"bagian 6"

1.4K 135 5
                                    





Dejun keluar dari kamar renjun agar renjun bisa beristirahat dengan tenang. Lalu diapun melihat kedua adiknya dan ketiga adik sepupunya juga yang lainnya tengah berada di ruang tengah mansion itu.

"Lele? Taro? Hina? Hito? Asahi? Apa sudah tau kabar semuanya?" Ucap dejun dan hanya gelengan yang diterima sebagai jawaban mereka. Dejun menghela nafas beratnya lalu duduk dan memegang kepalanya yang terasa sangat berat sekali.

"Bagaimana keadaan renjun ge?" Ucap hina.

"Usahakan untuk terus membawanya berbicara saat sadara nanti. Kondisi ini sama dengan saat dia berumur 5 tahun." Ucap dejun.

"Apa seburuk itu hyung?" Ucap taro yang tau bagaimana kondisi renjun saat itu.

"Hmm." Angguk dejun.

"Lagian kenapa harus saat seperti ini? Bagaimana kalau terjadi sesuatu dengan Mark?" Cemas yeri sembari meneteskan airmatanya. Mendengar hal itu, Haechan sangat merasakan sakit dihatinya karena dia yakin kalau Yeri sangat mencintai Mark begitu pula sebaliknya. Tapi, dia tetap tidak bisa menerima semuanya. Ditambah sekarang dengan teganya ayah, ibu dan kakaknya meninggalkannya dengan adiknya.

"Hyung. Mommy dan Daddy akan baik-baik saja bukan?" Ucap jisung penuh harap pada Haechan sembari menatap kakaknya itu. Tapi, Haechan hanya diam saja karena dia juga tidak tau harus mengatakan apa pada adiknya itu.

"Hyung. Kenapa kau diam saja?!" Ucap jisung sembari menggoyangkan tangan Haechan.

"Aku tidak tau Seo Jisung! Aku tidak tahu! Apa itu menjawab pertanyaan mu! Aku akan keluar." Ucap Haechan lalu pergi dengan airmata yang mengalir pada matanya.

"Jisung. Jangan membuat Haechan banyak berpikir. Kasihan dia, kau harus tau mungkin dia yang paling mencemaskan orangtua dan Hyung kalian." Ucap dejun dan jisung hanya diam saja karena dia juga tidak bisa berbohong kalau dia sangat takut terjadi sesuatu pada orangtuanya dan hyungnya.

"Aku akan keluar. Aku akan coba berbicara dengannya. Kau tenang saja jisung." Ucap jeno lalu pergi menyusul Haechan. Karena jeno tau dia pasti lebih sedih, sakit dan cemas. Dia tau betapa rapuhnya Haechan.

"Oppa? Ayah dan bunda pasti akan kembali dengan selamat bukan?" Ucap winter yang masih berada dipelukan Yangyang. Dan Yangyang hanya mengelus kepala adiknya itu agar tetap tenang dan berhenti menangis sembari menenangkan dirinya sendiri. Karena sekarang adiknya adalah tanggung jawab yang orangtuanya berikan.

"Sungchan? Kau baik-baik saja?" Ucap taro melihat sungchan yang hanya diam saja.

"Bohong jika aku mengatakan aku baik-baik saja hyung " Ucap sungchan.
Dan taro hanya diam karena dia tahu mungkin sungchan sedang menenangkan dirinya sendiri.

"Hyung hikss..." Jaemin langsung melihat adik bungsunya yang kembali menangis dan diapun langsung memeluk adiknya. Walaupun jaemin sangat terkenal sebagai robot tapi dia sangat menyayangi adiknya itu.

"Tenang saja beomgyu. Mommy sama Daddy akan baik-baik saja. Percaya pada Hyung." Ucap jaemin sembari mengelus kepala adiknya itu.

Dan beomgyu hanya menangis pada pelukan hyungnya itu.

































________________


















Jeno melihat Haechan yang menangis sendirian sembari menatap kosong pada halaman mansion besar itu. Dia memang sedih dan cemas dengan orangtuanya dan hyungnya tapi Haechan lebih penting karena pria itu tidak sekuat yang terlihat di permukaan.

"Menangis lah Haechan. Tumpahkan semuanya. Dengan begitu kau akan tenang." Ucap jeno yang berdiri disebelahnya. Haechan sontak saja melihat jeno lalu diapun kembali melihat kedepan dengan tatapan kosongnya.

Lalu haechanpun menghapus airmatanya yang terus mengalir dari matanya tanpa bisa di kontrol olehnya sama sekali.

"Kenapa kau keluar juga jeno?" Ucap Haechan dengan suara serak khas orang baru saja selesai menangis.

"Karena kau membuatku cemas." Ucap jeno dan sontak saja Haechan langsung melihat kearah jeno dengan tatapan bingungnya. Jeno tanpa pikir panjang langsung membawa Haechan kedalam pelukannya yang benar-benar sangat hangat nyaman itulah yang dirasakan oleh Haechan dan jangan lupakan usapan pada punggungnya itu.

"Menangis lah Haechan. Karena aku tau kau sangat cemas, sedih dan sakit. Semuanya juga merasakan hal yang sama Haechan. Jadi tumpahkan segalanya agar kau merasa lebih ringan dan lega." Ucap jeno dan ntah kenapa Haechan menangis begitu saja menumpahkan segalanya pada jeno. Sedangkan jeno hanya mengelus punggung Haechan, orang yang berhasil mengambil alih hatinya dan menangis dalam diam karena jeno tidak ingin pura-pura kalau dia kuat dengan semua ini. Semua kejadian yang terlalu tiba-tiba baginya juga mereka semua.



















Renjun terbangun dari tidurnya dan diapun menangis dalam diam perasaanya tercampur aduk hingga dia saja tidak mengerti apa yang sedang dia rasakan saat ini.

Ceklek.

Pintu kamar terbuka dan renjun hanya melihat gegenya masuk dengan wajah tersenyum dan ekspresi yang mengatakan kalau semuanya akan baik-baik saja. Tapi, renjun hanya diam saja dengan pandangan kosong dan airmata yang terus mengalir dari mata serupa rubah miliknya itu.

Dejun mendekat lalu duduk dihadapan adiknya itu dan menghapus airmata dari mata serupa rubah itu.

"Injunie? Dengarkan Gege ya, semuanya akan baik-baik saja." Ucap dejun tapi renjun tetap tidak bergeming sama sekali.

"Renjun? Ayo kita keluar sayang. Kau butuh udara segar. Ah, kau akan lebih baik ikut dengan Gege keluar. Agar kita lebih santai." Ucap dejun dan diapun memegang tangan adiknya itu agar mengikutinya. Renjun hanya mengikutinya tanpa berniat bicara apapun dengan pandangan mata yang tetap kosong.

Semuanya termasuk nohyuck yang sudah masuk kembali ke dalam langsung melihat renjun yang turun dengan dejun tapi pandangan mata pria mungil itu hanya kosong. Jaemin yang melihat hal itu merasa sangat aneh pada hatinya melihat pria mungil itu hanya diam dengan pandangan yang sangat kosong.

"Renjun ge? Apa kau ingin makan sesuatu?" Ucap taro yang harus lebih kuat agar dejun tidak sendirian dan cemas sendiri. Tapi renjun hanya diam saja tanpa berniat menjawab apapun.

"Gege? Kau ingin berjalan-jalan?" Ucap chenle yang telah berjongkok dihadapan gegenya itu tapi tetap saja reaksinya hanya diam dan tidak membalas apapun. Mereka semua kaget melihat keadaan renjun kecuali keluarga Nakamoto itu.

"Jadi? Ini keadaan renjun saat itu hyung?" Ucap Yangyang kaget dan dejun hanya menganggukkan kepalanya. Semuanya nampak kaget dan merasa iba pada renjun.

Jaemin tanpa pikir panjang langsung mendekat dan berjongkok dihadapan renjun lalu memegang kedua tangan yang lebih kecil dan lembut itu.

Renjun hanya menatap jaemin tepat dimata serupa rusa itu.

"Semuanya akan baik-baik saja renjun. Mereka semua akan baik-baik saja. Menangis lah agar kau lebih baik setelahnya dan merasa lebih lega." Ucap jaemin dan bagaikan sihir renjun langsung menangis hingga jaemin tanpa pikir panjang langsung membawa tubuh mungil itu kedalam dekapan hangatnya. Sementara semuanya masih kaget dengan sikap jaemin yang soft pada renjun secara tiba-tiba dan parahnya mereka baru bertemu kemarin begitu pula yang lainnya.

Dejun merasa ini lebih baik. Setidaknya adiknya itu masih mau berinteraksi walaupun bukan dengannya. Setidaknya itu jauh lebih baik dari pada tidak sama sekali. Dia berharap jaemin bisa membantu renjun keluar dari dunia kelamnya itu.
















































¥¥¥























Up nih reader-nim😁
Gimana suka gak sama kelanjutannya?🙄
Semoga suka ya😁
Maaf up nya kelamaan ya😁
Jangan lupa votement nya ya😁
Jangan lupa jaga kesehatan😁
We love you💚😍😘

Lucid Dream (Jaemren)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang