Overnight

312 70 29
                                    


 
 
Luhan mengangkat kedua tangan yang menenteng beberapa kantong belanjaan dimana berisi berbagai barang di dalamnya. Ia menghela, melihat kantong, menggulir netranya pada Sehun, kembali melihat pada kantong belanjaan kemudian menghela nafas lagi.
 

“Jika kau hendak membuka mulutmu untuk memprotesku, tolong tutup kembali..!”. Ujar Sehun sembari membuka kedua gagang kaca mata hitam lalu menenggerkannya di hidup runcingnya.
 

“Tapi ini terlalu banyak..”. Protesan Luhan nyaris seperti rengekan.
 

“Aku tidak membelinya untukmu, tapi untuk Nana..”. Menghadap Luhan yang masih dengan wajah sedikit cemberut.
 

“Kebaikanmu yang terlalu banyak membuatku sung__”.
 

“Ssttt.. jika bicara lagi aku akan menutup bibirmu menggunakan bibirku. Mau..?”. Ancamnya yang sukses membuat Luhan refleks mengatupkan kedua belah bibir.
 

Keduanya berada di pusat perbelanjaan kota kecil yang mereka kunjungi, lebih tepatnya Sehun yang mengajak Luhan kesana. Sehun membeli banyak peralatan tulis untuk Nana, bahkan membelikan tas lucu khusus anak-anak keluaran terbaru.
 

Langit sudah gelap selepas matahari kembali pada peraduannya. Dan Sehun cukup menyadari ketidak-nyamanan Luhan akan tubuhnya sendiri karena seharian mereka bepergian.
 

“Ayo ke hotel..!”. Ajak Sehun yang membuat Luhan membolakan mata serta membulatkan mulut. Tentu saja terkejut.
 

“A-apa..? Hotel..? Untuk apa..? Jangan katakan kau membelikan ini semua untuk sebagai suap agar aku mau untuk__”.
 

Sssttt.. berisik sekali mulutnya orang cantik..! Simpan pikiran negatifmu..! Kita istirahat disana, kau juga bisa mandi nanti di hotel. Aku tahu kau sudah merasa gerah dengan tubuhmu sendiri, bukan..?”.
 

Gerak mulut Luhan pelan ketika menutup, cukup merasa malu karena nyaris menuduh Sehun memiliki niat tidak senonoh. “I-iya memang, tapi sungguh aku bisa menahannya hingga kita sampai di rumah..”.
 

“Sudah terlalu malam untuk pulang, lagipula tanganku sudah tidak sanggup memegang kemudi. Kau mau berbaik hati untuk menyetirnya untukku..?”. Sehun tentu sangat tahu bahwa Luhan tidak akan mungkin bisa mengoperasikan kendaraan roda empatnya karenanya ia berani mengatakan demikian.
 

“Ngawur..! Tapi Sehun__”.
 

“Aku akan pesan kamar terpisah. Lagipula apa yang kau pikirkan..? Tidur seranjang bersamaku..? AKu sih tidak masalah sama sekali. Kau bersedia, aku akan menyambut..”. Godanya sembari melangkahkan kaki keluar dari pusat perbelanjaan diikuti oleh langkah kaki Luhan.
 

Sehun sedang berpura-pura amnesia bahwa ada jasa sewa supir yang sangat mampu ia bayar untuk membawanya beserta Luhan kembali pulang. Tapi ia pandai memanfaatkan keadaan. Pikirnya, kapan lagi dapat berduaan sehari semalam bersama Luhan jika bukan sekarang?
 

Isshh.. mulut kotormu itu ingin sekali aku jahit permanen..”. Kedua ekor mata Luhan mengintip pelan pada orang-orang yang mereka lewati. Jujur saja ia merasa terintimidasi dengan tatapan orang-orang yang seolah menyuarakan bahwa penampilannya tidak pantas bersanding dengan orang yang setampan dan semewah Sehun.
 

Jika dipikir lagi. Sehun memang sangat berkelas dilihat dari sisi manapun. Meskipun hanya memakai kemeja biasa atapun kaos polos berlengan pendek, aura Sehun seperti keturuan kaya raya yang hanya bisa ia lihat di drama televisi di rumahnya. Tapi segera ia menepis semua dugaan itu mengingat Sehun mengaku bahwa ia hanyalah salah satu budak perusahaan yang kebetulan mendapat gaji bulanan yang besar.
 

“Menginap saja di hotel bersamaku..! Lagipula Nana kan juga tidak pulang. Memangnya kau mau berduaan dengan suami yang telah membuatmu menangis tadi pagi..? Ahh.. ya aku lupa, Jongin tidak mungkin pulang ke rumah, dia pasti sedang bercinta dengan lautan dan angin malam..”.
 

Luhan membenarkan dalam diam perkataan Sehun. “Baiklah. Tapi hotel cukup mahal, apa tidak mencari penginapan biasa saja..?”.
 

“Harus hotel. Aku akan malu pada isi dompetku jika hanya menyewa penginapan..”. Sehun mengeluarkan ponselnya kemudian membuka salah satu aplikasi. “Waw.. aku tidak menyangka disini juga tersedia hotel bintang lima, padahal kotanya cukup kecil..”. Pujinya lalu tanpa berpikir panjang menekan fitur untuk memesan dengan pilihan fasilitas yang ia centang seluruhnya.
 

Luhan yang penasaran mengintip pada Sehun yang sibuk dengan ponsel. “Wahh.. bisa memesan langsung dari ponsel..?”.
 

“Kau baru tahu..?”. Respon Sehun sembari memilih metode pembayaran yang akan ia lakukan.
 

“Aku hanya tahu di iklan televisi tidak pernah melihatnya secara langsung. Berapa biaya sewa permalam__ astagaaa..”. Jeritnya kecil nyaris mengundang perhatian orang di sekitar ketika ia melihat nominal angka untuk pemesanan dua kamar.
 

Sehun sedikit berjengit mendengar jeritan tiba-tiba Luhan. “Lu, aku tidak mau tiba-tiba divonis sakit jantung..”.
 

“Sehun..! Itu..!”. Jemari telunjuknya mengarah pada ponsel Sehun yang sudah dimasukkan ke dalam saku celana. Sehun telah menyelesaikan proses penyewaan hotel untuk semalam. “Harga sewa untuk dua kamar dalam semalam sama dengan uang snack Nana selama satu tahun lebih. Kau gila menghamburkan uangmu begitu saja..?”.
 

Ck.. ternyata begini menghadapi wanita yang sedikit picky pada keuangan. Sudahlah, ayo kesana..! Jangan memikirkan nominal, Lu..! Yang penting kita tidak tidur di dalam mobil malam ini. Mana tega aku melihatmu tertidur di dalam mobil..”. Ujarnya sembari membuka pintu mobil untuk Luhan setelah mereka tiba di area parkir.
 

“T-tapi__”.
 

Sehun segera memasukkan Luhan ke dalam mobil, menutup pintu lalu bergegas masuk ke bagian kursi pengemudi. “Sudah jangan memberikan wajah tidak enak seperti itu..!”. Ucapnya pada Luhan sembari terkekeh dan memasang sabuk pengaman.
 

“Bahkan harga per kamarnya sangat mahal..”. Cicitnya kecil namun masih bisa didengar oleh Sehun.
 

“Jika kau merasa tidak enak padaku karena harga sewa kamar yang mahal, kau bisa menebusnya dengan menyajikan pie buah bersama susu putih sebelum aku bangun tidur..”.
 

“Itu terlalu mudah..”.
 

“Maksudku setiap hari. Bukan hanya satu hari..”.
 

“Itu juga mudah..”.
 

“Yasudan tinggal lakukan..!”.
 

“Tetap saja aku__”.
 

Sssttt.. ayo berangkat..! Dasar..!”. Mengusak lembut rambut kepala Luhan. Kemudian Sehun melajukan kendaraanya menuju hotel yang telah dipesan.
 

Meninggalkan debaran aneh tak terduga di dada wanita beranak satu tersebut. Luhan menggigit bibir agar tetap mampu mengendalikan perasaan aneh yang tengah menerjang hatinya malam itu.

To be continue

Ehehhe come back 😁

Addicting Lies (HunHan KaiLu GS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang