Happy reading semua ❤️
11|Perlakuan
Gio menatap pintu kayu di hadapannya lalu menatap jam di pergelangan tangan, "Dek udah bangun? Mama suruh turun buat sarapan"
"Iya bang sebentar" ucap Shreya dari dalam kamar.
Ya, Shreya sudah dirumah semalam, selang beberapa jam setelah Fernand dan yang lain pulang, sebenarnya dokter meminta agar Shreya dirawat sekitar 2 hari, tapi ia kekeh untuk pulang, mau tidak mau kelima Abang nya menuruti dan mengantar nya pulang.
Tapi setibanya dirumah mereka mendapatkan ceramah panjang kali lebar dari Vanya, berakhirlah Zidan dkk menginap disini karena hari sudah semakin gelap.
Setelah dirasa penampilan nya cukup Shreya lalu mengambil tas dan segera turun menuju meja makan, walaupun penampilan Shreya jauh dari kata rapi, baju dikeluarkan, gelang hitam sekitar 6 di tangan kanan, jam hitam di tangan kiri, kalung hitam dengan liontin bulan silver bertengger cantik di lehernya.
Karena sekarang hari Kamis pakaian siswa siswi WIS adalah hitam perbedaannya hanya pada dasi dan bawahan, Jika siswi berwarna pink, maka siswa berwarna coklat.
Shreya berjalan menuruni tangga di ikuti Gio yang sedang memainkan ramput panjang Shreya, di meja makan mereka semua sudah memulai acara makannya.
Shreya menarik kursi disamping Vanya "Bang Zidan mana?" Shreya bertanya ketika tidak melihat sosok Zidan tidak ada ditempat.
"Abang ada proyek penting di jogja, jadi harus persiapan di kantor" jelas Arya sambil mencuci piring kotor, dan di balas anggukan dari Shreya.
"Ma bang Shreya berangkat sekolah dulu ya" ia lalu Salim dengan Vanya dan ke empat abangnya.
"Barengan" setelah itu yoga salim dan berangkat menggunakan motor nya dengan Shreya dibelakang.
"Seriusan udah baikan? Tangan lo masih sakit gak?" Yoga melirik dari spion.
"Udah enggak, gini doang elah" ujarnya santai sambil menyenderkan kepalanya di punggung yoga.
Yoga memutar bola matanya jengah, Shreya selalu seperti itu tidak pernah perduli dengan sakit yang ia alami, yoga sempat berpikir apakah Shreya punya penyakit yang tidak bisa merasakan sakit ?
Yoga menghentikan motornya di depan gerbang WIS, Shreya turun dan menyalami tangan yoga, yah walaupun yoga hanya terpaut satu tahun lebih tua darinya.
Hal itu tidak lepas dari pandangan enam orang yang sedang nongkrong di dekat pos satpam, walaupun satu orang tidak melihat terlalu jelas.
"Itu pacarnya?" Tanya Axel menatap keakraban Shreya Dangan pria tadi.
"Bukan, dia ab- dia temennya" Fandi meralat ucapannya, entah kenapa ia tidak rela jika Shreya menganggap kelima anak panti itu sebagai Abang. Ada rasa iri yang sulit di jelaskan, ingin sekali dirinya memeluk Shreya dan mengatakan jika ia adalah kakaknya, walaupun ia baru mengetahuinya kemarin, tapi rasa nyaman ketika pertama kali bertemu dengan Shreya tidak bisa di anggap sepele.
Shreya jalan melewati mereka, tapi di pertengahan jalan matanya menyipit ketika melihat 3 orang berlari kencang ke arahnya bahkan sesekali mereka salto agar cepat sampai, tapi ia kalah cepat saat ingin kabur kerah bajunya di tarik.
"KAMPRET LO BABI!! LEPAS GAK ANJING!" teriaknya tidak perduli jika mereka sekarang sedang ditatap banyak orang bahkan yoga yang sedang bersiap pergi hanya terkekeh geli.
"LO YANG KENAPA?! BISA BISANYA NGELAWAN PERAMPOK SENDIRIAN, INI LAGI SAMPAI KENA TEM-AAKKHHH" Shreya langsung meraup wajah Zoya kesal.
"Lo seriusan gak papa, harusnya libur aja dulu" Felice terus membolak balik kan tangan Shreya yang dibaluti perban, ia meringis menatap luka itu.
"Gue baik - baik aja elah, begini doa- MONYET ANJING BABI BANGSATTTTT" teriaknya saat rambut di kepalanya dijambak roleyn dari belakang.
" Lo banyak omong, kena tembak Lo bilang begini doang?! Kepala Lo yang segitu doang gue tembak!" Ujarnya kesal melihat Shreya yang sok polos dihadapan nya.
Shreya memutar bola matanya malas, kenapa mereka lebay sekali " Bacot banget " setelah itu Shreya pergi meninggalkan teman - temannya yang berteriak seperti orang gila di depan gerbang.
"Hah Shreya kena tembak?" Tanya Surya yang sedari tadi menyaksikan pertengkaran Shreya dkk.
"Hm, kemarin waktu ada acara makan malem di restoran" bukan Fandi bahkan Sandi yang menjawab tapi Matheo yang sedari tadi diam di bawah pohon.
"Dari mana Lo tau?" Tanya Surya.
"Bonyok gue cerita kemarin" setelah berkata seperti itu ia langsung pergi meninggalkan ke lima sahabatnya.
"Mangkanya kemarin disuruh ikut kagak mau! Ketinggalan hot news kan lo" Axel berjalan mengikuti matheo.
"Yeee si tuyul, gue kemarin kan lagi sibuk" sanggah Surya sambil ikut mengekori.
"Sibuk apaan, clubbing gitu" sekarang Adi yang ikut ikutan.
Sebenarnya mereka semua ada di restoran tersebut, kecuali Surya dan matheo.
****
"Shreya ada yang nyari!" Teriak Saskia, ketua kelas 11 IPA 3 dari pintu masuk.
Shreya beranjak dari tempat duduknya, tapi ia urungkan dan segera pergi, tapi ia kalah cepat ketika tangannya di cekal lalu ditarik entah kemana, tapi bedanya ia sama sekali tidak melawan. Lebih tepatnya percuma.
Ia di duduk kan di halaman belakang sekolah yang jarang di datangi.
Pria tadi langsung menaikkan lengan baju Shreya dan meraba luka yang dibaluti perban.
"Kenapa?" Shreya menaikkan satu alisnya bingung.
"Kenapa sampai luka?" Ucap nya datar tapi terdengar jelas jika ia sedang khawatir.
"Emang kenapa? Bukan urusan Lo juga" matheo memutar bola matanya malas,ia langsung melepaskan tangan Shreya kasar.
Shreya menjerit "ANJING SAKIT"
"Sok Sokan bilang segini doang, heh..." tak urung matheo mengelus pelan perban tadi, dan perlakuannya tadi tak lepas dari penglihatan Shreya.
"Lo kenapa narik gue kesini deh, bentar lagi bel masuk" sampai sekarang ia tak tau alasan kenapa matheo menariknya kesini tiba tiba, dan perlakuan tadi? Shreya juga perempuan biasa, yang diperlakukan seperti tadi juga sedikit baper. Ingat sedikit!
"Gak kenapa cuman mau ngecek luka Lo doang" matheo menengadah kaca mata hitam yang selalu ia pakai dilepas dan ia gantung di baju kaos hitamnya.
Shreya mendengus,"Halah gak penting banget, gue cabut!" tapi saat akan berdiri tangannya sudah di cekal dan di tarik mendekat.
"Kapan Lo inget sha?"
****
Kadang susah menjelaskan
apa yang sedang dirasakan19 Maret 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
SHREYA
Teen FictionShreya Tanisha, nama perempuan yang tak tau arah takdirnya, sedikit demi sedikit secercah harapan muncul, pertemuan dengan keluarga lengkapnya yang masih membuatnya tak mengenal arti kata keluarga. Hanya ada Mama nya seorang, tak ada yang lain. Teta...