10 | Pemeriksaan

3.2K 358 50
                                    

Jam 7 pagi Hazel terbangun,

Ia menggeliat ketika tubuhnya terasa begitu sakit dan tak nyaman. Hazel bisa merasakan kalau seseorang memeluknya— itu sang bunda. Ia lalu mengedarkan pandangan menelisik seluruh ruangan, ini rumah sakit. Kenapa ia berada di sini?

Ada Artur yang tidur di sofa dengan selimut dan bantal yang ia yakini dari rumah. Hazel mendongak menatap Clarisaa, wajah bunda nya terlihat sangat lelah.

"Buna..."

Clarisaa yang tidak tidur dengan lelap terusik karena lirihan Hazel. Ia mengucek matanya perlahan lalu menatap sang anak yang tengah menatapnya.

"Sayang?" Clarisaa tersenyum lalu bangun dari tidurnya dan menelisik tubuh anaknya. "Kenapa heum? Mana yang sakit?"

Hazel menggeleng, bukan sakit. Tubuhnya lemas luar biasa dengan punggung tangan yang ngilu dan sakit karena jarum infus. Melihat wajah kuyu Hazel, Clarisaa kembali tersenyum lalu membawa sang anak ke dalam pelukannya.

"Hazel sakit, makannya kita di sini." ucap Clarisaa mengerti apa yang sebenarnya di pikirkan oleh Hazel.

"Pulang..."

"Nanti ya, dokter nya perlu periksa sedikit lagi."

Clarisaa menjawab sambil mengusap surai lepek sang anak yang berada di dekapannya. Hazel menggeleng di pelukan sang bunda sambil bergumam ingin pulang. Artur yang juga tidak tidur dengan lelap terusik, ia meregangkan sejenak tubuhnya lalu menatap sekitar. Pandangannya jatuh pada anak dan istrinya, Artur menghampiri keduanya lalu duduk di sisi Clarisaa.

"Kenapa bun? Rewel lagi?" tanyanya sambil mengusap punggung Hazel.

Clarisaa menganguk lemah. "Mau pulang, tapi Kita gak bisa bawa Hazel pulang, ayah. Dia harus pemeriksaan."

Artur mengangguk mengerti, ia membalik dengan lembut tubuh Hazel membuat anak itu menatap sang ayah. Wajah penuh air mata Hazel memandang wajah tegas Artur. Artur tersenyum tipis lalu membawa Hazel ke dalam pelukannya, menenangkan sang anak yang sangat sensitif akhir-akhir ini.

"Hazel nakal ya, dari kemarin bikin bunda sama ayah khawatir terus." ucapnya ketika Hazel sudah berpindah pada pelukannya. "Mau apa? Kalo mau pulang nggak bisa sekarang. Hazel harus di periksa dulu biar tau sakitnya gara-gara apa."

"Di— hiks rumah aja. M-mau di rumah hiks."

Artur mengangguk paham. "Iya, hari ini kita pulang. Tapi abis Hazel selesai pemeriksaan, gimana?"

Clarisaa mengernyit tak setuju, baru ia akan melayangkan protes namun Artur menggeleng kecil. Clarisaa menghela nafas pelan sedangkan Artur kembali fokus pada Hazel.

"Gimana? Pulangnya abis Hazel selesai pemeriksaan ya? Emangnya mau badannya sakit terus?"

Di dada sang ayah anak itu mengeleng pelan, Artur tersenyum mengeratkan pelukannya. Sedangkan Clarisaa masih tak sejutu, ia pikir seharusnya Hazel di rawat sampai tiga atau empat hari ke depan untuk memastikan kalau anak mereka baik-baik saja.

Jujur, kejangnya Hazel masih membuat dirinya was-was. Anak mereka tidak pernah kejang sebelumnya walaupun demam tinggi. Dan kali ini, ia di buat berfikir keras.

Keluarga BahagiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang