—æ—
Musim panas telah berlalu jauh lebih dulu. Kini datang musim gugur dengan daun-daun yang berpijak pada jalanan. Angin yang dingin, hujan yang datang tanpa kabar. Penghangat rumah mulai menyala. Selimut tebal dengan aroma lemari. Sore hari adalah waktu terbaik untuk tidur siang dan malam sangat menyenangkan untuk tetap terjaga.
Saat ini Winter memijakkan sepatunya pada tanah yang basah. Dari hujan yang turun tadi malam. Winter berhadapan dengan pohon yang cukup besar, terletak di belakang rumahnya. Ia memanjat pohon tersebut bukan untuk beristirahat. Melainkan menemui teman yang belakangan selalu ada untuknya ini.
"Kenapa tak ketuk pintu rumah ku saja?" Tanya Winter yang berhasil memanjat dan bertahan pada salah satu batang pohon itu.
"Aku tak ingin diceramahi oleh Ibu mu lagi, sebab membuat kotor lantai teras rumahnya" Jawab Karina, sosok yang selalu ada untuk Winter ini.
"Oke, baiklah. Jadi, apa yang akan kita lakukan dihari libur ini?" Tanya Winter penasaran kemana Karina akan membawanya kali ini.
"Entahlah, aku tidak tahu. Niat ku hanya untuk melihatmu saja dan memandangi mu sudah lebih dari cukup" Jawab Karina dengan nada yang terdengar bercanda.
"Ck, tahu begitu aku tidak turun dari tempat tidur ku" Kesal Winter yang kemudian memalingkan wajahnya.
Mendapati Winter yang terlihat kesal Karina menjadi ikut diam. Dia memperhatikan daun-daun pada pohon yang ditumpanginya menjadi lebih sedikit. Teringat saat musim semi ia mengejutkan Winter sampai terjatuh dan meneriakan dracula. Sudah lama juga waktu berlalu.
"Ayolah Winter, jangan kesal. Aku tidak punya banyak waktu" Ucap Karina. Mendengar itu raut wajah Winter tertiba berubah. Ia menjadi sangat khawatir pada kalimat terakhir yang diucapkan Karina. "Ibu ku mengajak ku untuk pergi dari sini"
"Kau tidak bermaksud untuk pergi meninggalkan kota ini kan?" Tanya Winter dengan penasaran.
"Tentu tidak. Jika aku pergi meninggalkan kota ini, sudah pasti aku pergi bersama mu" Jawab Karina lagi-lagi dengan nada yang terdengar bercanda.
"Jangan bercanda" Ucap Winter.
Karina tersenyum tipis. Ia selalu terdengar becanda di telinga Winter. Dia bisa saja menggelengkan kepalanya dan berkata pada Winter bahwa hal itu serius. Ia ingin pergi dari kota ini dan membawa Winter bersamanya. Tapi rasanya tak tepat, belum banyak hal yang ia lakukan untuk Winter. Ia tak tahu bagaimana gadis di depannya ini melihat dirinya.
Winter kemudian mengalihkan pandangannya. Memilih daun yang tak sengaja mendarat di atas pahanya. Dengan sangat serius ia memperhatikan daun yang tampak telah menyerah pada hidupnya. Lalu, angin berhembus lebih kuat, daun yang dipegang Winter terlepas. Gadis itu tak sadar ingin menangkap dan melompat.
"Oh, Tuhan!"
Karina dengan sigap menarik Winter, menyandarkannya pada dahan pohon kembali. Kakinya berpijak dengan kuat agar keduanya tak terjatuh. Disertai tangannya yang meraih batang pohon yang sedikit lebih tinggi darinya. Winter tampak baik-baik saja. Berbeda dengan Karina yang sangat panik.
"Kau gila? Kau mau lompat hanya demi daun yang tak lagi bernyawa?" Tanya Karina sedikit tak percaya dan berusaha untuk bernafas dengan baik. Dadanya terasa sesak, dalam beberapa detik dipikirannya tadi adalah hal yang sangat buruk.
"Hey..." Winter menangkup pipi kanan Karina. Karina sedikit terkejut sebab tangan Winter terasa sangat dingin. Namun, perlahan menjadi hangat sebab pipinya yang memerah.
"Aku tak mungkin melompat. Aku hanya melihat daun itu jatuh. Itu hanya kesalahan pikiranmu dan situasinya. Tapi beruntungnya aku, karena kamu, aku tak menghabiskan musim gugur di rumah sakit. Terimakasih..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Winter Wish
Teen FictionWinter (Kim Minjeong) beserta Ibunya pulang ke tanah kelahiran. Setelah bertahun-tahun menghabiskan hidup di Illinois, Amerika. Ibunya (Jessica Jung) bermaksud agar putri semata wayangnya ini menghabiskan masa remajanya di kota ini. Sebuah kota yang...