Happy Reading Semua!
22|Tatapan kecewa
Shreya sudah sampai dirumah pada pukul tujuh malam. Kakinya melangkah melewati air mancur yang ada di tengah halaman mansion sebagai pembatas pintu gerbang dan pintu masuk utama. Tadi Matheo menawarkan untuk mengantar sampai dalam tapi ditolak Shreya.
Di arah barat ia melihat sebuah gazebo yang dikelilingi tanaman dan kolam ikan, dengan tempat duduk seperti sofa dan meja mini di tengah.
Semenjak pindah kesini ia memang belum pernah berkeliling diluar mansion. Shreya berjalan ke arah gazebo sambil melepas jaket varsity hitam milik Matheo.
Iya jaket Varsity yang selalu dipakai Matheo yang membedakannya dengan anak-anak Deimos. Jika Matheo selalu menggunakan jaket Varsity hitam dengan huruf MT pada dada sebelah kiri. Berbeda dengan jaket kulit Deimos dengan lambang burung Phoenix di punggungnya.
Tadi ketika selesai makan hujan turun dan membuat baju yang dipakai Shreya basah, oleh karena itu Matheo meminjamkan jaketnya, padahal sudah ditolak Shreya.
Shreya melepas sepatu dan merebahkan tubuhnya di atas sofa berwarna abu terang. Ia mengambil ponsel didalam tas dan ternyata ada puluhan telepon dari kakak-kakaknya. Jangan lupakan di urutan teratas ada Matheo yang menghubungi nya.
"Halo"
"Halo thanks udah anterin gue"
"Iya semoga mama Lo suka"
"Pasti suka soalnya pilihan calon menantu"
Pipi Shreya terasa panas dan seperti ada kupu-kupu didalam perutnya.
"OGAH!"
"Halah ogah gitu Lo demen kan?, udah ah gue mau mandi, Lo jangan lupa istirahat, gue udah kasi tau Fandi sama Sandi kalau tadi Lo pergi sama gue"
"Iya"
"Yaudah matiin sambungannya"
Shreya termenung sejenak, ia merasa dekat dengan Matheo tapi seingatnya hanya sekali bertemu itupun kejadian yang tidak ingin ia ingat.
Dan terakhir di sekolah barunya, tapi kenapa perlakuan Matheo seperti itu, apakah Matheo menyukainya? Secepat itu?
Pusing memikirkannya Shreya memutuskan untuk pergi ke dalam untuk mandi dan mengerjakan tugas.
Saat ia membuka pintu, secara tiba-tiba seseorang mendorong nya hingga membentur gagang pintu membuat lengannya nyeri dan itu tepat di luka tembakan beberapa hari yang lalu.
Ia meringis dan menyentuh lengannya terlihat bercak darah yang keluar. Shreya tidak bohong ini sangat sakit dari pada saat ditembak.
Ia menatap tajam orang yang sudah mendorongnya. Benar saja disana berdiri tegap Violet dengan leher dan tangan yang memerah. Shreya menyunggingkan senyum miring, merasa puas dengan hasil racikan yang dibuat kemarin.
"KAMU KAN YANG NGELAKUIN INI?"
Teriak Violet emosinya memuncak, ia baru datang dari dokter kulit dan mengatakan ini bukan karena infeksi pada parfum yang digunakan tapi ada kandungan daun gatal."Wes santai dulu dong, kalem gitu loh" sahut Shreya kelewatan santai walaupun sekuat tenaga menahan sakit di lengannya.
"Halah emang dari awal udah liar ya gini, sekarang gimana badan saya merah-merah dan ini pasti ulah kamu kan?!"
"Kalau saya kenapa? Asal Tante tau ya saya itu tipikal orang kalau gak di senggol duluan gak bakalan buat masalah, sekarang saya balik nanya, kemarin Tante kan yang nyari masalah sama mama saya?" Ujar Shreya ia begitu kesal dengan orang di depannya, untung masih pakai daun gatal bukan daun beracun.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHREYA
Teen FictionShreya Tanisha, nama perempuan yang tak tau arah takdirnya, sedikit demi sedikit secercah harapan muncul, pertemuan dengan keluarga lengkapnya yang masih membuatnya tak mengenal arti kata keluarga. Hanya ada Mama nya seorang, tak ada yang lain. Teta...