13

41 4 0
                                    

Happy reading semua ❤️

13|Putri papa tersayang

Di taman Fernand melihat Vanya sedang berbicara dengan shreya di ayunan, shreya bahkan tidak ingin melihat Vanya saat ini. 

Fernand segera mendekati mereka membuat atensi vanya dan shreya teralihkan sejenak, fernand menduduki ayunan disebelah shreya, tidak ada yang berbicara sampai fernand menunjuk kalung shreya.

fernand tersenyum tulus, " kamu tau isi kalung itu nak?" shreya menatap bingung dan segera menyentuh liontin nya.

"enggak" ucapnya ketus.

vanya menghela nafasnya lalu beralih menatap fernand yang masih tetap tersenyum ke arah shreya, "coba putar berlawanan arah sayang, masak kamu udah sering pakai gak tau " 

shreya mendengus kesal "ya mana shreya tau! orang cuma makek doang kok" tapi tak urung ia melakukannya, ketika ia memutar berlawanan arah jarum jam, liontin itu terbuka dan menampilkan sebuah ukiran nama bertuliskan Shreya Tanisha Fernandez Winata putri papa tersayang.

Tidak terasa air mata sedikit demi sedikit menerobos untuk keluar dari pelupuk mata, tangan fernand terulur menghapus air mata di pipi shreya lembut.

"dulu waktu mama hamil 7 bulan papa kasi hadiah kalung ini untuk putri papa nanti, papa mama dan kakak-kakak kamu sangat menantikan lahirnya seorang anak perempuan dikeluarga ini" ia menjeda ucapannya saat melihat shreya yang terus menatap isi liontin tersebut.

"Akhirnya doa papa terwujud tapi takdir berkata lain sayang, mungkin mama udah menjelaskannya tadi kan, yah kalaupun kamu dengerin sih tadi" ujarnya meledek.

"dengerin kok tadi!" sahutnya kesal dengan pipi mengembung membuat fernand tak tahan untuk tidak mencubit nya.

"iya iya, sekarang kamu mau kan maafin papa sayang?" tanya fernand lembut.

shreya diam menatap tetap di iris mata fernand, shreya baru menyadari jika iris mata mereka sama, ia menghembuskan napas nya palan, "sebenernya shreya enggak marah, cuman sedikit kecewa aja kenapa baru sekang gitu loh, kayak bingung aja mengekspresikan perasaannya shreya, ini terlalu tiba-tiba tapi shreya udah ikhlas dan coba buat saling percaya lagi papa"

jangan tanya bagaimana perasaan fernand ketika shreya memanggilnya dengan sebutan papa untuk pertama kali, fernand tanpa aba-aba langsung memeluk erat shreya, vanya yang melihat hal itu tidak bisa menahan haru akhirnya shreya dapat merasakan kasih sayang seorang ayah.

fernand mencium puncak kepala shreya dan menatapnya lekat,"mulai saat ini kamu dan mama akan tinggal disini, apapun keadaannya kalian harus tetap disini!" 

"tapi violet gimana? dia pasti tidak terima dan papa  bagas juga pasti tidak akan menyetujuinya" tanya vanya khawatir.

"tidak perlu di khawatirkan biar aku yang menangani, sekarang kamu sama shreya pergi kekamar dulu istirahat ya, nanti tanya maid letaknya dimana" mereka berdua mengangguk dan segera beranjak.

"oh ya ma, emm kamar kita berdua yang dulu ya, yah bisa dibilang untuk melepas rindu, You know what I'm saying, right?"ujarnya sambil menarik turunkan alis.

pipi vanya mendadak bersemu merah dan tak lepas dari perhatian shreya dan fernand, mereka berdua tertawa terbahak-bahak, vanya langsung menarik tangan shreya ke dalam rumah.

****

Shreya masuk kedalam kamar tepat di samping kamar sandi, ia memasuki kamar di ikuti seorang maid yang umurnya tidak beda jauh dengan shreya sekitar 20 tahun, namanya kaila ia adalah anak dari kepala pelayan disini, orangnya cantik dan juga sangat ramah, shreya merasa nyaman jika berbicara dengannya, mungkin jika ia mengenalkan kaila ke pada abang-abangnya sudah pasti akan jadi rebutan.

SHREYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang