Bagian 3

603 62 12
                                    

Suatu hari ayah War mendengar berita dari televisi maupun surat kabar elektronik jika keluarga Wong telah kembali ke Thailand dan membangun perusahaan cabang. Maka ini menjadi kesempatan bagi ayah War untuk meminta bantuan pinjaman dana pada sahabat lamanya itu. Sahabat yang sudah seperti keluarga, bukankah sudah dikatakan sebelumnya keluarga Wong dan keluarga Ratsameerat sangatlah dekat.

Maka beberapa hari kemudian ayah War dan juga putranya yaitu War datang mengunjungi perusahaan cabang keluarga Wong.Awalnya kedatangan War dan ayahnya ditolak mentah-mentah karena belum ada janji sebelumnya dengan ketua perusahaan itu. Namun saat Lee putra pertama keluarga Wong melintas tepat dihadapan War dan ayahnya, Lee langsung bisa mengenali War dan ayahnya, karena bagi Lee kedua orang tersebut tidak berubah sama sekali.

"Paman, apa kabar?" sapa Lee ramah pada ayah War, ia juga tak lupa tersenyum ramah pada War.

Ayah War dan juga War tampak terkejut namun kemudian tersenyum membalas sapaan dari Lee."Lihat dirimu nak, kau sudah dewasa sekarang dan tetap tampan" puji ayah War pada Lee, membuat Lee tersenyum bangga dan tentu disadari oleh War, membuat War geleng kepala, 'Phi Lee masih saja sama' gumam War pelan mengingat ia harus tetap sopan pada Lee karena mungkin keluarga Wong bisa membantu ia dan sang ayah.

"Paman bisa aja, paman juga tampan seperti biasa, kedatangan paman kesini apa mau bertemu papaku?" tanya Lee basa basi, ia tentu tau maksud kedatangan War dan sang ayah saat ini.

"Kamu benar nak, bisakah paman dan War menemui papamu dan bisakah kamu membantu paman menemuinya?" ucap ayah War yang selalu berkata sopan dengan wajah ramahnya.

"Tentu saja paman, aku akan menghubungi papa, dan kau War kenapa kau diam saja? Biasanya dulu kau banyak bicara" ucap Lee ramah pada ayah War lalu menatap War dengan tatapan bingung karena selama ini ia mengenal sosok War sebagai adik laki-lakinya yang ceria dan banyak bicara namun War yang sekarang terlihat sedikit bicara dan dingin.

War yang tiba-tiba mendapat pertanyaan seperti itu cukup terkejut lalu ia tetap tersenyum ramah pada Lee, "Bukankah aku sudah dewasa phi, aku harus berubah, aku bukan anak laki-laki yang cerewet lagi" jelas War yang masih sopan. Mendengar ucapan War membuat Lee terkekeh lucu, "Ya aku tau kau sudah dewasa, tunggu saja Yin harus melihat sosokmu yang sekarang, bukankah bocah itu selalu menempel denganmu seperti benalu" ucap Lee dengan nada candanya, membuat War dan juga sang ayah terkekeh geli mengingat sikap Yin yang posesif pada War saat mereka masih bocah.

"Paman juga penasaran bagaimana nak Yin yang sekarang, paman ingin sekali mempertemukan Yin dengan Por lagi" jelas ayah War senang.

"Ide bagus paman, Yin pasti sangat senang, bukankah mereka sudah dijodohkan" ucap Lee mengingat perjanjian masa lalu antar kedua keluarga mereka itu. "Lalu dimana Gun, paman? aku yakin dia pasti semakin cantik" lanjut Lee.

"Ini sudah hampir siang, sebaiknya antar paman menemui papamu nak Lee" ucap ayah War mengubah topik, ia tak ingin membuat situasi memburuk dulu, ia harus menemui ayah Lee dulu dan meminta bantuan, baru setelahnya ia akan menceritakan semuanya pada Lee, jika Gun sudah menikah satu tahun yang lalu dengan pria pujaan hatinya.

Lee tak ambil pusing pertanyaannya belum dijawab, karena ia merasa terlalu lama mengobrol berdiri dengan War dan ayahnya, bukankah itu tidak sopan membuat tamu berdiri terlalu lama, maka kini Lee segera mengantarkan ayah War dan juga War untuk menemui sang ayah.Setelah mereka sampai pada lantai tempat dimana ruangan tuan besar Wong, mereka pun turun dari lift, namun tiba-tiba War kebelet ingin ke kamar kecil. "Phi Lee, dimanakah kamar kecilnya? Aku perlu kesana sebentar" tanya War dengan wajah gelisah menahan kebelet.

"Kau tinggal lurus kedepan sebelah kiri ya" jelas Lee dengan senyum miringnya.

"Pa maafkan aku, aku harus ke kamar kecil dulu, bisakah papa pergi menemui paman sendirian dulu?" jelas War, ayah War tersenyum tenang, "Tentu saja nak, pergi segera, jangan sampai keluar dicelana" ledek ayah War membuat War dan juga Lee menatap tuan besar Ratsameerat dengan tidak percaya, bukankah ayah War ini tak pernah bisa bercanda dan selalu serius orangnya, jadi kali ini sikap ayah War terkesan aneh.

"Terima kasih pa" ujar War canggung lalu segera berlari keciol menuju ruangan yang ditujukan oleh Lee sebelumnya.

"Hati-hati ya War" ucap Lee dengan nada ledekannya yang masih bisa ditangkap oleh War.Sesampainya War didepan pintu ruangan itu, War sedikit terkejut melihat pintu ruangan itu terlalu bagus hanya untuk sekedar kamar kecil. Namun War tak ambil pusing, ia sudah sangat kebelet maka dengan segera ia masuk ke ruangan itu namun saat ia masuk, ia terkejut ruangan itu bukan kamar kecuil melainkan sebuah ruangan kerja, awalnya War ragu untuk melangkah lebih jauh namun ia sungguh sangat kebelet, maka mau tak mau ia segera mencari kamar kecil diruangan kerja itu, dalam benak War ia meyakinkan dirinya jika ruangan ini adalah ruangan milik Lee.

.

.

.

Beberapa menit kemudian.

War keluar kamar kecil dengan perasaan lega namun belum cukup jauh ia melangkah, sebuah suara berat menghentikan langkahnya."Siapa yang mengizinkanmu masuk ke ruanganku tanpa izinku" ucap pria yang tengah duduk disofa dengan beberapa lembar berkas ditangannya yang kini menatap War tajam dan dengan suara dinginnya.

War tentu terkejut lalu menatap pria itu dengan kikuk, "Maafkan saya tuan, tadi phi Lee menunjukkan kamar kecil diruangan ini, karena saya terlalu kebelet maka saya langsung meminjam kamar kecil disini" jelas War canggung, "dan saya pikir ruangan ini adalah ruangan phi Lee" lanjut War sopan sambil menunduk tak berani menatap pria dihadapannya ini.Bukannya merespon pria yang duduk disofa itu malah dia memperhatikan War dari ujung kepala hingga kaki, lalu senyuman miring terukir diwajah tampannya.

Langkah kaki panjang pria itu datang menghampiri War lebih dekat, ia tersenyum saat menyadari jika dirinya lebih tinggi dari War."Lain kali, pikirkan dulu tindakanmu, maka kau...." ucap pria itu berbisik ditelinga War namun terpotong oleh bunyi deringan ponsel dari saku celana War. Dengan segera War meraih ponselnya dan mengangkat panggilan tersebut, setelah menerima panggilan itu War menunduk hormat meminta maaf pada pria dihadapannya ini, tanpa menunggu jawaban dari pria itu, War segera pergi meninggalkan ruangan itu dan menuju ke ruangan tuan besar Wong.

Seperginya War, pria itu tersenyum penuh arti kearah pintu kepergian War, "Kau masih saja sama phi War" gumamnya dengan nada yang entah mengapa terasa senang.

Siapakah pria itu?

Pasti sudah ketebak bukan?

Ditunggu ya next partnya.

YinWar Brother's MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang