"Mbak larang-larang kita kabur murni karena di siplin atau iri gak bisa ngikutin."-cah delep's
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
HAPPY READING YEOROBUN 💞
------------Dalam kegelapan malam. Terlihat seorang gadis berbadan mungil, bersama dua orang lainnya berjalan mengendap-endap di area pondok pesantren, tengah mengintai keadaan sekitar.
Hiruk-piruk santriwati yang tadinya ramai kini sudah mulai mereda. Waktu menunjukan pukul 23:40, sangat pas untuk melancarkan aksi mereka. Berjalan melewati gerbang samping ndalem yang biasanya tidak terkunci.
"Mau kemana kalian?!"
Suara teguran tersebut membuat ketiga santri itu menegang. Dan saat mereka berbalik, terlihat sesosok laki-laki berbadan tegap, dengan celana pendek dan kaus oblong berdiri di depan mereka. Namun karena pencahayaan begitu minim mereka tidak bisa melihat dengan jelas wajah laki-laki itu.
"Siapa lagi nih orang, ganggu aja." Batin salah seorang dari mereka.
"Apa urusannya sama sampean, lagi pula kita ga tau sampean siapa" jawab Aza santai angkuh. Tatapannya menajam pertanda ia tengah kesal, baru saja ia akan bersenang-senang tapi malah ada yang menghambatnya.
"Gimana nih za, jadi nggak?" bisik salah satu bertanya, mulai gelisah.
"It's okay, kalian tenang. Dari gesturnya aja gue udah tau kalo dia bukan santri sini." Ucap Aza menelisik laki-laki di depanya.
Tanpa mereka ketahui laki-laki di depanya mendengar semua omongan mereka. "Kembali ke kamar atau kalian saya laporin keamanan."
"Kita balik aja za, lagian juga udah telat kalo berangkat sekarang" ucap salah satu dari mereka yang sedari tadi diam.
"No, ini acara yang paling gue tunggu-tunggu. Lagian udah biasa juga kan kita ketahuan." Langkah kaki Aza memaksanya untuk mendekat ke arah laki-laki tadi.
"Kang Kulo ngertos njenengan sanes Santri teng mriki, dados mboten usah ember tuh lambe." seru Aza sedikit ketus, kakinya terus melangkah keluar gerbang bersama ke dua sahabatnya. (Kang saya tau kamu bukan santri di sini, jadi gak usah ngomong macem-macem)
*****
Di pagi hari yang indah Aza sudah rapi dengan seragam sekolahnya, tadi malam ia dan kedua sahabatnya pulang pukul 04:00 dari acara sholawatan di desa sebelah. Terlepas dari rasa kantuknya ia akan tetap berangkat sekolah hari ini.
"Panggilan kepada saudari Azalia, Ganetha, dan Lala harap segera ke kantor. Sekali lagi Aza, Ganeth, Lala harap segera ke kantor."
Mendengar itu Aza sudah bisa menebak apa yang terjadi, dengan cepat ia memanggil kedua sahabatnya untuk ke kantor, menyelesaikan masalah mereka.
"Assalamu'alaikum" salam Aza memasuki kantor.
"Wa'alaikum salam, masuk" jawab mbak-mbak pengurus.
"Duduk kalian!" suruh mbak Arum, ketua keamanan pondok putri.
"Nggih mbak, lagian mana mau kita berdiri" balas Aza sambil duduk, mereka sudah terbiasa akan hal ini.
"Dari mana aja kalian semalam, nggak cape apa kalian buat kerusuhan terus. Kalian tuh Ning, beri contoh yang baik dong sama santri-santri lain, jangan malah mencemarkan nama baik pondok terus," nasihat mba Arum pada ke tiga santri di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ijbar [Terbit]
Teen FictionAza tak menyangka akan di pertemukan kembali dengan Altha, di saat dia sudah hampir melupakan laki-laki itu. Terlebih fakta mengejutkan, Altha merupakan penerus utama pondok pesantren yang ia tinggali. Aza cukup tahu diri, ia sudah biasa menelan ke...