MEMORY BOOK [04]

6.8K 691 86
                                    

Seperti yang Vero janjikan kemarin bersama teman-teman nya.

Vero saat ini sedang di pelototi oleh Maya dan Arga, mungkin keduanya masih tidak yakin kalau Vero adalah Riska.

"Udah ya anjing-anjingku, tuan kalian ini butuh ruang untuk bernafas," Ucap Vero.

"Masih ngga percaya gue kalo lo itu Riska." Pernyataan dari Arga itu di setujui oleh Maya.

"Kalo ngga percaya gue bakal kasih bukti," Ucap Vero sambil tersenyum jahil.

"Dimas Arga Prasetya, lo di panggil Arga gara-gara dulu lo nganggep kalo nama dimas itu pasaran, lo tinggal di panti sampe kelas delapan SMP terus lo memutuskan buat ngontrak gara-gara udah dapet duit sendiri. Lo suka sange sama kartun-" Ucap Vero lalu di bungkam mulutnya oleh Arga.

"Udah ngga usah di lanjut, gue percaya." Ucap Arga.

"Dan lo Maya-" Belum selesai ngomong, Vero di bungkam duluan mulutnya oleh Maya karena takut rahasianya bocor.

"Udah-udah gue percaya," Ucap Maya membuat Vero tersenyum bangga.

"Jadi kenapa lo bisa ada di tubuh lakik?" Tanya Maya.

"Ngga tau, tapi kayanya ada sangkut pautnya sama novel yang kemaren gue baca." Jawab Vero.

"Novel apaan?" Tanya Arga dan Maya bersamaan.

"Judulnya tuh 'memory book of Alvero Nathaniel Bramasta'"

"Nah tubuh gue yang sekarang gue tempati tuh namanya Alvero Nathaniel Bramasta,"

"Asik jadi peran utama dong? Pasti peran yang bagus," Ucap Maya semangat.

"ASIK MATA LO DUA, tubuh yang sekarang gue tempati tuh tubuh antagonis, dan parahnya lagi tubuh yang gue tempati ini mati di saat-saat akhir. Kalo ngga salah, dia mati waktu mau lulus. Dia ikut tawuran, terus mati. Keknya di bacok ni tubuh, gue ngga tau detailnua. Nanti gue pulang kerumah, gue coba baca lebih rinci."

"Buku nya gimana sih? Coba ceritain karakteristik bukunya," Ucap Arga di angguki oleh Vero.

"Gini, bukunya tuh punya halaman hitam dan halaman  putih, anehnya. Saat gue baca halaman putih, buku itu jadi berubah warna. Warnanya tuh merah darah, awalnya gue mikir biasa aja sih. Tapi keknya ada sesuatu deh," Jawab Vero.

"Terus halaman yang hitam berubah ngga?" Tanya Maya.

"Ngga," Jawab Vero seadanya.

"Sampulnya?"

"Hitam,"

"Nama penulis?"

"Ngga ada,"

"Penerbit?"

"Ngga ada juga wehhh," Jawab Vero lelah di wawancarai.

"Intinya tuh gini, sampul bukunya tuh warna hitam terus judulnya tuh 'memory book' ngga ada penerbit dan penulis. Bukunya ngga punya jumlah halaman, bukunya sekarang ada di rumah gue." Lanjutnya.

"Ya udah lu balik gih! Cari bukunya, nih kunci rumah lo." Ucap Arga sambil memberi kunci milik Riska.

"Tapi gw masih pengen ngerepotin kalian berdua..."

"Mending lo balik, kita berdua masih ada kerjaan. Kasian yang lain, gue juga harus bantu mereka. Nanti gue sama Arga nyusul, kita balik kek biasanya jam 8 malem," Ucap Maya kemudian Vero memutuskan untuk membayar makanan yang ia pesan kepada Arga lalu mengambil motornya dan kemudian menuju rumah yang ia tinggali dulu.

Setelah sampai, Vero langsung mengobrak-abrik Kamarnya,saat ini ia sedang mencari buku itu.

"Mana sih anjir," Gimana Vero

Beberapa saat kemudian, akhirnya buku itu ketemu membuat Vero kegirangan.

"Nah sekarang tinggal gue baca ulang aja," Gumamnya lalu ia membaca dari awal, buku itu memiliki halaman hitam dan merah karena ia pernah membaca buku tersebut.

Hingga beberapa saat kemudian akhirnya ia sampai di halaman merah, suasana berubah seketika, dari sudut kamar tiba-tiba muncul seseorang bertudung hitam.

'Bukunya t'lah di baca oleh dirimu... Kau harus menggantikannya, ubah semuanya... Masa depan harus berubah, ubah, ubah. Semuanya harus kau ubah, SEMUANYA.' seperti yang dikatakan Vero asli dalam mimpi, sosok itu menyanyikan sebuah lagu. Dengan nada yang sama tapi lirik yang beda.

"Maksud lo apa?!!" Teriak Vero sedikit gemetar dengan  nyanyian itu, tetapi tak ada gubrisan dari sosok itu. Ia kembali menyanyikan lagu itu, ia mengulanginya sampai tiga kali.

Setelah tiga kali ia bernyanyi, akhirnya ia berhenti. Ia membawa Vero ke alamnya.

"LOH NONDI IKI?" (LOH DIMANA INI)

"Entahlah," Jawabnya dengan lembut tak lupa senyuman yang terus bertengger di wajahnya.

"Siapa lo?!" Tanya Vero waspada.

"Aku?" Tanya nya sambil tersenyum sangat lembut, "Aku adalah dewa kematian."

"Kenapa lo bawa gue kesini hah??!!" Teriak Vero kepada sosok itu.

"Ahh, aku membawamu kemari karena kau telah membaca buku terlarang itu. Kira kira kenapa ya, buku itu bisa jatuh ke dunia manusia." Jawabnya sambil mempertahankan senyumannya.

"Buku? Buku yang mana? Nggak usah ngeprank deh! Mana ada dewa kematian! Lo pasti cuma ngada-ngada,"

"Ah, dewa kematian itu memang ada. Aku salah satunya," Jawabnya membuat Vero terkejut.

'Kalo dia salah satunya, berarti masih ada yang lain dong?' batin Vero.

"Ya, masih banyak dewa kematian lainya." Jawab sosok itu seakan-akan tau isi batin Vero.

"Oh ya, aku minta kau mengembalikan buku ku." Ucap sosok itu.

"Buku? Buku yang mana? Novel ini yang lo maksud?" Tanya Vero.

"Ya, kau benar. Tapi itu bukanlah novel, itu adalah buku catatan masa depan dan masa lalu milik tubuh yang kau tempati saat ini." Jawab sosok itu.

"Tapi karena kamu telah membacanya, kami para dewa kematian harus menulis ulang buku tersebut. Kami tidak bisa menulis masa lalu nya, tapi kami bisa merubah masa depannya." Lanjutnya.

"Karena kau telah membacanya kau harus menempati raga itu, kau harus membantu kami merubah masa depan milik Alvero Nathaniel Bramasta. Itu salahmu sendiri karena telah membacanya," Kemudian sosok itu berisiap siap menghilang.

"Anjing! Kenapa lo pergi kampret! Gue belum paham! Anjing keluar lo!" Maki Vero karena buku di tangan nya menghilang dan ia tidak tau cara kembali.

"Ck, sial. Gue baliknya gimana," Gumamnya lalu muncul cahaya yang entah datang darimana.

Vero membuka matanya, mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya.

"Loh, kok kalian di sini?" Tanya Vero kepada kedua sahabatnya.

"Ya iya lah, lo pingsan saat gue sama Maya ke sini. Liat tuh, Maya jagain lo sampe ketiduran." Jawab Arga.

"Jam berapa sekarang?" Tanya Vero.

"Jam 22.54 udahlah tidur lagi aja, besok bangun pagi-pagi. Besok gue masuk sekolah, " Jawab Arga lelah.

"Lah lah lah, kita tidur bertiga gitu di kamar gue? Ngga bisa gitu njir. Lo sama gue tidur di kamar satunya aja, kasian Maya. Biar dia tidur di sini," Ucap Vero kemudian memindahkan Maya yang tadinya di kursi ke kasur kecil milik Vero.

"Dah yok kita keluar, nanti kalo tidur bareng sama Maya di kata-katain," Ajak Vero kemudian kedua laki-laki itu keluar dari kamar menuju kamar milik kedua orang tua Riska dulu.

"Tapi kan lo cewek," Ucap Arga.

"Tapi kan raga gue cowok," Bantah Vero.

"Dahlah mending turu," Ucap keduanya lalu tidur dengan gaya yang tak elit.

.
.
.
.
.

Tbc

Transmigrasi Girl to BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang