pasusu backstreet

1.7K 224 26
                                    

Sudah jam istirahat, Cheongsan, Woojin, Junyeong dan Daesu sedang makan di kafetari di satu meja, sedangkan di meja lain nampak Gyeongsu dan Suhyeok juga sedang makan sambil membicarakan sesuatu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah jam istirahat, Cheongsan, Woojin, Junyeong dan Daesu sedang makan di kafetari di satu meja, sedangkan di meja lain nampak Gyeongsu dan Suhyeok juga sedang makan sambil membicarakan sesuatu.

Daesu dan Junyeong saling menatap kemudian melirik dua pemuda di depannya yang tak henti-henti melirik meja Gyeongsu dan Suhyeok.

"Tch, tsundere," desis Junyeong sambil membenarkan kacamatanya, Daesu menyenggol siku yang lebih kecil sedangkan dua pemuda di depan mereka kini beralih menatap mereka bingung.

"Apa artinya?" tanya Woojin penasaran, Junyeong mengedikkan bahunya lalu melanjutkan memakan makanannya. Woojin beralih melirik Gyeongsu yang juga tengah meliriknya, Woojin memberi kode melalui lidahnya seakan menyuruh Gyeongsu pergi ke toilet.

"Eh, gua ke toilet bentar ya," pamit Woojin lalu beranjak bangkit dan berjalan keluar dari kafetaria itu, tak lama Gyeongsu juga beranjak pergi dari mejanya meninggalkan Suhyeok yang sedikit kebingungan, namun berakhir tidak peduli.

Di rooftop, kedua pasusu backstreet bertemu setelah drama keributan tadi pagi.

"Ayang," seru kedua pemuda bersamaan dengan manja kemudian berpelukan membuat seorang perempuan yang melihat mereka memasang wajah julidnya.

"Perasaan belum setengah hari deh kalian pisahan, bucin bener," tukas Namra sinis, pasangan Gyeongsu dan Woojin hanya menjulurkan lidahnya mengejek.

"Lagian lu bikin rencana dramatis bener deh, gw gak sanggup harus marahan sama Woojinku," kata Gyeongsu menatap Woojin lembut.

"Gua gak juga gak sanggup harus bentak-bentak My Gyeongsu," balas Woojin kemudian pasangan itu berpelukan seperti sudah berpisah beribu-ribu tahun. Dramatis memang.

"Ya sabarlah demi Hyeoksan, pokoknya Gyeongsu lu kudu mepet-mepet Suhyeok, cium pipi kek, peluk peluk gitu di depan Cheongsan, biar cemburu cemburu gitu," jelas Nam-ra, Woojin menatap Namra syok kemudian beralih pada kekasihnya.

"Sayang, Ayo ciuman Aku gak mau didahului Suhyeok," ucap Woojin mendorong Gyeongsu ke tembok.

"Gwak ini masih disekolah!" pekik Gyeongsu, Namra memutar matanya malas lalu berbalik pergi dari rooftop. Saat turun tangga perempuan itu melihat Gwinam dan Hyeon-ju sedang membully Jiho, buru-buru Namra menghampiri ketiga siswa itu.

"Ya, berhenti," kata Namra dengan nada datar, Hyeon-ju dan Gwinam segera menghentikan aksinya, Namra menghampiri Jiho membantu Jiho berdiri.

"Kalian tahukan Suhyeok menyukai ketua kelas?" Namra menatap kedua pembully yang mengangguk kecil.

"Kalian tak berniat membantunya?" tanya Namra, Gwinam dan Hyeon-ju saling menatap lalu menatap heran Namra

"Memangnya apa yang bisa kami lakukan?"

Namra menyungging senyum, sebuah ide muncul di kepalanya.

"Mwo?" Namra, Hyeon-ju dan Gwinam hanya tersenyum melihat Suhyeok yang bingung dengan kalimat yang keluar dari mulut ketiga temannya itu.

"Yap, Gwinam dan Hyeon-ju akan membully Jiho, Kau harus membantu Jiho  agar Jiho dapat cuti dibully oleh Gwinam dan Hyeon-ju," jelas Namra berbisik, Suhyeok menatap ketiga temannya dengan kening mengerut.

"Ya, memangnya ada yang seperti itu."

"Jika tidak ada kenapa tidak diadakan saja?" sahut Hyeon-ju, Namra dan Gwinam mengangguk setuju.

"Baiklah-baiklah, tapi untuk apa Aku melakukan semua itu, ah menyusahkan," decak Suhyeok.

"Untuk membuktikan pada semua murid sekolah bahwa Kau sudah bukan perundung!" balas Gwinam, Namra dan Hyeonju mengangguk meyakinkan Suhyeok.

"Haruskah?" Ketiga orang di depannya menganggukkan kepalanya mantap, Suhyeok hanya menghela nafas lalu berdehem mengiyakan.

"Nah baiklah, sana pergi, kembali lagi setelah Kau melihat Jiho dibully oleh kami," bisik Hyeonju, Suhyeok hanya menurut pergi dari sana, Namra juga ikut beranjak pergi dari sana.

Gwinam dan Hyeon-ju yang melihat situasi sudah meyakinkan mulai memberi kode mata pada Jiho yang berada di sudut ruangan, Jiho yang mendapat kode langsung berjalan melewati meja Gwinam dan Hyeon-ju sambil menunduk seperti biasa.

"Hey, Jiho kemarilah," Panggil Gwinam membuat langkah Jiho terhenti, pemuda korban perundungan itu melangkah pelan ke Gwinam.

"Apa jalanmu selambat itu? Ambilkan dua botol air cepat, jangan lama!" titah Hyeon-ju dengan kasar, Jiho hanya menuruti perempuan itu.

Tak berselang lama Jiho kembali dengan dua botol air, Hyeon-ju berdiri dan merebut botol air di tangan Jiho. Hyeon-ju membuka tutup botol air itu lalu mencengkeram dagu Jiho dan menyiramkan air ke wajah pemuda ahn itu.

"Hukuman untukmu karna lambat," kata Hyeon-ju, Gwinam mendecih lalu berdiri mengeluarkan spidol hitam dari saku bajunya dan menulis sesuatu di pipi Jiho.

Di luar kafe, Namra menendang tulang kering Suhyeok hingga pemuda yang sedang memperhatikan dua pembully dan korban bullynya terjatuh.

"Yak, cepat tolong Jiho bodoh!" umpat Namra kesal, Suhyeok hanya menatap perempuan di belakangnya dengan tatapan bodoh - menurut Namra -

"Haruskah?"

"Aku benar-benar akan memukulmu hingga babak belur, sialan!" ucap Namra mengepalkan lengannya membuat Suhyeok buru-buru berlari masuk ke dalam kafetaria mengarahkan ke Jiho, Suhyeok yang tak sempat mengerem menabrak Jiho hingga pemuda itu akan jatuh beruntung Suhyeok cekatan menahan pinggang Jiho.

"HOLY SHIT," umpat Namra melotot kaget, Gwinam dan Hyeonju pun terkamchagiya hanya bisa menatap kedua pemuda di depan mereka sama halnya dengan semua anak murid di dalam kafetaria itu + tukang masak. Ini di luar rencana.

Gyeongsu yang baru saja masuk kafetaria tak kalah terkejut, sedangkan Woojin yang berada di luar kafe segera menghampiri Namra yang masih melongo.

Tangan Cheongsan yang memegang sumpit berisi sosis tergantung di udara, netra ketua kelas terus tertuju pada dua pemuda yang tak lain adalah korban bully dan ex pembully.

"Bukankah mereka sedikit err cocok?" bisik-bisik perempuan di sebelah meja Cheongsan.

"Seperti novel, mantan pembully jatuh cinta pada korban bullynya," tambah yang lain menyetujui ucapan rekan sekelasnya.

Cheongsan meletakkan kembali sumpitnya lalu beranjak bangkit dan pergi dari kafetaria itu dengan perasaan campur aduk  (seperti es buah?)

Onjo yang melihat itu ikut beranjak pergi dari kafetaria itu mengikuti Cheongsan. Namra dan Woojin yang melihat Cheongsan pergi dengan ekspresi tak mengenakan menyungging senyum.

"Sepertinya rencana cadang yang tak terduga lebih berhasil daripada drama keributan Gyeongsu Woojin."






TBC

Pokoknya kalo ini tamat mau bikin gwisan pliss :)))

Pokoknya kalo ini tamat mau bikin gwisan pliss :)))

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Enemy Of Love - Hyeoksan [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang