Last Fall

559 84 9
                                    

—æ—

Chicago, Setahun setengah yang lalu.

Hari itu masih hujan. Bahkan petir tak segan untuk datang dan pohon yang hanya menyisakan beberapa daun pun ikut bergerak seraya angin yang menerpa. Jessica menahan kantuk dan tetap memperhatikan suaminya yang saat ini terbaring serta tak juga tertidur.

"Jessica, dimana Winter?"

"Dia lagi diluar tampaknya mencari coklat dan cemilan kesukaannya. Ada apa? Kamu ingin sesuatu?"

"Tidak, aku tak butuh apa-apa. Hanya saja aku berpikir. Jika umurku tidak sepanjang yang kita ketahui. Maukah kau kembali ke kota kecil itu dan membawa Winter bersamamu?"

"Tidak. Tidak akan pernah. Aku sudah sering mengatakan padamu, aku tak akan pergi kemanapun. Tanpamu dan Winter. Kita tahu bahwa kamu akan baik-baik saja sayang. Kita akan pulang dan semuanya kembali seperti semula"

"Jessica, my time will come in any moment.  Aku hanya ingin yang terbaik untukmu dan juga Winter. Aku tidak akan pergi dengan tenang, jika tidak ada yang akan mengurus kalian berdua. I-I can't imagine that. Kau telah kehilangan Ayahmu dan sekarang aku. Well, I'm sorry. Aku telah membuat kesepatakan dengan Taeyeon untuk menitipkanmu dan Winter padanya. Please, come to her and forget me"

Jessica menarik nafasnya dengan sekuat tenaga. Menyesak udara pada paru-parunya. Airmatanya tak kuat untuk bertahan dan memilih mengalir pada pipinya. Ia menengadahkan kepalanya ke atas agar airmata itu tak lagi tumpah. Kembali ia menarik nafasnya. 

"Kau telah kehilangan akalmu. Aku tidak akan pergi tanpa dirimu"

"Namun, aku akan pergi. Sekali lagi maafkan aku. Aku mencintaimu. Tell Winter I love her too"

Hingga Jessica memejamkan matanya entah mengapa ia melakukan itu. Rasanya begitu menyiksa mendengar permintaan dari suami yang ia sayangi. Disisa detik-detik Jessica membuka matanya ia hanya mendengar nada datar menggetarkan hati menjadi luka. 

Tap! Sigap Jessica menekan tombol bantuan. 

"Sam? Sammy? Sam?!" Jessica berusaha membangunkan suaminya yang hanya mengeluarkan suara lirih nafasnya. Lalu ia pun mendengar suara nafas di detik-detik terakhir kehidupan laki-laki yang dinikahinya sejak 21 tahun yang lalu. 

"Oh, God. Please, please, please... Sam— SAM!!"

Kemudian Dokter dan perawat datang membantu agar laki-laki ini kembali ke permukaan. Jessica menjadi runtuh dan ia terduduk tak mampu menarik suaminya kembali ke dunia. Berselang waktu Dokter juga tak mampu berbuat apa-apa. Suami Jessica itu pun harus menghadapi dunia yang lain. 

Jessica lalu dibantu oleh seorang perawat untuk memenangkan diri. Pikirannya sangat kacau, tangis terus pecah dalam suaranya. Tubuhnya tak henti bergetar dan tak ada lagi yang bisa ia lakukan. Bahkan hatinya lebih hancur saat harus memberitahu putrinya tentang keadaan yang sedang terjadi. 

"Ibu?" 

Winter disana berdiri tak jauh dari Ibunya. Ia melihat ruangan yang transparan itu berisi banyak orang beserta Ayahnya yang tak berdaya. Coklat yang penuh di tangannya terjatuh satu per satu. Ia mulai menangis dan Ibunya menguatkan hati berlari kearahnya dan memeluknya. Tak ada kata yang mampu Winter ucapkan maupun yang Jessica ingin beritahukan. Ibu dan anak ini menjadi orang yang berikutnya harus menghadapi kembali dunia. 




***



Awal malam yang disambut dengan tangisan. Udara malam yang mendingin disertai hujan yang tak kunjung reda. Langkah lari dan suara pintu yang terbanting menjadi satu. Meski Winter dapat mempercayai seluruh cerita Ibunya, namun ada satu bagian yang tak ingin dia percayai.

Winter WishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang