Setelah memesan Mie ayam dan Es jeruk, Vero langsung menyantap makanan nya dengan cepat.
"Lo kayak udah nggak makan tiga hari Ver," Ucap Dion, di tatap tajam oleh Vero yang sedang makan dengan tenang.
"Kata orang, kalo makan cepet tuh artinya pekerja keras." Jelas Vero setelah menelan mie ayamnya.
"Lo kerja keras dalam apa Ver?" Tanya Dion terjeda. "Dalam tawuran?" Lanjutnya.
Vero menggeleng, "gue bekerja keras dalam nge-gacha, walau gacha gue selalu ampas." Ucapnya.
"Sabar ya, kemarin gue dapet karakter bagus. Jangan iri ya," Ucap Dion menghibur Vero sekaligus membuat iri Vero.
"Cwoba gacha-in puwnya gue Di, tawngan lwo pwasti terbuat dari kewledai pwiliwhan yawng di jawga dan di rawat sepwerti awnak sendiwri, (coba gacha-in punya gue Di, tangan lo pasti terbuat dari keledai pilihan yang di jaga dan di rawat seperti anak sendiri)" Ucap Vero sambil mengunyah makananya.
"Lo kira tangan gue iklan kecap?" Tanya Dion kesal ingin membanting Vero, namun apa daya. Tubuh Dion lebih pendek dan lebih kurus dari pada Vero.
Vero menelan makanannya, lalu mengambil HP miliknya. "Coba dulu, siapa tau kalo pake tangan lo. Gacha gue nggak ampas," Ucap Vero. Lalu Dion menekan tombol gacha, dan benar saja. Karakter yang mereka dapat merupakan karakter yang sangat langka.
"Nohkan bener, gacha gue nggak ampas kalo lo yang muterin." Ucap Vero girang, makanan nya telah habis. Piring makanan itu langsung di singkirkan ke pojok meja.
"satu kali lagi dong, gue butuh satu lagi karakternya buat up level." Ucap Vero di angguki oleh Dion, padahal tadi Vero hanya bilang 'satu kali lagi' nyatanya sudah sepuluh kali lebih.
"Wih, tutorial hoki dong Di. Karakternya bagus-bagus mulu," Ucap Vero mengambil HP nya kembali karena semua karakternya telah di dapat.
"Jadi anak yang baik, tidak sombong, rajin menabung, nggak suka marah-marah-" Ucap Dion terpotong karena gebrakan meja.
BRAKKK
"Anjing!" Ucap Dion spontan berbarengan dengan Vero.
Setelah di rasa tenang karena gebrakan meja yang terlalu mendadak, Vero pun mengomel seperti ibu-ibu. "LO ITU UDAH GOBLOK, NYUSAHIN LAGI! KALO MO NGE-GEBRAK MEJA MIKIR DULU LAH NGENTOD!"
"Nggak usah alay, gitu doang kaget." Ucap nya sambil cengengesan.
"Lo mau ngajak gelud?" Tanya Vero sambil memegang pundak pemuda itu dengan erat membuat ia meringis.
"Udah Ver, kasian si Bisma," Ucapnya menenangkan Vero.
"Di, ini wasiat gue buat lo. Jaga jaga kalo gue mati karena Vero aura hitamnya udah mulai terkumpul," Ucap Bisma. Antara takut beneran dan berniat mengejek Vero.
"Udah lah njir, btw wda duit warisan buat gue nggak?" Ucap Dion sedikit antusias.
"Nggak,"
"Pukul aja Ver, pukul." Ucap Dion.
"Gue punya ide buat gelitikin aja sih," Usul Vero.
"Ide bagus, oke Vero sekarang pegang Bisma dengan kuat." Ucap Dion menyetujui.
"MASS KOWE LANANG LOH MASSS KYAAA!!!" Teriak Bisma menyerupai perempuan membuat seisi kantin langsung tertawa dan berbisik-bisik.
"BELUM DI GELITIKIN KAMPRET!" Ucap Vero ngegas.
"Balik aja Ver, dia malu-malu in," Ucap Dion.
"Kalo dia malu-malu in, lo apa?" Ucap Vero mengingat adegan di mana Dion menyanyi lagu yang sangattt sangat sangat sangat tydack bermutu.
"Kalo gue anaknya mamah sama papah," Jawab Dion pendek.
"Bagus, siapa sekarang nama bapak lo?" Tanya Vero sok serius.
"Bukannya gue nggak mau mengakui bapak gue sendiri ya, tapi kalo gue kasih tau, nanti lo malah pake nama bapak gue buat manggil gue." Jawab Dion.
"Eh! Si kampret, gue mau ngasih info penting!" Ucap Bisma.
"Jangan di dengerin, pasti nggak penting." Ucap Dion menghasut Vero, Vero sih hanya mengangguk.
"Oi kampret! Ini tentang balapan lo sebelum kecelakaan!" Ucap Bisma membuat Vero langsung mendekatinya dan mencengkram pundak Bisma.
"Bisa nggak, nggak usah pegang pundak gue? Pundak gue itu dari emas pilihan. Nanti lecet," Canda Bisma.
"Cepet kasih tau, kalo nggak, gue gelitikin lo sampe badan lo kaku." Ucap Vero serius.
"Dapet duit gak?" Tanya Bisma, di tatap tajam oleh Vero.
"Ohh... Nggak ya... Hmm... Jadi gini cerita nya, si Theo jadi ketua balapan. Lo nggak papa kan?" Ucap Bisma.
"Theo? Theo siapa anjir? Nggak kenal." Ucap Vero membuat Bisma bingung. "Theo yang ngalahin lo waktu balapan njir," Jawab Bisma.
"Kalian bahas apa? Watashi ora mudeng (gue nggak paham)" Ucap Dion karena nggak tau apa apa tentang balapan.
"Bahas kecelakaan Vero beberapa hari yang lalu," Jawab Bisma.
"Ohh... KOK LO TAU KALO VERO KECELAKAAN TAPI NGGAK NGASIH TAU GUE?!" Marah Dion kepada Bisma.
"Lo nggak nanya sama gue," Jawab Bisma apa adanya.
"Setidaknya ambil inisiatif kek bego!" Omel Dion.
"Nah sekarang duduk anak-anak," Ucap Vero tiba-tiba dengan senyum sangat manis (di mata Dion dan Bisma seperti ingin membunuh).
"Baik pak," Ucap keduanya.
"Jadi bagaimana ceritanya Bisma?" Tanya Vero masih mempertahankan senyuman nya.
Glek
"Jadi gini Ver, lo kan di tantang balapan sama Theo. Taruhan nya motor sama jabatan," Ucap Bisma dengan susah payah.
"Oh... Itu doang?" Tanya Vero menormalkan ekspresi nya.
"Iya, tapi ternyata kemarin lo malah kecelakaan. Jadi motor nya nggak jadi di ambil, cuma jabatan lo doang sebagai ketua." Jawab Bisma apa adanya.
"Hmm, okeh-okeh gue paham. Sekarang motor gue dimana?" Tanya Vero setelah mengangguk-angguk kan kepalanya.
"Di rongsokin." Jawab Bisma jujur.
"Hah? Wtf? Yang bener anjir? Di rongsokin dapet berapa?" Tanya Vero berturut-turut.
"Ye, mana gue tau. Tanya si Theo noh," Ucap Bisma.
"Udah bahas motornya? Ayok ke kelas njir. Gue nggak paham apa-apa," Ucap Dion yang dari tadi menyimak.
"Ya udah ayok, gue bayar dulu." Ucap Vero, kemudian Dion, Vero dan Bisma ke kelasnya masing masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Girl to Boy
FantastikRiska, gadis sebatang kara yang seharusnya meninggal saat pulang dari restoran tempat dia bekerja paruh waktu harus menerima kenyataan bahwa dirinya mengalami "transmigrasi" ke sebuah 'novel' lebih tepatnya buku aneh yang dia pinjam dari perpustakaa...