Bagian 7

530 51 9
                                    

Sudah seminggu semenjak kejadian mengerikan bagi War dihidupnya berlalu. War masih terus memikirkan hal mengerikan dan menjijikan itu, ia bahkan sering murung dan lebih pendiam dari biasanya. Kedua orang tua War selalu menanyakan keadaan War namun War selalu mengelak dan mengatakan jika ia baik-baik saja.

Untuk uang yang Yin berikan pada War, War menggunakannya untuk membayar hutang dan menyewa sebuah rumah kecil untuk ia tinggali dengan kedua orang tuanya. War pun bertekad akan mengembalikan semua uang Yin, ia tak mau selamanya terjebak dalam lingkaran hidup Yin, ia ingin Yin segera lenyap dari hidupnya.
Maka kini War kembali bekerja dan beruntung bagi War, ia telah mendapatkan pekerjaan di sebuah perusahaan kecil.

Hari ini adalah hari libur War, ia bisa beristirahat sejenak dari penatnya kehidupan. Ia pun memilih tidur hingga siang hari. Kedua orang tua War tak mempermasalahkan hal itu karena mereka tau War lah yang kini menjadi tulang punggung keluarga.

Hari menjelang sore, akhirnya War bangun tidur, ia pun mandi dan setelahnya ia makan siang yang kesorean.

Sisa waktu War habiskan rebahan dan mengecek ponselnya, siapa tau ada pekerjaan lain yang bisa ia lakukan untuk menambah tabungan, maka ia mencari informasi di ponselnya.

Hari mulai malam, jam menunjukkan pukul 8 malam, War pun sudah bersih setelah selesai mandi dan segera menuju ruang makan.

Saat War telah sampai diruang makan, langkah kakinya terasa berat, bagaimana tidak sosok yang paling ia benci dan hindari saat ini tengah duduk bersama kedua orang tuannya dimeja makan.

Kedua orang tua War dan juga pria itu menyadari kedatangan War. Mereka semua tersenyum, termasuk pria itu yang tersenyum lebih ke menyeringai kearah War.

Kedua tangan War mengepal, rasanya ia ingin meninju wajah pria dihadapannya ini.

"Duduklah nak, lihat Yin datang mengunjungi kita" ibu War berucap senang dan menarik kursi disebelahnya untuk War, tak lupa ibu War meletakan piring diatas meja putranya itu.

War berjalan mendekat dengan ragu, ia pun duduk disamping sang ibu.
Suasana tegang War rasakan, mata War tak lepas memandang Yin dengan tatapan benci. Sedangkan Yin justru terlihat santai.

"War kenapa diam saja, sapa Yin, dia sudah lama bukan, tidak bertemu denganmu" akhirnya ayah War pun buka suara, karena ia merasa jika putranya hanya diam saja sejak tadi.

War menatap sang ayah dengan senyuman yang sebisa mungkin ia buat, karena ia benar-benar menahan emosinya pada Yin. War sama sekali tak mengharapkan kehadiran Yin dirumahnya.

Kemudian War menatap Yin dengan senyuman palsu. War tak habis pikir bagaimana Yin bisa mengetahui tempat tinggalnya secepat ini, sungguh War sangat membenci kehadiran Yin saat ini. War pikir Yin akan sulit menemukan keberadaannya, tapi apa ini? Yin justru menyeringai kearahnya.

"Kenapa kau kesini?" War berucap dengan nada ramah yang dipaksakan, ia tak ingin kedua orang tuanya tau apa yang terjadi antara dirinya dengan Yin. Maka sebisa mungkin War harus bisa berpura-pura ramah pada Yin.

Yin tersenyum geli melihat tingkah War, ia tau jika War tengah menahan amarahnya.
"Aku ingin mengunjungi paman dan bibi, sudah sangat lama sekali, dan ternyata kalian sudah pindah, sebenarnya apa yang terjadi?" Tanya Yin begitu santai dan taak tau malu berpura-pura tak tau dengan apa yang terjadi pada keluarga War.

War semakin emosi dengan ucapan Yin, ia tau itu bukan tujuan utama Yin datang kesini, ia yakin Yin punya ide licik saat ini.
"Ku tanya apa tujuanmu kesini? Kalau tidak penting silahkan keluar dari rumahku" ucap War dengan nada kesal namun tidak sampai membentak, ia masih ingat keberadaan kedua orang tuanya disini.

YinWar Brother's MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang