#2 AYAM GEPREK KUAH LONTONG + MIE GORENG

1K 107 4
                                    

***

Handaru melemparkan rokoknya ke tengah meja setelah ia mengambil satu batang untuk dirinya. Kemudian menempelkannya di bibirnya dan lekas menyalakan api dari pemantik. Tak perlu menunggu lama, kepulan asap langsung ke luar dari mulutnya itu. Dari wajahnya sih kelihatan kesal banget.

"Padahal baru berapa kali pertemuan ya kok tumbenan Bu Dian bolos kelas." Roman langsung ke kantin usai mengantar maminya ke bandara, nongkrong berdua sama Adis yang nggak ada kelas tapi kepaksa datang karena nganterin Handaru (lagian dia nggak suka sendirian). "Gue udah takut banget absen panggil. Dari awal kelas soalnya belum pernah."

"Alasannya kenapa sih?" Adis ikutan nimbrung sambil hendak meraih rokok di tengah meja tapi cepat tangannya dipukul Roman. "Emang semendadak itu sampe ngasih tahunya 5 menit sebelum kelas? Ngaco banget."

"Rapat sama rektor." jawab Handaru. "Bu Dian tuh jarang nggak masuk kelas. Ya kan Rom? Gue sama Roman semester 2 kemaren soalnya kelas sama beliau. Makanya gue serius banget sama tugas kali ini. Malah disuruh persentase sendiri. Gagal dah gue menunjukkan kepintaran gue depan Bu Dian." sambungnya sembari mengetuk batang rokoknya ke asbak.

"Tapi muka lu sejelek ini gara-gara tugas? Nggak mungkin dah."

"Oh kalo itu bukan masalah tugas, Rom."

"Anjing banget ah elah." Seseorang tiba-tiba datang menginterupsi obrolan Adis dan Roman. Dengan wajah yang tampak kesal, tapi tidak separah Handaru. Raka di sana, ia bergabung dengan teman-temannya yang lain. Menyisir rambutnya, ngasal. "Sakit kepala gue lama-lama di kelas Pak Syarif. Beneran bisa botak gue semester ini. Mana gabung lagi."

Diam. Handaru, Roman dan Adis memandang laki-laki itu sebentar, kemudian melemparkan tawa kencang bersama-sama, menarik perhatian semua orang di kantin. Beneran ngakak kencang. Memang menertawakan keapesan temen itu seru banget nggak peduli sendirinya juga lagi apes.

"Hahahahaha." Handaru yang paling kenceng sorak ketawanya. "Makanya jangan kelamaan liburan. Telat kan lo ngontrak kuliah. Dapet dosen killer."

"Nggak ngajak-ngajak sih liburan." Adis sepertinya akan terus-terusan membawa kasus ini sampai akhir semester karena kesal nggak diajak liburan. "Coba aja kita betiga diajak. Ya kan Rom, Han. Pasti sekarang kita sekelas sama Pak Syarif." lanjunya ke dua teman lainnya, menyindir Raka.

Mahasiswa yang duduk di kantin, melihat perkumpulan orang-orang ini tidak heran lagi. Tidak juga memandang heran ke Adis yang jadi perempuan sendiri di sana. Ini sudah masuk semester 5 artinya mereka sudah bersama hampir tiga tahun. Dan keberadaan mereka cukup populer.

Mereka jelas terlihat lebih dominan dari sudut manapun di kantin ini. Dengan amarah dan gelak tawa yang tidak putus — juga kepulan asap rokok terbang bebas menyatu bersama mereka. Tidak ada yang berhenti bicara meski makanan mereka sudah mendarat aman di atas meja.

"Makasih Pakde."

Cuma kalimat terima kasih yang kemudian dilayangkan oleh kawanan itu. Tidak perlu berebut karena Pakde sendiri sudah tahu pesanan masing-masing dari mereka.

"Mas Raka nggak makan?"

"Makan apa ya?" tanyanya, melihat makanan teman-temannya yang sebenarnya tidak ada yang spesial juga. "Nanti saya ke sana, Pakde." sambungnya.

***

"Udah dipesan punya gue?" Sara tiba-tiba muncul dengan rambutnya yang sudah dicepol lebih rapi.

Perempuan yang diajaknya bicara itu cepat mengalihkan pandangannya dari layar ponsel. Rambut panjangnya hitam dan tebal. Ghea namanya. Teman Sara dari segala bidang. "Lama banget sih lo. Dari mana aja?"

SEMU (LOVE IN CAMPUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang