—æ—
Satu minggu setelah Winter mendengar pembicaraan Jessica bersama Taeyeon. Winter terlihat sangat murung. Tidak banyak mengobrol bahkan menghiraukan Ibunya yang berusaha menjelaskan percakapan itu. Namun Winter tak memberikan satu kesempatan untuk Jessica. Terlebih sejak satu minggu berjalan, Karina tidak ada di sampingnya. Mungkin Winter tak perlu menganggap Karina terus bercanda. Sebab seminggu yang lalu, di belakang rumahnya, Karina sempat berkata bahwa ia akan pergi bersama Ibunya.
Ya saat ini Karina sedang berada di luar kota. Karina berkesempatan mengikuti ujian test beasiswa olahraga basket wanita. Karina kerap menelpon Winter melalui telepon menanyakan kabarnya serta mengirimi foto-fotonya yang tengah berjuang mendapatkan beasiswa. Sebisanya Karina mengabari Winter ditengah waktu yang tak bisa ditinggalkannya.
Tok Tok
Jessica mengetuk pintu kamar Winter yang akhir-akhir ini sering sekali terkunci dari dalam.
"Winter, kedua teman mu datang" Ucap Jessica sebelum akhirnya meninggalkan pintu kamar yang berwarnakan putih.
Winter beranjak dari tempat tidurnya. Saat bangkit kepalanya terasa sangat berat. Berjalan pun tidak lurus sempurna. Winter pergi ke kamar mandi dan membasuh wajahnya. Ia menatap dirinya yang tampaknya mengurus dan wajahnya juga terlihat kelelahan. Setiap saat, ketika malam datang Winter kerap bertanya pada dirinya. Terkadang dia takut menyadari kenyataan yang tak pernah ia harapkan. Rasanya, ia ingin cepat berada di penghujung desember dan berdoa di festival Winter Wish.
Winter beranjak dari tempat itu, mengambil sembarang jaketnya yang tergantung di badan kursi. Ia memasang jaketnya dan berjalan keluar kamarnya. Beberapa langkah berjalan, terlihat Giselle serta Ninging yang tengah menunggu dirinya.
"Hai Gi, Hai Ning" Sapa Winter dengan lesu.
"Kau tampak kacau Winter" Ujar Giselle yang prihatin pada temannya.
"Aku tidak apa-apa, ayo berangkat biar segera pulang" Ungkap Winter kemudian berjalan kearah pintu utama rumahnya.
"Belum sampai sudah mau pulang saja" Ledek Ningning pelan, sebab ia tak ingin membangunkan Winter yang saat ini pikirannya terus berkecamuk.
Sebelum Winter mengayuh sepedanya. Ia memasang headphone yang tersambung dengan sebuah walkman atau pemutar kaset pita yang selalu ia bawa kemanapun dirinya pergi. Hingga angin pun mengikuti kayuhannya yang terlihat pelan. Giselle serta Ningning telah berjalan di depan. Winter memilih untuk menikmati pemandangan dan lagu yang terputar di telinganya.
Dalam beberapa bagian bait lagu, Winter menitihkan airmatanya. Tapi ia dengan cepat menghapus airmata yang entah bagaimana ia harus menjelaskannya. Genggamannya pada kemudi sepeda sangatlah kuat. Jantungnya berdegub lebih cepat dari sebelumnya. Kedua temannya telah menghilang dari pandangan kabur milik Winter. Ia ingin sekali mengejar keduanya, tetapi langkahnya begitu berat. Winter memaksakan kayuhannya dan membuat roda-roda bergerak lebih cepat.
Decit!
Winter mengerem mendadak setelah sadar di depannya adalah pembatas jalan. Winter turun dari sepedanya kemudian berjongkok di depan sepedanya. Tangannya gemetar, kepalanya terasa sangat pusing. Nafasnya menjadi sesak dan ia menggigit jaketnya dengan sangat erat. Sebelum akhirnya dia berteriak.
"Argh!!"
***
"Yo! Karina!"
Teriak Giselle menemukan Karina yang tengah menunggu teman-temannya. Rasa rindu ingin meledek sahabat sendiri tak bisa Giselle pungkiri. Ia baru saja memplesetkan nama Karina barusan dan sahabatnya itu hanya mampu menghela nafas serta memperbaiki kalimatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Winter Wish
Teen FictionWinter (Kim Minjeong) beserta Ibunya pulang ke tanah kelahiran. Setelah bertahun-tahun menghabiskan hidup di Illinois, Amerika. Ibunya (Jessica Jung) bermaksud agar putri semata wayangnya ini menghabiskan masa remajanya di kota ini. Sebuah kota yang...