—æ—
Musim Semi, di Chicago, Illinois
Beranjak dari kota kecil ke kota yang lebih besar. Berjarak begitu jauh, menempuhnya tak cukup hanya satu waktu. Berpindah pun membutuhkan banyak persyaratan dan perjanjian. Meski arah jam tetap sama, beradaptasi juga melewati waktu yang lebih lama. Tapi sekarang di sinilah Karina, mengejar mimpinya. Berada di kota tempat tim basket favoritenya bernaung, Illinois, Chicago. Serta tempat lahirnya dari gadis yang sangat di cintainya.
"Karina, ada tamu" Ujar seorang teman sekamar Karina.
"Tamu ku?" Tanya Karina sembari menunjuk dirinya sendiri. Lalu, temannya itu mengangguk.
Karina menutup buku yang sejak tadi di bacanya. Ia melihat jarum jam pada jam tangannya, masih terlalu pagi untuk mendapatkan tamu. Karina mengambil jaket berwarna hijau gelap yang tersimpan di sis ranjang tidurnya. Kemudian turun dan menemui tamunya.
"Winter?" Ternyata pacarnya sendiri yang datang.
"Hai, tidak sibukkan?" Tanya Winter yang terlihat sudah sangat rapi, bersiap-siap untuk pergi.
"Kenapa tidak naik saja dan temui aku di kamar?" Karina cukup heran karena sebelumnya Winter juga langsung naik dan menemuinya.
"Tidak enak, ada teman mu" Ucap Winter pelan dan Karina memahaminya. "Eh, tapi hari ini tidak sibukkan?"
Karina berpikir dan mengingat jadwal-jadwalnya hari ini. "Sepertinya tidak ada, kenapa? Kamu mau pergi jalan-jalan?" Tanya Karina memperhatikan pakaian yang dikenakan Winter hari ini.
"Iya, aku sudah janji untuk mengajakmu jalan-jalan kan? Jadi, ayo pergi"
"Sekarang?"
"Em"
Winter memberikan raut wajahnya yang sangat menggemaskan. Karina tak bisa menolak itu dan dia pun siap tanpa harus mengganti pakaiannya. Winter mengajak Karina pergi menggunakan kereta untuk pergi ke pusat kota. Chicago sangatlah besar, ada banyak lingkungan di Chicago mulai dari yang bergaya Eropa sampai China.
Setelah 20 menit menggunakan kereta menuju pusat kota. Karina tahu kemana Winter akan membawanya. Winter memang berjanji jika ke Chicago hal yang pertama mereka harus datangi adalah karya seni ternama yaitu, clouds gate, tapi orang-orang Chicago lebih sering menyebutnya the beans. Karena karya seni ini sangat mirip dengan bentuk kacang yang berukuran sangat besar dan berada di tengah-tengah pusat kota.
"Benar-benar sangat mirip, pantas saja banyak orang mengakuinya" Ujar Karina yang setuju dengan pemikiran orang-orang.
"Sangat menarik ya" Imbuh Winter dan Karina mengangguk.
"Tapi ada yang lebih menarik dari ini sih" Ujar Karina, Winter tahu kemana selanjutnya kalimat itu. "Kamu lebih menarik dari apapun"
"Kamu terlalu melebih-lebihkannya"
Karina menggeleng sebab dia benar-benar jujur tentang perasaannya. "Bagi ku Winter, bagi ku. Tidak ada yang berlebihan dari ucapan ku, sayang"
Winter menjadi tersipu dan semakin tersipu saat Karina meraih kedua tangannya dan menautkan jemari mereka. Karina mengecupnya sembari menatap Winter dengan penuh rasa sayang. Winter tertawa dengan tingkah Karina yang selalu romantis di mana pun mereka menginjakkan tanah.
"Winter, kota ini akan menjadi hal yang berbeda. Aku harap kita bisa melewatinya bersama-sama. Sampai apa yang menjadi harapan kita akhirnya tercapai. Satu harapan ku untuk bisa terus bersama mu telah terwujud"
Setetes airmata jatuh membasahi pipi Winter dan ia cepat mengalihkan pandangannya. Kemudian kembali menatap kekasihnya yang ternyata juga ikut meneteskan airmatanya.
"Segala harapan ku telah ada di sini. Karina terimakasih telah menyapa ku terlebih dahulu. Saat itu aku hanya berharap akan selalu melihat mu dari jarak yang terjauh sekalipun. Sekarang—"
Perkataan Winter terhenti saat Karina tak kuat mendengarnya. Sebab saat ini ia memeluk Winter dengan sangat erat. Ia tak percaya jika selama pertama kali mereka bertemu Winter telah membuka jalannya dan setapak jalan berikutnya adalah tugasnya. Memastikan bahwa perjalanan yang dimulai di kota impiannya ini dapat menyatukan kembali mimpi-mimpi yang hilang.
Selesai.
—J U S T R E D
KAMU SEDANG MEMBACA
Winter Wish
Teen FictionWinter (Kim Minjeong) beserta Ibunya pulang ke tanah kelahiran. Setelah bertahun-tahun menghabiskan hidup di Illinois, Amerika. Ibunya (Jessica Jung) bermaksud agar putri semata wayangnya ini menghabiskan masa remajanya di kota ini. Sebuah kota yang...