuan Na. Saya mendapatkan telpon dari tuan Lee. Kalau tuan Lee akan berkunjung kemari."
"Tuan Lee? Maksudmu?"
"Lee Jeno. Tuan." Ucap mingyu.
"Aaa, baiklah. Kau bisa kembali." Ucap jaemin dan Mingyu langsung membungkuk lalu pergi sedangkan jaemin menutup kembali pintu kamarnya dan berpikir kenapa jeno sang kembaran malah mengunjunginya. Bukankah itu sangat berbahaya bagi mereka semua nantinya?
Tepat saat itu, renjun keluar dengan pakaian lengkapnya lalu melihat jaemin yang melamun.
"Ada apa Nana?" Ucap renjun bingung.
"Tidak. Bukan apa-apa." Ucap jaemin tersenyum dan renjun hanya menganggukkan kepalanya lalu diapun duduk dimeja rias untuk memakai sedikit polesan pada wajahnya dan memakai pelembab bibir pada bibirnya. Hingga dia dikagetkan dengan tangan jaemin yang melingkar pada lehernya.
"Kau sangat wangi sekali. Aku suka aromamu sayang." Ucap jaemin sembari mengendus ceruk leher renjun.
"Geli Nana." Ucap renjun.
"Mian. Kau sangat cantik." Ucap jaemin yang menumpuhkan kepalanya pada bahu kanan renjun.
"Aku tampan Nana." Kesal renjun dengan bibir yang dimajukan.
"Baiklah suami Na Jaemin yang tampan. Sudah kan?" Ucap jaemin tersenyum.
"Hmm." Ucap renjun tersenyum dan mengangguk sembari memegang tangan jaemin yang sekarang berada di perut ratanya.
"Aku akan selalu bersama denganmu Na Renjun. Aku janji." Ucap jaemin.
"Hmm. Aku percaya padamu Na Jaemin." Ucap renjun.
¥¥¥
Up nih reader-nim😁
Gimana suka gak sama kelanjutannya?🙄
Semoga suka ya😁
Jangan lupa votement nya ya😁
Jangan lupa jaga kesehatan😁
We love you💚😍😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucid Dream (Jaemren)
Fanfictionlangsung baca aja ya, bingung mau kasih deskripsi apa😁 bxb boyslove homopobic mpreg! hanya fiksi belaka