4NEMO[7]

148 17 3
                                    

"Lumine...aku sudah menemukan mu...ayo, pulang...kamu bilang rumah adalah tempat dimana kita bersama..."

Aether menatap wajah Lumine yang damai terpejam... di dada sang adik terpacak pedang yang sudah menembusi jantung.

Aether memukul dadanya guna menahan sebak.

"KENAPA?!!"
"Kenapa kamu paksa aku berbuat begitu"

Air mata Aether mula mengalir, tangannya yang dipenuhi oleh darah sang adik kini ditatapnya.

Aether mendongak, memandang entitas agung di hadapannya.

"puas?, Dendam kamu sudah terbalas bukan?, Khaenriah, sudah sepenuhnya hilang dari sejarah Teyvat, Princess Abyss juga telah mati...aku...aku sudah membunuhnya dengan kedua tanganku sendiri"

Entitas tersebut, hanya tersenyum miring.

"HAHAHAHA...kejam ya"

Aether hanya berbicara sendiri entitas tersebut tidak mengeluarkan satu patah kata pun dia hanya tersenyum sinis dan memandang hina kepada Aether

"Padahal kami berdua hanyalah seorang pengembara...janji kami adalah mengembara bersama dari dunia ke dunia mencipta kenangan indah bersama"

Aether berbicara dengan nada yang parau dan pasrah.

"Terdapat beribu, bahkan berjuta pintu yang sedang menunggu kamu untuk membukanya terdapat pelbagai dunia yang kami belum jelajahi...tapi kamu...kamu memotong sayap kebebasan kami"

"Terima kasih..."

"Sekarang aku tidak lagi mempunyai sesuatu yang dipanggil rumah, kerana rumah adalah tempat dimana aku dan adikku hidup bersama"

"Oleh itu, untuk apa lagi dimensi ini wujud"

Aether berdiri, tangannya yang dipenuhi darah tadi bercahaya, pedang yang tertancap di jantung sang adik kini berada di tangannya. Rambut yang selama ini dia ikat terurai.

Aether mengakat pedangnya...keluarlah cahaya crystal dari pedangnya.
Aether memandang Lumine lalu mengatakan.

"Tunggu aku Lumine"

Setelah mengatakan itu cahaya yang terang memenuhi deria pandangan Aether.

|•°•°•°•°•°•°•°•°•°•|

"AETHER!!, AETHER!!"

Aether membuka matanya dia melihat sosok Lumine berada di hadapannya.

Serta merta Aether memeluk erat sang Adik dia tidak tahu kenapa mimpi tadi terasa sangat nyata. Dia sangat bersyukur itu hanyalah mimpi dia masih bisa mendengar omelan ibu-ibu dari adiknya.

"Oi, kenapa?, kek orang mati, susah banget dibangunin"

Aether tersentak.

"Sekarang jam berapa?"

"Jam 7:30 pagi"
Jawab Lumine kesal.

"Elah udah telat, kok nggak dibangunin"
Teriak Aether.

"Orang dia yang ngak bangun"
Lumine hanya melihat kakaknya yang kelang kabut ke sana ke mari.

"Oi Aether kamu mahu ke sekolah?"

"Ya emang kayak aku mau ke pasar?"

"Lah kenapa ke pasar, Somad"
Lumine kesal.

"Heh, emang aku kek orang mau ke pasar mbak?"

4NEMOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang