Zeano terbangun saat mendengar suara tawa di luar rumahnya. Lalu tak lama, suara Mama yang berteriak untuk mendukung sang Papa juga ikut terdengar. Zeano melirik jam di dinding kamarnya dengan mata setengah tertutup, jam 6.
Karena penasaran, ia membuka jendela kamarnya, dan pemandangan pertama yang ia lihat adalah muka sang Kakak yang kesal dan tawa Papa dan Mama yang menyusul setelahnya.
Ada perasaan iri dalam hatinya, saat ia melihat bagaimana Kakak dengan mudahnya dekat dengan orang tua, dapat dengan mudah bisa bercanda ria bersama orang tuanya.
"Kakak ... bagaimana rasanya?" tanyanya. Tanpa jawaban, tapi ia tersenyum getir, sejak awal dia hanya anak yang dianggap bayangannya, tanpa pernah dianggap raga nya selalu ada.
Ia menutup matanya sejenak, lalu menghembuskan napasnya dalam. Nyatanya, dia hanya manusia yang terlalu berharap lebih dengan orang tuanya. Anak yang selalu diinginkan kehadirannya.
Beberapa detik kedepan, ia masih asik memandang bagaimana Kakak yang pura-pura marah pada Papa, dan Papa yang selalu tertawa dengan tingkah lucu sang Kakak, tanpa tahu kalau ternyata, sejak beberapa detik kebelakang, Kakak juga sama melihatnya.
"Ano! Mau main bareng nggak?" teriak Kakak di luar sana.
Zeano tersenyum lalu mengangguk setelahnya, ia langsung berlari menyusul untuk kemudian ikut bermain bersama mereka yang sedang asik.
"Mama capek, kalian lanjut aja, ya?"
"Papa juga, Kak, Kamu aja yang main sama Zeano."
Seharusnya ia sadar, bahwa Papa dan Mama selalu punya alasan untuk menghindari Zeano yang ingin ikut dalam kebahagiaan yang sebelumnya tercipta.
"Tapi, Pa? Ano juga mau ikutan, sebentar aja ya?"
"Papa capek, Kak, kalau orang capek harus dipaksa?" Seno menggeleng, ia menghembuskan napas lalu melihat bagaimana raut wajah sang adik yang kini berbeda dari sebelumnya.
"Adek main sama Kakak, ya?"
"Nggak usah aja, Kak, Ano mau beresin kamar aja, lupa belum dibersihin."
Seno tahu, kalau adiknya sakit hati, dan selalu memilih menghindar dengan alasan lainnya.
﹏﹏﹏
Ia pernah berpikir, apa mungkin Papa dan Mama itu beneran tidak sayang dirinya? Apa mereka hanya terpaksa merawatnya agar sang Kakak selalu punya teman main? Tapi, jika kehadirannya saja selalu tidak diperlukan, apa yang harus ia harapkan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Zeano dan Mimpinya [END]
Teen FictionMimpi menjadi seorang penulis, karya yang akan dibaca lalu dikenang oleh banyak orang, itu yang Zeano inginkan. Tapi, ada banyak cara untuk orang terdekatnya merendahkan mimpi itu. Memberi segaris luka sayatan pada Zeano. Bukan hanya berbicara tent...