Kalian baca bab ini jam berapa?
Spill cepat!! heheheHappy reading
•••^-^•••
Plak!
Satu tamparan melayang di wajah tampan itu. Seumur hidup, baru kali ini ia mendapatkan tamparan kuat yang ia dapatkan dari ayahnya.
"Ayah nggak pernah restuin kamu sama gadis itu!"
Cowok itu diam. Tidak ingin menjawab dulu. Ia tampak sengaja membiarkan sang ayah meluapkan emosi dengan menamparnya.
Tidak ada yang bisa melerai. Bahkan Bobby pun hanya bisa menatap dari kejauhan. Baru saja ia pulang sekolah, keributan yang dulunya tidak pernah terjadi, kini menjadi tontonan baru untuknya.
Kenapa mereka tiba-tiba ribut? Karena apa? Apa yang dilakukan abangnya, sampai-sampai ayah begitu marah?
Pertanyaan itu tidak keluar dari mulut Bobby sedikitpun. Cowok itu tidak berani. Tatapan mata ayahnya yang menyiratkan kekecewaan serta amarah itu, membuat Bobby tidak berani beranjak dari pintu utama.
"Sekarang pilih! Keluarga mu, apa cewek mu itu?" tanya ayah dengan nada yang masih tinggi. Sekilas, Bobby bisa melihat gelagat abangnya. Bingung? Dia bingung? Padahal jelas-jelas ini bukan pilihan yang sulit.
"Jawab, Roby!" bentak ayah untuk yang kesekian kalinya.
"Aku pilih... Yuni."
Jawaban Roby berhasil membuat ketiga orang itu tertawa miris. Apa? Memilih Yuni? Oh, jadi keluarga tidak berarti bagimu, Roby?
Tangisan ibu tidak bisa dibendung lagi. Wanita paruh baya itu terduduk lemas di samping suaminya yang berdiri mematung. Melihat itu, Bobby segera berlari menghampiri ibunya. "Buk," ujar cowok itu sembari memeluk ibunya erat. Ia kemudian mendongak menatap abangnya yang berada di depan. "Lo gila, bang!"
"Pergi kamu dari rumah saya!"
Ayah bahkan tidak lagi menatap wajah Roby. Pria paruh baya itu berjalan penuh amarah menuju kamarnya. Ia menaiki tangga, namun tepat pada tangga terakhir ia kembali menoleh. "Kamu bukan anak saya lagi."
Pintu kamar terdengar berdentum saat ayah menutupnya. Ibu semakin sesenggukan dengan Bobby yang berusaha membuat wanita itu tenang.
"Aku pergi."
Bugh
Bogeman mentah berhasil dilayangkan Bobby. Ia menatap tajam abangnya. "Lo bakal nyesel!"
"Bobby!" Teriak Mita–ibu Bobby. Saat melihat kedua anaknya itu berseteru.
Roby tertawa sekilas. Ia menepuk pundak adiknya pelan. "Lo udah kuat, nggak lemah lagi kayak dulu. Jaga ibu sama ayah. Satu-satunya anak mereka sekarang, cuma lo," ujar Roby sebelum ia melangkah keluar meninggalkan Bobby dan ibunya di ruang tamu itu. Menyisakan tangisan dan beberapa kekecewaan yang menjadi saksi bisu kepergian Roby dari rumah ini.
•••^-^•••
Jalanan tidak terlalu ramai sore ini. Bahkan Bobby bisa dengan mudah menancap gas motornya tanpa terhambat karena macet. Cowok itu membawa motor dengan kecepatan penuh. Mungkin beberapa orang yang melihatnya sudah mengumpat kasar karena kelakuan tidak beradab-nya itu.
Sudah sekitar satu jam Bobby mencari keberadaan abangnya. Bahkan batang hidung pun tidak terlihat. Bobby sudah mencari di berbagai tempat yang sekiranya sering dikunjungi Roby. Tapi nihil, tidak ada yang tau di mana keberadaan 'si anjing' itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Putus Nyambung [END]
Dla nastolatków[Cerita masih lengkap!] Jika hari ini putus, besok mereka akan balikan. Dan setelah itu mereka akan putus lagi. Mirna cukup lelah menghadapi sifat Bobby yang labil. Bobby seenaknya mengatakan putus, dan setelah itu Bobby mengemis-ngemis ingin balika...