Kinda Veiled

502 83 67
                                    


 
 
 
“Kau serius berhenti dari dua pekerjaanmu..?”.
 

Jongin langsung menyerbu Luhan dengan pertanyaan setelah membuka pintu. Lelaki itu baru saja datang dari rumah kawan sesama nelayannya untuk berdiskusi tentang mencari ikan nanti malam karena cuaca yang kurang bersahabat.
 

“Kau datang-datang langsung bertanya. Ucapkan salam dan sapa Nana dulu, Jongin-ah..”.
 

Tegur Luhan dengan tangan yang sibuk menggosok rambut sang putera yang dipenuhi busa shampoo.
 

Sepulang Nana sekolah, ia langsung membuka seragam sekolah sang putera dan membawanya ke kamar mandi untuk membersihkan ketombe yang sudah berkerak.
 

Sebenarnya ia sangat bersyukur mendapat alternative pekerjaan lain yang memungkinkan penyediaan waktu untuk mengurus sang putera, dengan gaji yang lebih besar pula. Menurutnya, kedatangan Sehun adalah sebuah berkah untuknya. Ia harus banyak-banyak mengucapkan terima kasih untuk tetangga barunya tersebut.
 

“Aku pulang, sayang. Dan hai anak tampan Ayah..”. Jongin ikut membantu menyiram kepala Nana dengan air menggunakan gayung berukuran sedang.
 

“Ayah baru datang bekerja..?”.
 

Anak kecil Luhan dan Jongin selalu manis ketika menyapa orang tuanya. Meski sebenarnya lelaki kecil tersebut sering berbuat masalah hingga tidak terhitung berapa kali Luhan mengeluarkan uang sebagai ganti rugi dari sesuatu yang telah dirusak oleh puteranya.
 

“Ayah baru datang dari rumah teman Ayah. Sehabis mandi dan keramas mau main dengan teman-teman..?”.
 

Nana mengangguk. Dan Jongin mengalihkan atensi pada sang isteri karena ia belum mendapat jawaban dari pertanyaan pertamanya.
 

Luhan mengerti. “Kau benar, aku berhenti dari dua pekerjaanku. Hanya pekerjaan di waktu siang yang tetap aku jalani..”.
 

“Kenapa..? Kau marah karena pertikaian kecil kita kemarin..?”. Sedikitnya Jongin merasa bersalah karena sebagai kepala rumah tangga merasa tidak mencukupi kebutuhan keluarga sehingga juga turut menyeret Luhan bekerja keras.
 

“Bukan begitu, aku mendapat pekerjaan baru sebagai asisten rumah tangga. Waktunya juga fleksibel, ditambah lagi upahku lebih besar dari pekerjaan sebelumnya. Tentu saja aku tidak melewatkannya..”.
 

Setelah menyiram bersih tubuh Nana, Luhan menghanduki tubuh lelaki kecil itu kemudian digiring menuju kamar untuk dipakaikan minyak telon, bedak, wewangian dan busana. Jongin mengekori dari belakang.
 

“Asisten rumah tangga..? Dimana..? Kenapa kau tidak mendiskusikannya terlebih dahulu denganku..? Sayang, aku tahu penghasilanku tidak cukup untuk kebutuhan kita bertiga. Tapi di sisi lain aku juga tidak tega dan enggan melihatmu terlalu kelelahan..”.
 

Sudut bibir Luhan menyungging manis. Sekalipun Jongin menyebalkan ketika diajak diskusi masalah Nana, namun lelaki itu begitu manis ketika menyangkut kesehatannya.
 

“Maaf, Jongin-ah. Aku berpikir kau akan setuju karena aku hanya menjadi asisten rumah tangga di rumah sebelah. Tetangga baru kita. Kau sudah menyapa..?”.
 

Jongin yang masih terlihat bingung hanya mengangguk. “Tadi berpapasan di depan rumah. Sepertinya dia pindah dari kota metropolitan, sangat terlihat dari gayanya berbusana. Tapi aku sungguh belum mengerti bagaimana kau berakhir menjadi pembantu di rumah tetangga baru kita..”.
 

“Kemarin ketika kita berselisih, dia datang berkunjung untuk menyapa dengan membawa kue beras. Kita mengobrol cukup lama, lalu dia meminta bantuan kepadaku untuk mencarikan orang yang bisa membersihkan rumah, memasak, menyiapkan sarapan pagi, mencuci baju dan segala hal tentang rumahnya. Tapi dia mintanya yang dekat, dan yang dekat hanya aku. Awalnya ku tolak karena aku sudah dibebani 3 pekerjaan, tapi kemudian dia menawarkan upah dua kali lipat dari keseluruhan upahku bekerja. Jadi, ya aku terima saja. Tidak mungkin aku melewatkan kesempatan emas itu. Tapi jika suamiku tidak berkenan, aku bisa mengundurkan diri dari sekarang sebelum menandatangani kontrak kerja..”.
 

Addicting Lies (HunHan KaiLu GS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang