Frankly

363 84 54
                                    


"Sehun, kau sadar apa yang kau kenakan..?". Tanyanya dengan nada sedikit jengkel pada lelaki yang sudah telungkup di atas ranjang di kamar lelaki tersebut.

"Kenapa..? Memang begini kan orang yang akan dipijat..?". Ujarnya sembari membenahi posisi kepala yang miring ke samping.

"Kau hanya mengenakan selapis kain putih bernama handuk di tubuhmu, dan ukurannya pun di atas lutut..". Memprotes namun malah mendekati Sehun dengan lotion di tangan sesuai permintaan lelaki itu bahwa ingin membaluri tubuhnya dengan lotion ketika dipijat.

"Lalu aku harus memakai pakaian kerja saat dipijat..? Itu lebih tidak masuk akal, Luhan..".

Luhan menaruh lotion di atas nakas yang terletak tepat di samping ranjang tuan rumahnya. "Maksudku, orang-orang akan salah paham dengan keadaanmu yang sangat toples begini bersama dengan perempuan yang sudah memiliki suami serta anak..".

"Tidak akan ada yang melihat, Lu. Memangnya kita sedang pijat-memijat di lapangan desa..? Ini kamar yang terletak di dalam rumahku yang diluarnya masih dipagar, Luhan. Coba kau lihat..!". Sehun menggerakkan dagunya menunjuk pada kaca besar yang dijadikan dinding. Dimana dari jendela tersebut pemandangan taman bunga kecil yang terletak di halaman depan rumah Sehun akan terlihat. Serta rumah Luhan juga terlihat meskipun sedikit.

"Meskipun kita bisa melihat dengan jelas apa yang ada di luar kamar ini. Tapi orang yang ada di luar tidak akan sedikit pun bisa melihat ke dalam kamar meskipun mereka menempelkan bola matanya pada kaca besar itu. Jadi, buang khawatir berlebihanmu itu..!".

"Aku kan hanya khawatir. Dan lagi aku sedikit merasa canggung karena ini pertama kalinya memijat lelaki selain suamiku..".

"Wow.. Suamimu akan cemburu jika tahu kau memegang tubuh telanjang lelaki lain..!". Goda Sehun dengan kepala yang menengok pada Luhan sembari memainkan alis tebalnya.

"Jangan bicara sembarangan..! Atau aku urung memijatmu..?". Ancamnya yang hendak pergi keluar kamar.

"Okay, aku bersalah. Badanku pegal-pegal. Jika kau urung memijatku, apa kau tega melihat badanku berubah bentuk..?".

"Ck.. melebih-lebihkan..". Decaknya dengan kembali mengambil lotion lalu membaluri isi dari botol itu ke tubuh Sehun.

"Dinginnya..". Desah Sehun merasa nikmat dengan sensasi dingin dari lotion yang terbalur di tubuhnya.

Luhan mulai menarikan kedua tangannya di atas punggung Sehun yang telanjang. Menggunakan semua tekniknya yang ia pelajri dari ibu-ibu rekan kerjanya di kebun dan di tempat ia membelah cumi-cumi.

Melihat tuan rumah yang memejamkan mata, Luhan jadi yakin kalau pijatannya tidak salah. Seutas senyum terbit, setidaknya ia memiliki keahlian lain selain membuat makanan dan membersihkan rumah yang bisa ia berikan kepada tuan rumah mengingat upah yang diterima menurutnya besar. Jadi, ia pikir Sehun tidak akan terlalu rugi memperkerjakannya.

"Tanganmu ahli sekali. Kenapa tidak membuka jasa pijat saja..? Kan lumayan pendapatannya..". Sehun memecah hening dengan membuka percakapan meskipun kedua matanya tertutup menikmati pijatan tangan Luhan pada tubuhnya.

"Sudah banyak ibu-ibu yang membuka jasa pijat. Dan lagi aku khwatir jika membuka jasa pijat..". Menuangkan lotion lagi pada tangan kemudian dibaluri pada kedua lengan kekar lelaki itu.

"Khawatir tentang apa..?".

"Khawatir akan mendapat pelanggan laki-laki..". Jawabnya dengan tangan yang kini berpindah memijat lengan berotot lelaki itu.

"Benar juga sih. Kau masih muda, cantik pula, bodymu juga memiliki lelukan luar biasa yang tak kalah dengan lekukan tubuh teman-teman wanitaku yang gemar mengumbar aurat. Jika kau mendapat pelanggan laki-laki, tidak menutup-kemungkinan mereka akan ereksi ketika tanganmu menyentuh tubuh mereka..".

Addicting Lies (HunHan KaiLu GS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang