Bagian 9

590 48 23
                                    

Keesokan harinya.

Tubuh War terasa sakit, matanya terasa berat dan secara perlahan War membuka matanya, hal pertama yang ia lihat adalah sosok Yin yang tengah tertidur pulas dengan satu tangan memeluk pinggang War. War menghela nafas berat mengingat apa yang mereka lakukan kemarin malam. Malam yang panas dan menjijikan bagi War.

Secara perlahan dan hati-hati War melepaskan tangan Yin dari pinggangnya, ia tak ingin Yin terbangun, ia tak mau Yin bersikap menjijikan lagi padanya.

War bangkit dari berbaring, lalu mendudukkan tubuhnya dengan susah payah karena rasa sakit masih menjalar dibeberapa bagian tubuhnya. Mata War beralih kembali melihat sosok Yin yang tidur bak malaikat namun ketika pria ini bangun, dia akan menjadi seorang iblis bagi War.

Pikiran jahat terbesit oleh War, ingin sekali ia mengambil bantal lalu menutupi wajah Yin hingga pria sialan ini tewas kehabisan nafas. Namun War masih waras, ia tak mau berakhir lebih menyedihkan dan masuk penjara. Tentu ketika ia membunuh Yin, ia akan dengan mudah ditangkap polisi dan semua masalahnya dengan Yin akan terungkap, ia tak mau kedua orang tuanya tersakiti oleh kenyataan yang memilukan ini.

Hingga tanpa sadar cukup lama War memperhatikan Yin dengan tatapan benci, ia pun tersadar, ia harus segera pergi bekerja dan menyelamatkan dirinya dari Yin yang mungkin ketika Yin bangun Yin akan kembali bersikap menjijikan lagi padanya. War pun dengan sangat hati-hati dan pelan bangkit dari ranjang dan segera menuju kamar mandi.

Di dalam kamar mandi War tak berani terlalu berisik, ia tak mau Yin terbangun. Maka War memilih tidak mandi, ia hanya membasuh wajahnya dan membersihkan area bagian bawahnya, lalu setelah selesai, ia segera mengenakan pakaiannya kembali.

Selesai berpakaian, War langsung mengumpulkan barang-barangnya berupa tas dan ponsel, lalu ia segera pergi meninggalkan kamar Yin dan juga apartemen Yin.

Beruntung bagi War, ia berhasil keluar apartemen tanpa mengusik tidur Yin, War pun menghela nafas lega, namun belum cukup jauh ia melangkah, War telah dikejutkan oleh sosok pria tinggi kekar berdiri dihadapannya dan menghadang jalan.

"Aku mau pulang, tolong menyingkir dari hadapanku" War menatap pria dihadapannya ini dengan tatapan dingin, ia tak takut sama sekali meski pria dihadapannya ini jauh lebih kekar darinya.

"Apakah tuan muda memerintahkan saya untuk mengantar anda?" pria itu justru malah bertanya dengan sopan, War pikir ia akan diseret atau dipukul oleh pria dihadapannya ini.

War tak ambil pusing dengan sikap pria ini, ia pun membuang muka kesal, lalu berpura-pura ramah dengan senyuman karena bagaimana pun juga War harus terlihat baik dihadapan pria ini jika tidak ia pasti akan diseret dan dibawa kehadapan tuan muda Yin yang menjengkelkan itu.

"Tidak perlu, tuan mudamu itu sedang beristirahat jadi kau tak perlu mengantarku" ucap War santai lalu berlalu begitu saja meninggalkan pria datar itu, karena jika terlalu lama, War takut ia akan ketahuan kabur dari Yin.

Pria itu adalah asisten pribadi Yin, ia bernama Dave. Dave sangat patuh pada Yin. Namun kali ini karena tidak ada perintah dari tuan mudanya, maka Dave tak peduli dengan kepergian War dan membiarkan saja pria manis itu pulang sendiri.

.

.

.

Beberapa jam kemudian.

War telah mengambil cuti untuk hari ini, sepertinya ia tak bisa bekerja karena badannya masih terasa sakit. Kedua orang tua War pun tampak cemas.

"Benar mama, papa gak perlu merawatku hari ini, aku bisa mengurus diriku sendiri, kalau kalian berdua ingin pergi keluar, silahkan saja" ucap War dengan senyuman diwajah pucatnya, ia masih merasa lelah baik itu tubuh maupun pikirannya.

YinWar Brother's MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang