Vero memasuki rumah lagi, mereka bertiga melangkah ke ruang keluarga.
Vero duduk di antara Hendrik dan Ratna, sedangkan Farhan di hadapan nya.
"Jadi ada apa yah?" Tanya Ratna membuka percakapan.
"Kakek mau kalian akur," Jawab Farhan datar.
.
.
.
.
.
.Keesokan harinya, Vero dan kedua orang tuanya tinggal bersama.
Vero membuka matanya perlahan, butuh waktu beberapa saat hingga nyawa nya terkumpul.
"LOH AKU NENG ENDI IKI?!!! (loh, gue ada di mana?!!)" Vero panik karena tidak ada di apartemen maupun di rumah yang biasanya ia tinggali bersama Xavier.
"Per! Turun makan!" Ucap Ratna dari bawah.
"Bentar, itu suara siapa? Gue dimana? Gue ada di alam lain? Jangan jangan gue di culik?" Ucap Vero panik sendiri.
"WOI PERO!" Ratna mulai emosi, ia naik ke lantai dua untuk mengecek Vero.
Brakkk
Ratna membuka pintu kamar Vero dengan kesal, "KYAAA!!! LO SIAPA?!!!" Ucap Vero reflek karena kaget.
Ratna mendekati Vero lalu menjewer telinganya, "gue emak lo! Cepet turun sarapan! Habis itu sekolah." Ucapnya.
"Lepas dulu kek anjir, ini telinga gue mau copot!" Ucap Vero tidak sopan kepada ibunya.
"Panggil gue mamah dulu!" Ucap Ratna.
"Iye iye makk, lepasin tangan lo dari telinga guee makk!!" Ucap Vero.
Ratna melepaskan tangan nya dari telinga Vero, "gue dimana mak?" Tanya Vero masih loading dengan kejadian tadi.
"Ada di rumah lah, lo bego amat jadi anak." Ucap Ratna.
"Yee, maksud gue ada di rumah siapa makkk???" Tanya Vero.
"Rumah gue, lo, sama bapak lo lah. Rumah siapa lagi emang?" Jawab Ratna.
"Dah dah dah, turun gih. Lo harus pergi sekolah juga," Lanjutnya.
Vero dan Ratna turun menuju meja makan, tak ada sesuatu spesial yang terjadi.
Setelah makan, Vero menuju kamar mandi. Ia mandi dengan cepat, sekitar sepuluh menit mungkin.
Selesai mandi, Vero memakai pakaian biasa. Ia tidak membawa seragamnya ke rumah, ia meninggalkan beberapa seragam di apartemen dan rumah Xavier.
"Dahh gue berangkat dulu," Pamitnya kepada Ratna dan Hendrik.
"Jangan balik!" Teriak Ratna.
"IYE, GUE JUGA MALES BALIK KE RUMAH!" Balas Vero.
"Kalian ternyata sudah akur ya," Ucap Hendrik.
"Kebetulan doang karena dia anak gue juga," Balas Ratna.
.
.
.
Vero berada di apartemen nya untuk mengganti baju seragam dan mengambil tas, hanya itu saja lalu menuju ke sekolah.
Sesampainya di sekolah, Vero memarkirkan motornya. Kemudian masuk ke kelas tanpa hambatan sedikitpun.
"Wah, pagi yang damai ya..." Gumam Vero sambil tersenyum.
"Ohayo onii-san, (Selamat pagi kak)." Ucap Dion tiba-tiba dengan nada di imut-imutkan.
"Gue tarik ucapan gue yang tadi," Ucap Vero setelah mendapatkan sapaan wibu oleh Dion.
"Ada PR nggak Ver?" Tanya Dion, Vero hanya menggeleng.
"Nggak ada kayaknya, gue nggak tau." Jawab Vero.
"SELAMAT MORNING SEMUANYA!" Ucap Rian yang baru datang.
"Hmm, bau bau keributan sebelum kelas di mulai." Gumam Vero mulai terbiasa dengan Rian dan Dion.
"Ver Ver Ver," Ucap Rian memanggil Vero.
"Apaan?" Tanya Vero.
"Adek sepupu lo sekolah di mana?" Tanya Rian.
"Kepo amat lo jadi orang." Ucap Vero.
"Nyeh."
Pelajaran di mulai beberapa jam, hingga waktu istirahat berbunyi. Vero bergegas ke perpustakaan, Ia mencari-cari rak dimana buku memori itu berada.
Cukup lama Vero mencarinya karena buku itu berada di rak belakang, sementara Vero mencarinya berurutan dari rak depan sampai belakang.
Vero mengambil beberapa buku memori itu. "Misal nih buku gue beli aja sama penjaga perpusnya boleh nggak ya? Coba dulu deh." Gumamnya.
"P-permisi! Kamu mau membawa semua buku itu?" Tanya seseorang.
"Oh, Zahra! Iye, temen gue ada yang demen serial buku ini. Jadi gue ambil semuanya buat pinjemin ke dia." Jawab Vero berbohong.
"Ah! Gitu ya, t-tapi kenapa langsung m-membawa sebanyak itu?" Ucap Zahra berusaha menahan Vero.
"Karena gue pengen, dah dulu ya Zahra. Gue mau ke penjaga perpus mau gue beli aja nih bukunya." Jawab Vero.
'Manusia yang satu ini merepotkan ku saja.' Gumam Zahra.
.
.
.
.
Vero kembali ke kelas dengan beberapa buku memori yang sudah jadi miliknya, sempat terjadi beberapa penolakan oleh penjaga perpus. Tapi Vero membayar buku itu dengan harga tinggi, dan juga Vero siap mengganti beberapa buku yang dia ambil dengan buku yang berbeda.
"Wih, buku apaan nih Per?" Tanya teman sekelas Vero.
"Nama gue pake Ve bukan Pe anjir!" Ucap Vero.
"Iye iye, lidah Indo emang gini. Btw buku apaan itu?" Tanya nya.
"Cuma buku novel biasa Bar." Jawab Vero.
"Tapi kayanya keren, gue pinjem satu dong. Ada banyak kan itu?" Ucap Bara.
"Iya boleh kalo lo mau ke alam lain duluan." Balas Vero sambil tersenyum.
"Seremmm" Ucapnya.
"HALO BABANG VERO!!!" Ucap Bisma yang datang ke kelas Vero.
Melihat muka Bisma, Vero ingat ada dendam yang belum terbalaskan.
"Woi Bisma, waktu balapan kemaren lo nggak bilang kalo Xavier pulang duluan. Lo mau gue pukul ye?" Tanya Vero.
"Ehehehe, gue lupa mau bilang ma lo waktu itu..." Jawab Bisma cengengesan.
"Haha hehe, minta maaf ma Rian sono. Kasian dia ngebantuin gue nyariin Xavier gegara lo nggak bilang ma gue kalo Xavier udah pulang." Ucap Vero.
"Nanti gue minta maaf ma dia," Ucap Bisma.
"Nyeh, yang bener dick." Ucap Vero.
"Ingyah bener bang." Balas Bisma.
Mereka bercanda hingga jam pelajaran tiba, Bisma yang berbeda kelas meninggalkan kelas Vero dan kembali ke kelas nya.
.
.
Tbc, buat temen gue yang punya nomer WA/ id Tele gue jan ketawa ma nih cerita ya. Gue akui cukup krinj.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Girl to Boy
FantasyRiska, gadis sebatang kara yang seharusnya meninggal saat pulang dari restoran tempat dia bekerja paruh waktu harus menerima kenyataan bahwa dirinya mengalami "transmigrasi" ke sebuah 'novel' lebih tepatnya buku aneh yang dia pinjam dari perpustakaa...