32. Pindahan.

1.8K 144 8
                                    

Update!!!
Saatnya menuju konflik hehe gak berat barat banget sih konfliknya ringan gak seberat dosa gue :)

SELAMAT MEMBACA.



"Ada yang mau Ayah omongin sama kalian." Kata sang Ayah saat di rasa semua orang sudah ada di rung keluarga.

"Apa yah?" Tanya Hyunsuk.

"Kalian udah nikah dan udah saatnya kalian hidup mandiri, untuk Daniel Ayah percayakan perusahaan ke kamu, Paji kamu lanjutkan kuliah mu dan kejar cita-citamu, kalo kamu siap Ayah akan jadikan kamu CEO di perusahaan ayah satunya lagi." Kata ayah panjang lebar.

"Tapi yah, apa itu nggak terlalu berlebihan? Ayah yakin percaya sama paji?"

"Ayah yakin." Kata sang ayah tanpa ragu.

"Ayah udah siapin apartemen untuk kalian." Kedua anaknya melotot kaget termasuk kedua menantunya.

"What? Tapi yah."

"Nggak ada penolakan paji, Ayah ingin kalian hidup mandiri dan hidup masing-masing, membangun keluarga kecil kalian." Hyunsuk menatap Alin dan Alin mengangguk seperti paham apa yang di isyaratkan Hyunsuk.

"Bun, Bella lagi hamil dan kandungannya lemah, kalo paji kuliah siapa yang jaga dia?" Kali ini Alin angkat bicara.

"Untuk itu Bunda udah cari asisten rumah tangga buat kalian, jadi nggak usah khawatir."Sang Bunda tersenyum sedih."Sebenarnya Bunda nggak mau pisah sama kalian, tapi ini ide Ayah, Bunda nggak bisa nolak." Sang Bunda merentangkan tangannya untuk memeluk kedua menantunya.

"Ayah nggak mau peluk kita?" Sang Ayah mendelik.

"Dih najis banget ayah meluk kalian" Katanya. Kedua anaknya menatap sang Ayah kesal namun yang di tatap malah tertawa.

"Dih udah gila Ayah lo kak."

"Ayah Lo juga btw." Semua orang tertawa bersama melihat tingkah dua saudara ini.




Pagi harinya.

Jihoon mengerjapkan matanya dilihatnya di sampingnya Bella tidak ada.

"Lah masih pagi udah nggak ada."Gumamnya.

"Paji." Terdengar suara dari kamar mandi.

"Lo kenapa? Mual?"Jihoon berlari menghampiri Bella di kamar mandi, dan di lihat Bella sudah terduduk lemas.

"Yaampun kok nggak bangunin gue sih, sini gue bantu."Jihoon mengangkat tubuh Bella. Bella sangat lemas bahka membuka mata tidak sanggup.

"Mau muntah lagi?" Bella menggeleng.

"Gue panggil dokter ya? Lo lemes banget yaampun." Raut wajah Jihoon sangat khawatir.

"Nggak usah, aku nggak apa-apa kok."

"Udah lemes gini, gimana sih."

"BUNDA! BUN, BUNDAA." Teriak Jihoon dari dalam kamarnya. Sang Bunda datang, wajahnya sedikit panik.

"Aduh paji kenapa? Masih pagi loh ini."

"Bun liat, dia lemes banget gimana nih muntah-muntah juga." Katanya menunjuk Bella.

"Dia,dia! Dia siapa!" Galak sang Bunda .

"Emm Bella maksudnya." Katanya menggaruk kepalanya. Bella tersenyum samar karena Jihoon menyebutkan namanya.

"Bella, sayang gimana masih mual?" Tanya sang Bunda.

"Enggak Bun, udah enakan." Katanya tersenyum.

"Tuh paji, perempuan hamil emang gitu, makanya kamu pelajari biar nggak panik kayak gini." Sang Bunda kembali mengomeli Jihoon.

"Iya-iya Bun, Paji mana tau ini kan pertama kali, ngomel mulu dah."

"Yaudah Bunda turun mau ambilin Bella sarapan."

"Bun, Bella bisa sendiri."

"Enggak sayang, kamu diem aja Bunda yang ambil." Bella pasrah, karena Bunda Jihoon kekeh banget, dan sang Bunda keluar dari kamarnya.

"Mau kemana?" Tanya Bella saat melihat Jihoon akan pergi. Jihoon menoleh.

"Mau beresin barang, hari ini kita pindah ke apart." Katanya.

"Oh yaudah." Jihoon mengedikkan bahunya dan melanjutkan apa yang akan dia lakukan.

"Paji kamu nggak ngampus?" Tanya Bella di sela-sela Jihoon mengemas barang.

"Agak siangan, habis pindahan gue langsung ke kampus." Jawabnya tidak menghentikan aktivitasnya. Bella hanya mangut-mangut.

"Bunda mana ya? Aku samperin deh."Gumam Bella. Jihoon menyadari pergerakan Bella.

"Ngapain?" Bella berhenti.

"Mau samperin Bunda, aku udah laper." Jujurnya.

"Biar gue aja, lo duduk tunggu."

"Ih nggak mau, kamu kan lagi beresin barang." Jihoon memejamkan matanya.

"Oke-oke aku tunggu."Dengan cepat Bella nurut, karena melihat perubahan raut wajah Jihoon.

"Nah gitu dong."Katanya tersenyum.

Siang harinya.

Akhirnya mereka sampai di apartemen baru mereka.

"Akhirnya sampai."

"Capek?" Bella menggeleng.

"Aku beresin barang dulu."Bella merebut koper dari tangan Jihoon.

"Kamu mau makan sesuatu?" Tanyanya pada Jihoon.Jihoon tersenyum.

"Nggak usah, gue langsung ke kampus aja." Dia mendekati Bella dan di ciumannya kening Bella.

"Jagan sampai capek banget, kalo nggak kuat istirahat, kalo ada apa-apa langsung telpon gue oke?" Bella cemberut.

"Kenapa hmm?" Tanya Jihoon.

"Cepet pulang." Katanya lesu. Jihoon terkekeh.

"Gue berangkat aja belum."

"Yaudah sana berangkat hati-hati."

"Iya-iya gue pergi."

"Hmm." Saat di depan pintu Jihoon menghela nafas.

"Maaf setelah ini gue janji bakal bikin lo bahagia." Gumamnya.





Sampai sudah Jihoon pada tujuannya, entah dimana gue juga gak tau tanya aja langsung sama Jihoonnya.

"Paji." Senyum mengembang dari bibir wanita itu, saat melihat kedatangan Jihoon. Sedangkan Jihoon masi memasang wajah dinginnya, saat wanita itu hendak memeluk Jihoon dengan cepat menyingkir menjauh.

"Bilang lo mau apa, nggak usah kayak gini." Katanya datar.

"Aku cuma mau kamu di samping aku paji." Katanya. Jihoon tersenyum miring.

"Manis banget mulut lo, gue tau lo butuh yang lain jadi nggak usah sok manis lo."

"Maaf aku udah buat kamu kecewa."

"Nggak guna lo minta maaf."

"Aku tau kamu pasti masih sayang sama aku yakan? Makanya kamu rela ninggalin istri bodoh kamu itu demi aku." Katanya percaya diri. Jihoon menaikkan satu alisnya.

"Gue? Masih sayang sama lo? Bangun deh lo biar nggak ngelindur di siang bolong." Jihoon mencengkram lengan wanita itu. "Istri gue nggak bodoh! Gue kesini cuma mau liat lo di saat saat Lo mengembuskan napas terakhir." Kejam sekali ya bapak Jihoon. Jihoon menghempaskannya dengan kasar.
Jihoon gemetar, sakit, itu yang Jihoon rasakan saat bersikap kasar pada wanita yang dia cintai, cinta pertamanya.








Klen pasti tau kan sape tuh cewek? Taulah ya hehe.

Kasi komen buat
Pemeran dong makasih.




















CINTA DATANG?! |JIHOON OF TREASURE| END✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang