♡Tim siapa?♡

249 72 61
                                    

Hanya ditemani suara jangkrik dan suara jam.

Bagaimana readers? Sudah siap membaca?

Happy reading

•••^-^•••

"Lo tau nggak sih?" tanya Puja tiba-tiba.

Mirna bahkan belum meletakkan tasnya di kursi. Dan Puja sudah menyuguhkan pertanyaan yang membingungkan pagi-pagi buta seperti ini.

"Apaan?" tanya Mirna tak bersemangat. Jelas sekali mood-nya langsung turun. Oh ayolah, ini masih terlalu pagi untuk bergosip.

"Sekolah terbagi dua kubu. Kubu lo sama kubu Gina," ujar Puja serius. Ia kemudian membuka ponselnya dan memperlihatkan hasil screenshot semalam dari grup lambe sekolah mereka.

"Kok bisa?"

Mirna cepat-cepat mengambil ponsel Puja. Dibacanya satu-satu chat tersebut dengan bergebu-gebu. Kenapa orang-orang begitu suka mencampuri urusannya? Padahal tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan mereka.

Rahmi menghabiskan suapan terakhir nasi putih yang baru saja di belinya di kantin. Maklum, ia tidak sarapan di rumah.

"Nggak usah respon! Makin lo peduli, mereka makin tambah ngata-ngatain," ujar Rahmi mengingatkan Mirna. Ia tidak suka ribet. Kalau ada yang cari gara-gara, ya biarkan saja. Kenapa juga harus capek-capek merespon hal yang tidak jelas. Seperti kata orang-orang mah–yang waras ngalah.

"Kubu si Gina itu dipimpin kak Delia dkk. Gimana, Mir? Mereka gangster cewek SMA lho. Gue lumayan nggak berani nih." Zilla menggigit bibir saat matanya tertuju pada beberapa chat dengan nama Delia. Ia tidak mau berurusan dengan kakak kelas seperti itu.

"Udah gue bilang. Nggak usah respon! Mau itu Delia kek, Dono kek, kalau kalian pada respon, mereka bakal makin gangguin," ujar Rahmi kemudian.

Mirna masih menatap ponsel Puja. Ia sama sekali tidak ingin memindahkan matanya dari objek-objek itu. Sungguh, mungkin masalah baru akan muncul.

"Bener kata Rahmi. Kita nggak usah respon. Biarin aja mereka. Lagian kan, Bobby tetep milih gue." Mirna mengembalikan ponsel Puja dengan sedikit senyum diwajahnya. Hal itu membuat Rahmi mengangguk mantap, "gitu dong."

Seorang siswi berlari masuk ke dalam kelas. Ia mendekati Mirna dan menunjukkan sesuatu di ponselnya. "Ada pemilihan di akun OSIS SMA kita. Gila sih ini, lihat deh!" Tunjuk Shiema–teman sekelas Mirna.

"Hah?"

"Gila! Yang vote si Gina banyak banget," komen Zilla tak habis pikir. Ia kemudian menatap Mirna yang kini mematung, "kali ini, kita nggak bisa anggap sepele, Mir."

Puja buru-buru membuka akun OSIS sekolah mereka. Dan benar, di story terbaru ada pemilihan yang tertulis.

Mirna or Gina.

Suara untuk Mirna sampai sekarang hanya 30% saja. 70% lainnya berhasil diraih Gina.

"Cinta Bobby bukan dari persen kok," ujar Mirna kemudian. Ia sebenarnya lumayan khawatir sekarang. Tapi sudahlah. Semoga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan ke depannya.

"Lo nggak bisa pasrah-in ke takdir! Setidaknya usaha gitu! Usaha biar mereka semua nggak ngehina lo lagi." Zilla capek sebenarnya harus memberitahu Mirna. Tapi mau bagaimanapun, Mirna tetaplah temannya sekaligus sahabatnya. Jadi dia tidak bisa diam saja jika Mirna direndahkan seperti ini.

"Mir, ada story baru nih." Suara Puja tiba-tiba menurun. Zilla jadi semakin khawatir kalau-kalau story yang dimaksud Puja akan menyakiti hati Mirna.

Putus Nyambung [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang