Fast-Rewind

445 77 14
                                    

—GG—

Warna yang saat ini terlihat adalah warna-warna hangat. Kehangatan warna didampingi oleh suasana yang dingin. Suatu waktu yang ketika daun menguning dan berangsur-angsur gugur. Musim gugur di tempat yang sama dengan waktu yang berbeda. Ketika orang-orang masih berlari dan bersembunyi pada bilik-bilik telepon. Menyambungkan kabar dan bertaruh pada tumpukan koin yang berada di atas telepon. 

1994

Jessica menyimpan beberapa buku ke dalam tas ranselnya. Ia  tengah bersiap-siap berangkat ke sekolah. Rumahnya yang begitu besar dan hanya berisikan beberapa orang saja membuatnya kerap kali menemukan Ibu ataupun Ayahnya. Makanan untuk sarapan telah tersedia di atas meja. Tapi, Jessica memilih membungkus makanan itu ke dalam tempat makan miliknya. Sebelum akhirnya ia pergi dengan berjalan kaki. 

Ini adalah tahun terakhirnya di jenjang pendidikan SMA. Berbagai rencana telah ia buat dalam daftar panjang. Maka untuk menyemangati dirinya sendiri, Jessica memutar lagu pada walkman yang ia bawa dari rumah. Kedua telinganya tersumbat earphone dengan warna hangat. Dalam perjalanannya ia terusik oleh namanya yang terpanggil berulang kali. 

"Sooyeon-ah! Jung Sooyeon! Jessicaaaa" 

Jessica jelas kesal karena suara itu anehnya menembus masuk ketelinganya. Meski volume yang dipasangnya sudah maksimal. Seketika Jessica berbalik dan ia pun menemukan seorang Gadis bersepeda dengan senyum yang memperlihatkan tawanya. Jessica melepaskan earphonenya dan gadis itupun berhenti di hadapannya.

"Pagi..." Sapa gadis yang tertulis Taeyeon pada baju sekolahnya. Ia menarik nafasnya dengan sangat cepat sebab lelahnya bersepeda. 

"Kau terlambat Taeyeon. Ini sudah setengah perjalanan" Ujar Jessica yang sebenarnya sejak ia bangun menunggu Taeyeon menjemputnya. 

"Jangan salahkan jam ku saat menjemputmu. Kau yang selalu berjalan selangkah lebih cepat dari ku, cantik" Jelas Taeyeon yang menyentuh ujung hidung Jessica tampak mancung itu. 

"Wah, kata-kata apa itu. Kau tidak sedang meminta sesuatu dari ku kan, pendek?" Tanya Jessica tak percaya Taeyeon sepagi ini menyanjungnya. 

"Ya kau benar itu tidak gratis. Kecupnya—pipi ku" Jawab Taeyeon menyentuh pipinya meminta untuk di kecup. 

Jessica memutar bola matanya dan membayar pujian itu dengan menyubit pipi Taeyeon sebelum akhirnya berakhir di bangku penumpang sepeda berwarna putih milik Taeyeon. 

"Sungguh kau kenapa tega sekali pada ku sih, sayang" Tanya Taeyeon mengusap pipinya yang sakit. 

"Taeyeon-ah, sudah jangan berkata itu lagi. Aku malu" Jawab Jessica yang memeluk pinggang Taeyeon dan menyembunyikan wajahnya di pundak Taeyeon. 

Taeyeon tertawa geli saat tahu bahwa Jessica malu pada pujian kekasihnya. Taeyeon pun mulai mengayuh pedal sepedanya dan rasaya begitu membahagiakan saat berjalan diatas sepeda bersama pasangan mu. 


***


Sampai mereka di sekolah khusus perempuan itu. Taeyeon memarkirkan sepedanya dan Jessica dengan sabar menunggunya selesai. Bohong jika mereka bilang mereka bukan teman dekat bahkan bersaing. Kedekatan keduanya tercium oleh beberapa teman yang mengenal mereka. Bahkan keduanya dijuluki teman yang selalu melengkapi. Hubungan mereka jauh diatas kata, teman. 

Keduanya berada di koridor sekolah merencanakan sesuatu. Taeyeon hendak ke barat dan Jessica akan melangkahkan kakinya ke arah timur. Mereka berada di kelas yang berbeda. 

"Nanti setelah latihan, jadi ke rumah ku kan?" Tanya Jessica.

"Ya, tentu saja. Kita sudah setuju untuk menonton rekaman ulang pertandingan Chicago Bulls melawan Knicks"  Jawab Taeyeon tak lupa dengan janjinya. Namun, Jessica memberinya tatapan lain. 

Winter WishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang