WHAT IF: BAGIAN SATU

402 27 4
                                    

Taylor Swift - dorothea

***

Semua yang dibilang teman-temannya itu memang benar. Kalau dia pengecut, kalau dia brengsek, kalau dia tolol, goblok, bego. Apapun istilah lainnya, Raka akui memang benar. Tapi kalau dibilang dia cuma manfaatin Sara, kalau sebenarnya dia nggak benar-benar sayang Sara, itu salah besar. Bagi Raka, nilai di kampus nggak sepenting itu sampai harus manfaatin Sara. Ia memang baru dapat kesempatan buat dekatin Sara sekarang setelah selama ini dia nggak bisa melakukan apapun untuk dekatin Sara.

Raka benar-benar sayang sama Sara. Mungkin perasaan itu kelihatannya kecil di mata orang-orang tapi Raka berani sumpah. Cintanya sangat besar.

"Raka?"

Mendengar suara itu, Raka langsung membalikkan badannya. Pertama kalinya Raka bertemu Sara setelah lebih dari satu bulan terpisah karena tempat magang yang berbeda. Rasanya lebih asing daripada kata asing itu sendiri. Raka langsung membeku. Tidak percaya kalau sekarang Sara ada di hadapannya. Tidak percaya kalau dia nekat nyamperin sampai ke Jogja.

Begitu juga Sara. Ia menengok ke kiri dan kanan. Tidak percaya sama apa yang dia lihat. Bagaimana bisa Raka ada di sini. Bagaimana bisa Raka tiba-tiba muncul di kontrakannya. Bagaimana bisa Raka sampai di Jogja. Naomi memberitahu kalau ada Raka di depan. Sampai Sara marah karena dipaksa keluar. Baginya becanda itu nggak lucu. Mana mungkin ada Raka di depan kontrakan. Tapi ternyata Raka benar-benar ada di sana. Di depan mukanya.

Waktu seperti berhenti dan tinggal detak jantung mereka saja yang ada. Mata mereka saling bertemu. Masih mendikte keberadaan satu sama lain.

"Ngapain di Jogja, Ka?"

Itu adalah hal penting yang harus Sara tanyakan.

"Just wanna meet you."

"Ngaco."

"Sar, sorry."

Raka tiba-tiba minta maaf. Sara daritadi berusaha menahan diri untuk kuat. Memasang mata tajamnya biar tidak tergenang air. Menahan tubuhnya biar nggak jatuh karena beberapa hari ini adalah hari-hari sulit untuk dirinya. Semua karena Raka. Dan bagaimana bisa yang bersangkutan bisa langsung datang kesini. Menemui dirinya langsung.

"Gue nggak tahu harus gimana ngomongnya."

Sara melirik kesana-kemari. Antara grogi sama situasi yang dihadapinya sekarang dan pikiran anak-anak yang satu kontrakan dengannya. Sara tidak mau berurusan dengan Raka soal apapun itu. Sara tidak mau berada di situasi yang bikin dia terlihat berduaan kayak gini. Raka itu pacar orang.

"Lu ke Jogja bukan mau nemuin gue kan?"

"Kan udah gue bilang tadi."

"Nggak usah ngacolah, Ka. Gue serius."

"Siapa yang main-main sih, Sar."

"Jakarta Jogja jauh. Ngapain coba."

"Yah karena lu."

Mata Raka mulai memerah. Antara menahan air matanya yang sudah tergenang di sana supaya tidak jatuh atau marah karena dituduh Sara barusan. Tapi gimana Sara nggak marah. Ini benar-benar ngaco. Pacar orang nyamperin dia sejauh-jauh ini. Apa kata orang-orang nanti.

"Ka, nggak ada yang harus diselesaiin antara kita. Karena dari awal juga nggak pernah ada hal yang dimulai." Sara bersuara tanpa menengok Raka. Dia menunduk dengan sadar. Menahan harunya. "Lu nggak boleh kayak gini. Gue nggak mau sekarang kelihatannya kayak ngerebut pacar orang."

"Pacar orang siapa?"

Sara langsung mengangkat kepalanya. Wajah bingung Raka makin bikin Sara bingung. Ia diam, menunggu jawaban Raka akan kebingungannya.

SEMU (LOVE IN CAMPUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang