SPECIAL PART: ENDING

666 58 12
                                    

cw//kiss

***

Raka agak terkejut mendapati seorang gadis berjalan mendekati dirinya dan Sara dengan perawakan sedikit nyentrik di tengah stasiun, di tengah orang-orang berlalu lalang, di tengah langit yang sudah siap berganti gelap. Dia tetap tampak kece dan gawl. Kacamata hitam yang bertengger di hidungnya tadi sekarang udah pindah di pucuk kepalanya. Rambutnya dikucir agak tinggi, menyisakan sebagian kecil di dekat telinganya. Kaos putihnya ketat menyesuaikan bentuk tubuh. Mirip banget sama Sara.

"Kamu bawa mobil sendiri?"

Memang mirip banget sama Sara. Mungkin kalau dari kontur wajahnya nggak sebegitu mirip. Tapi nggak tahu kenapa melihatnya keingat Sara. Dan ternyata yahh wajar ajalah orang memang adik kandungnya. Elen.

"Papa nggak tahu tapi."

"Ka, kenalin." Sara nggak lupa sama pemuda itu yang kalau orang-orang lihatnya lucu banget. Raka berdiri di antara gadis-gadis mungil dan tinggi sendiri di sana. "Adek gue. Namanya He-le-ne. Tapi panggil Elen aja."

Cepat Raka mengulurkan tangannya untuk bersalaman. "Raka. Kamu unik namanya. Ini beneran He-le-ne. Bukan Helen aja gitu cara ngomongnya?"

"Yap benar." Elen mengambil tangan Raka dan bersalaman sembari mengangguk. "Soalnya almarhumah Kakek aku manggilnya Lene."

Kemudian Raka menengok Sara usai bersalaman dengan matanya yang bulat lucu itu. "Terus kamu dipanggil Ranya gitu?"

Jujur, Sara nggak tahu harus kaget karena Raka menebak dengan benar nama panggilan almarhumah kakek untuk dirinya atau karena Raka ngeswitch panggilannya dari lo ke kamu. Pertama-tama mari kita bedah satu persatu-satu. Helene pasti senang memperkenalkan nama kecilnya Lene karena setiap dia memberitahu soal namanya nggak ada yang merespon kayak Raka barusan. Semua orang cuma oke udah gitu aja. Terus tiba-tiba menebak nama kecil Sara. Selanjutnya ngeswitch panggilan yang nggak tahu kenapa jadi kamu apa karena lagi di Bandung dan di depan adeknya Sara, Sara nggak tahu. Dia cuma bengong sekarang.

Yang kaget di sana bukan cuma Sara, tapi Elen juga. Dia sebenarnya tahu kisah cinta Sara dan Raka dari kakak angkatnya (re: Ghea) tapi nggak expect juga bakal melihat pemandangan orang pacaran secepat ini. Diperhatikannya kakak perempuannya itu yang mematung, salting.

"Udah pacaran, Teh?" Itu bisikan Elen di telinga Sara udah kayak toa masjid bikin Sara kayak orang lagi dikagetin aja. Elen sampai heran sendiri.

Dipukulnya Elen, cepat. "Ngomong apa sih?"

"APA SIH kok makin pukul-pukul?" Dia nggak kalah ngamuk.

Posisinya sekarang mereka masih di stasiun, orang-orang masih ramai dan ada dua kakak beradik tiba-tiba berantem dan Raka jelas kebingungan, Mau melerai juga kayaknya nggak bisa karena sekarang dua orang itu udah jalan duluan sambil beradu mulut, ninggalin Raka di belakang.

"Teh, Bang Raka-nya."

"Ka????"

Itu dua orang udah mutar balik buat nyari Raka tapi ternyata laki-laki itu nggak ada di belakang mereka — di mana-mana, di tengah kerumunan orang. Yaaah soalnya sekarang Raka udah di samping mereka, nyusulin.

"Sar, gue di sini."

"Ih lu jangan jauh-jauh ntar,"

"Ntar kangen?"

"Timingnya nggak pas banget buat ngegombal. Sekarang lagi di STASIUN!"

"Kita misah di sini aja, Sar. Gue mau langsung ke rumah Handaru."

Terus, kaki Sara rasanya langsung nggak bisa menopang tubuhnya. Mendadak persendiannya lemas dengar Raka mau pamitan. Sara tahu kok kalau selain mau nemenin dia pulang, Raka memang niatnya mau ketemu Handaru. Tapi nggak pamit di stasiun juga. Tapi di mana tempatnya juga Sara dan Raka bakal berpamitan. Waktu magang mereka masih banyak.

SEMU (LOVE IN CAMPUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang