4

4K 309 5
                                    

Bibir tipis Wonwoo tersenyum saat melihat keadaan langit yang begitu cerah. Ia berada di atap sekolah menengah atas yang baru ia masuki seminggu yang lalu. "Ayah, aku sudah bersekolah di sekolah pilihanku.. Aku harap ayah dapat melihat ini." Ucapnya.

"Kau berbicara dengan siapa?"

Wonwoo terperanjat, ia menoleh ke arah sumber suara tersebut. Melihat salah satu gurunya yang sedang merokok tak jauh dari tempatnya berdiri. "Saem.." Ia tersenyum canggung.

"Kau masih di tahun pertama kan?" Tanya Mingyu dan Wonwoo menganggukkan kepalanya. "Siapa namamu?" Tanya Mingyu.

"Oh, ehm.. Jeon Wonwoo." Jawabnya sembari tersenyum, ia menunduk malu, tahu bahwa guru olahraganya itu menganggapnya orang gila karena berbicara sendiri.

Mingyu mengangguk paham, ia menjatuhkan rokoknya dan menginjaknya. Lalu berjalan ke arah Wonwoo. "Apa ayahmu sudah meninggal? Kenapa kau bicara seperti itu?" Tanyanya.

Wonwoo mengangguk. "Saat aku berumur 13 tahun." Jawabnya. Ia menatap Mingyu dengan perasaan gugup, tak pernah sedekat itu dengan guru yang terkenal tampan di sekolahnya. Bahkan masih lajang di umur ke dua puluh limanya.

Kedua mata karamel Mingyu menatap Wonwoo dengan lekat, lalu ia berjalan ke arah pintu. "Turun, sebentar lagi masuk kelas." Ucapnya dan ia pergi masuk.

Wonwoo menghela napasnya, ia mengerucutkan bibirnya dan berjalan ke arah pintu. "Sejak kapan Kim-saem ada di sana?" Lirihnya sembari menggaruk tengkuknya sendiri.

Karena hal tersebutlah menjadi awal bagaimana Mingyu dan Wonwoo menjadi dekat. Wonwoo termasuk siswa yang cukup mahir dalam bidang olahraga seperti lari jarak jauh, sepak bola, basket dan yang lainnya.

Keduanya menjadi lebih dekat, memiliki perasaan untuk saling mengenal lebih jauh, lebih dari seorang guru dan siswanya. Bahkan keduanya sering menghabiskan waktu bersama, entah di sekolah maupun di luar sekolah.

Berjalannya waktu, kedekatan mereka membuat sebuah perasaan suka melebihi tertarik muncul begitu saja pada perasaan masing-masing.

Mingyu meyakinkan diri, ia mendekati Wonwoo, meyakinkan bahwa perasaannya telah berubah menjadi perasaan lebih dari suka, yaitu cinta. Dan ia memutuskan untuk menyatakan perasaannya.

Ia meminta Wonwoo datang ke atap saat jam istirahat kedua, menunggu di sana dan Wonwoo datang. Mingyu tersenyum, ia menyatakan perasaannya dengan menatap Wonwoo lekat.

Dan yang membuatnya merasa sangat senang adalah ternyata perasaannya tak bertepuk sebelah tangan, Wonwoo membalas perasaannya dan keduanya mulai menjalin hubungan sebagai pasangan kekasih di akhir semester genap.

Beberapa bulan setelahnya, Wonwoo naik ke tingkat kedua, hubungannya masih berjalan seperti biasa. Tapi memang tak ada yang tahu mengenai hubungan itu, Wonwoo sendiri yang meminta Mingyu untuk menutupinya.

"Sudah lebih baik?" Tanya Mingyu sembari mengusap lengan Wonwoo yang tadi terkilir saat jatuh di lapangan sepak bola.

Wonwoo menganggukkan kepalanya, ia menatap lekat Mingyu. "Saem.. Apa hari minggu saem sibuk?" Tanyanya.

Mingyu menggeleng. "Kenapa?"

"Ayo pergi kencan.. Kita sudah lama tidak pergi kencan." Ucapnya sembari tersenyum.

Mingyu tersenyum, mengusap rambut Wonwoo dengan lembut dan menganggukkan kepalanya. "Baiklah.." Jawabnya lalu ia mendekat dan mengecup bibir Wonwoo.

The Slave FoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang