#14 PEMILIHAN NASKAH SIDANG

572 78 9
                                    

***

Naskahan sudah berlangsung selama seminggu. Sedikit banyak, naskah dari tiap anggota udah dishare ke grup chat. Ada yang sengaja nggak bikin dari awal dengan alasan nggak bisa nulis dan cuma ngasih ide-ide aja. Juga ada yang bikin tapi nggak dilanjuti karena stuck di tengah jalan. Dan sejauh ini naskah yang hampir finish adalah naskah milik Saranya dan Naomi.

Tapi ternyata dalam proses pemilihan naskah itu, terjadi selisih paham.

"Yaudah jadi lu kapan kelarnya?" tanya Naomi. Hawa di pendopo udah tegang banget. Semua anggota juga tahu kalau perempuan satu ini kalimatnya nggak pernah pakai basa-basi. Dia berani dan tegas. "Kalau mau make naskah lu harusnya udah selesai dong. Dari kemaren revisian kok nggak kelar-kelar. Kita semua mau cepat biar bisa dapat tanggal."

Sara mengikat rambutnya sebelum ngomong. Kebakar juga emosinya dengar kalimat Naomi barusan. "Gue nggak pernah bilang kalo pake naskah gue aja. Dari awal kan kita diskusiin sama-sama naskah mana yang dipake. Finalnya naskah lu sama gue. Mau pake naskah lu silahkan aja tapi benerin dulu. Naskah lu itu copy paste di google. Jujur aja deh."

"Copy paste apaan anjir?!"

"Nao, tenang dulu," Roman panik tiba-tiba Naomi mengeluarkan kata umpatan di tengah diskusi panas itu. Tangannya cepat menghalau sang puan yang udah mau bangkit dari duduknya. "Kita ngomong baik-baik ya."

Ghea, di hadapan perempuan itu cuma diam aja. Dari awal, Sara dan Naomi emang udah perang dingin di grup chat. Dia udah expect hal kayak gini bakal terjadi. Dan anak-anak lain pasti memikirkan hal yang sama.

"Kok marah-marah sih, Sar?"

Itu seruan Raka. Pelan banget suaranya. Berbisik. Dia duduk persis di sebelah sang puan. Tapi mungkin karena Sara udah lebih dulu terbakar marah jadi nggak kedengaran sama dia. Dia udah kelihatan kesal banget.

"Kok lu bisa bilang copy paste?" Kalimat perempuan itu sekarang datang bersamaan dengan tawa kecilnya. "Semua yang naskahan juga lihat di google kali. Namanya juga acuan. Emangnya lu nggak?" tanyanya sarkas.

"Nggak!"

Semua orang di sana langsung menengok Sara. Perempuan itu nggak kalah berani. Satu kampus juga tahu kalau Sara ini anaknya nggak ada takut-takutnya, ketemu sama Naomi yang ternyata juga gitu. Dan diskusi ini udah bukan diskusi sehat lagi. Mereka udah mulai saling lempar tuduhan.

"Naskah gue ini naskah waktu gue ikut debat semester II kemaren. Gue bikin sendiri. Gue revisi juga karena masih acak-acak tapi tetap gue nggak copy paste di google. Makanya nggak bisa secepat lu selesainya."

Naomi diam sebentar, menarik napas. Pikir mereka, Naomi bakal kalah sama tuduhan itu tapi ternyata nggak. "Lu tahu nggak sih omongan lu tuh bakal kena pasal 311 ayat (1) KUHP. Tolong dong hati-hati kalo ngomong."

Dengar Naomi membalas kalimatnya dengan pasal, Sara terkekeh. "Gue tahu kok dari awal emang lu nggak suka sama gue. Lu mau berantem?"

"Ayo. Mau berantem di mana?"

Kali ini kayaknya Naomi nggak bisa lagi menahan emosinya. Dia bangkit dari duduknya dan menaikkan lengan sweater yang ia pake. Sara mana mau kalah. Perempuan itu juga ikutan berdiri. Semua orang langsung panik. Yang cowok-cowok cepat menghalangi pergerakan mereka. Yang cewek-cewek udah teriak histeris. Situasi di pendopo sore itu chaos.

"Sar," Raka berdiri di depan perempuan itu. Seruannya pelan tapi serius.

Sedangkan Roman udah memegang tangan Naomi erat. "Naomi."

"Alah gue tahu kok sebenarnya lu nggak dapat kelompok kan?" Perempuan itu teriak sambil jinjit kecil karena tubuh Roman yang besar menghalangi penglihatannya. "Lu cuma lagi beruntung aja sama Bu Yuli dimasukin. Padahal pas pembagian kelompok lu aja telat masuk kelas. Emang beban."

SEMU (LOVE IN CAMPUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang