#18 TEMAN-TEMAN

528 70 13
                                    

***

"Tolol,"

Itu kata pertama yang Raka lontarkan setelah mobil yang membawa Sara kembali ke kampus menjauhinya. Dengan tenaga yang tersisa, dia masih kuat menendang ban mobil karena efek ketololan yang beberapa menit sebelumnya dia lakukan. Jua mengacak-acak rambutnya, frustasi.

"Tiba-tiba minta izin cium tuh otak gue di mana dah," Helaan napasnya naik turun dan menahan emosi. Dilihatnya sekeliling takut-takut ditengok orang sebab marah-marah di pinggir jalan. "Apa nggak dibilang cowo mesum gue. Ini efek temenan sama Handaru ini. Bokep mulu jadinya."

Padahal nggak ada urusannya sama Handaru sama kelakukannya hari ini. Dia juga nggak pernah menciduk pemuda itu nonton bokep. Paling juga dia diam-diam (kenapa jadi ngatain Handaru sih). Pokoknya Raka nggak tahu kok dia bisa ngomong begitu ke Sara. Mungkin emang efek demam.

Sedangkan Sara — duduk di dalam mobil dengan debar jantung yang amat sangat sangat kencang. Sampai-sampai dia takut supir gocarnya itu bisa dengar. Ditepuk Sara pelan dadanya berharap jantungnya bisa lebih tenang. Tapi kenyataannya semakin Sara ingat sama apa yang dikatakan Raka beberapa menit belakang bikin makin berdebar. Sara balik demam.

Buru-buru dia mengangkat hapenya ke depan wajahnya. Meski layar hapenya gelap tapi Sara dapat melihat dirinya di sana. Bibirnya — digigitnya dan disentuhnya dengan ibu jarinya. Sukses bikin dia berkhayal kalau beneran tadinya bibirnya itu dicium. Teriakan langsung jatuh setelahnya.

"AAAAAAAAAA!!!!"

"Mbak?"

"Lu mikirin apa sih, Saranya!!!"

"Mbak? Mbak nggak papa?"

Itu supir gocar udah panik kalau-kalau dia bawa penumpang gila.

***

Handaru mengambil langkah, mendekati kamar Raka. Sudah ada Adis di sana. Perempuan itu berdiri di ambang pintu sambil melipat tangan. Setelah sampai di sebelahnya, Handaru bisa melihat pemandangan apa yang lagi disaksikan teman perempuannya itu. Raka terbaring diselimuti sama kain tebal itu, nggak berkutik sejak tadi. Iya, dia balik demam lagi.

"Masih belum enakan malah ngide ke kampus. Drop lagi kan,"

"Dikira kalau nyamperin ceweknya bisa langsung sembuh kali ya."

"Karena belum jadi ceweknya tuh makanya nggak sembuh."

Adis langsung menoleh ke samping, menengok Handaru. "Anjirlah."

Fakta kalau kedekatan Raka dan Sara itu udah kayak orang pacaran membuat Adis kadang nggak sengaja mention Sara dengan istilah eewek Raka. Padahal jadian aja belum. Selama kuliah, Raka nggak pernah dekat sama cewek sedeket dia sama Sara kayak sekarang. Jadi rasanya Sara kayak udah jadi bagian dari mereka. Kayak Kalani — ceweknya Roman.

"Ini anak ditinggal sendirian nggak papa?"

"Nggak papa," kata Adis terus pergi dari sana. Langkahnya lekas dibuntutin Handaru dari belakang. "Udah gue paksa minum obat. Itu efeknya ngantuk makanya tidur anaknya. Udahlah nggak usah lebay dia cuma demam."

Handaru sekarang udah di samping perempuan itu. "Dia demam tapi lebih-lebih dari orang demam. Semua orang dibikin panik sama dia."

Tawa Adis jatuh mendengarnya.

"Ini mau makan di mana sih?"

"Nggak tahu Kalani. Tapi udah dishareloc sih,"

"Mana lihat?" tanya Handaru. Kemudian Adis memperlihatkan layar hapenya, menampilkan aplikasi maps. Sambil menunduk karena tinggi badan mereka yang cukup jauh itu, Handaru memperhatikan lokasi yang mereka akan tuju. "Lah ini mah kafe Sara sama Ghea." ujarnya, tegas.

SEMU (LOVE IN CAMPUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang