19. Opinion

221 46 0
                                    

Perkataan sang Ayah semalam membuat Jimin cukup strees, dia terus-menerus memikirkan perkataan itu. Awalnya dia memang merasa jika semuanya akan baik-baik saja, namun setelah Ayah menasihatinya, kenapa dia berubah pikiran?

Dia jadi memikirkan Sohyun. Apa gadis itu baik-baik saja jika bersamanya? Apa gadis itu fokus sekolah? Apa Sohyun tidak terganggu dengan kehadirannya?

Sekarang dia sedang mengepel lantai-sesuai dengan janjinya kemarin jika Sohyun pergi sekolah, dia akan membersihkan rumah. Dia ingin menyelesaikannya dengan cepat karena berpikir ingin pergi ke perusahaan untuk bertemu dengan Jungkook. Ingin meminta pendapat dengan pria bergigi kelinci itu.

Tapi, apakah pantas dia meminta pendapat kepada Jungkook yang aslinya tidak pernah menjalin hubungan dengan seseorang? Dia pria yang tidak suka berpacaran, dia ingin fokus bekerja, jika dia sudah benar-benar ingin ke jenjang yang lebih serius lagi, dia akan mencari perempuan yang cocok dengannya. Pendekatan kemudian dia akan mengajak gadis itu untuk menikah.

Tipe ideal sekali.

Tapi Jimin langsung menyingkirkan pemikiran itu, dia akan tetap pergi ke perusahaan dan bertemu dengan Jungkook. Hm ... dia akan mengganggu Jungkook yang sedang bekerja.

Setelah selesai dengan semua pekerjaan rumah, dia langsung saja beranjak untuk membersihkan diri. Tidak butuh lama dirinya untuk mandi.

Setelah selesai, dia memakai kemeja dan celana panjang berwarna hitam. Simple saja. Dia menuju ke kantor memakai mobilnya sendiri tentunya. Ada yang banyak dia pikirkan, dan dia butuh pendengar untuk mendengar keluhannya.

Dia tau kok, dia memiliki kekasih untuk mendengar semua keluhannya. Tapi, untuk kali ini tidak mungkin dia akan membicarakan topik itu bersama Sohyun.

Sohyun yang ingin dibicarakan, kenapa dia juga harus membicarakan hal tersebut dengan kekasihnya?

Sampai di perusahaan, dia langsung saja masuk ke dalam lift dan menuju ke ruangan milik Jungkook.

"Hei Jungkook!"

Jungkook tersentak karena terkejut mendengar suara Jimin dan pintu ruangannya yang dibuka tiba-tiba. Lebih jelasnya dia terkejut atas kehadiran Jimin.

"Jimin?" Jungkook memperhatikan Jimin yang berjalan lesu kepadanya. Dia duduk di depan Jungkook.

"Aku mau bercerita-"

"Ini perusahaan untuk bekerja, bukan tempat untuk mendengar curhatan seseorang." jawab Jungkook tanpa melihat bos nya itu.

"Hei," Jimin menyilangkan kedua tangannya kemudian menatap tajam Jungkook. "Sopan sedikit dengan atasanmu."

"Kau bahkan tidak sopan denganku, bagaimana aku mau sopan denganmu?" tanya nya tanpa mengalihkan perhatiannya, tatapannya fokus ke arah laptop sekarang, tidak berniat untuk memandangi Jimin yang berharap agar dirinya dilayani dengan baik.

"Oke, maaf. Bisakah kau berhenti dulu? Aku benar-benar pusing dan stress sekarang."

Jungkook menutup laptopnya, dan mengalihkan semua perhatiannya kepada Jimin. "Jadi, kali ini apa yang ingin kau keluhkan, Tuan Park?" Jimin memutar bola matanya malas mendengar sebutan itu. Dia diejek oleh adik sepupunya ini.

"Ayah menelpon ku semalam."

"Hum, lalu?"

"Tunggu, apa aku mengganggu waktumu?"

"Kenapa bertanya lagi jika kau mengetahuinya, sialan?" Terkadang Jungkook emosi dengan pertanyaan sepele ini. Iya, sepele, namun terdengar sangat menyebalkan untuknya. Terkadang dia biasanya refleks memukul wajah Jimin karena kakak sepupunya itu menyebalkan di atas rata-rata. Tapi tenang saja, dia akan meminta maaf dan lanjut bertengkar.

Jimin Ahjussi ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang