13

3K 265 6
                                    

Wonwoo masih berada di rumah Song Kang, sudah empat hari ia di sana. Bahkan depan kamar itu, ada dua orang yang menjaganya dan ia tidak bisa keluar melalui jendela. Untuk makan pun, di antar oleh wanita paruh baya yang bekerja di rumah itu.

Selama empat hari itu, ia tak mendengar kabar apapun dari Mingyu, bahkan ponselnya sudah mati karena kehabisan daya dan di kamar itu tak ada kabel pengisi daya ponsel. Jadi, Wonwoo tak tahu apakah Mingyu membalas pesannya atau memangilnya.

Kini, dirinya duduk di sebuah sofa panjang yang berada di depan jendela kamar itu, ia hanya berdiam diri di sana dan tidak melakukan apapun. Sesekali Song Kang datang untuk mengunjunginya tapi ia hanya diam membisu.

Kedua matanya menatap taman belakang rumah tersebut, ia menghela napasnya panjang. Bangkit dan berjalan memutari kamar itu, ia sangat merasa bosan. Lalu ia menjatuhkan tubuhnya begitu saja di tempat tidur.

Ia memutar-mutar tubuhnya di tempat tidur itu. Mendengar pintu yang terbuka pun, ia tetap melakukannya.

Song Kang berjalan mendekat. Menatap Wonwoo dengan bingung. "Kau kenapa?" Tanyanya.

"Aku menjadi gila karena dikurung di sini." Balasnya dengan nada remeh, ia bangkit duduk dan menatap Song Kang. "Kenapa kau ingin membunuh Mingyu?"

"Ayahnya membunuh ayahku." Jawabnya, ia mendudukkan dirinya di sisi tempat tidur.

"Harusnya kau membunuh ayahnya bukan Mingyu." Wonwoo menatapnya dengan wajah datar.

"Aku ingin membuat Tuan Kim merasakan bagaimana anak kesayangannya itu mati."

"Aku yatim piatu." Ucap Wonwoo, Song Kang menatapnya dengan lekat. "Ayahku meninggal karena kecelakaan kerja dan ibuku karena kecanduan alkohol, bahkan ibu meninggal belum sebulan penuh."

Wonwoo menghela napasnya lirih. "Tapi aku tidak bisa menyalahi takdir, kedua orang tuaku memang meninggal dengan cara itu." Ia menatap Song Kang dengan lekat. "Kau tidak ada di sana saat ayahmu meninggal, apa benar ayah Mingyu yang telah membunuhnya?"

Song Kang terdiam, ia menghela napasnya lirih. "Tapi, mana mungkin ayahku bunuh diri Wonwoo.. Ia bukan orang yang seperti itu.."

"Bahkan keluarga pun belum tentu saling mengenal dengan baik, ibuku sampai meninggal, tidak tahu jika aku pernah menjalin hubungan dengan Mingyu di masa lalu." Ia tersenyum tipis. "Mungkin kau harus tahu dari sisi keluarga Mingyu, bagaimana ayahmu meninggal."

Apa yang harus Song Kang katakan? Bagaimana ia merespons Wonwoo? Ia sama sekali tidak tahu harus bagaimana. Ia menghela napasnya lirih dan bangkit dari duduknya. "Aku--"

"Tuan." Kalimat Song Kang terhenti saat anak buahnya masuk dan berdiri di ambang pintu. "Ada Tuan Kim Jongin." Lanjutnya.

Song Kang mengernyit bingung. "Sendiri?" Tanyanya dan anak buahnya mengangguk. Ia menghela napasnya dan menatap Wonwoo. "Ikut denganku." Ucapnya.

Ia berjalan keluar dari kamar tersebut dan Wonwoo mengikuti setelah meraih ponselnya, keduanya sampai di ruang tamu dan melihat Jongin yang berdiri tak jauh dari mereka.

Jongin menatap Wonwoo yang menunduk, ia pernah melihat Wonwoo tentu saja, banyak fotonya di ponsel lama Mingyu dan bahkan ia tahu tentang cincin yang Mingyu siapkan di hari kecelakaannya. Ia tahu hubungan keduanya, juga pekerjaan Wonwoo yang sekarang, termasuk julukan the slave fox.

Song Kang menatap Jongin dengan lekat, ia mempersilakan duduk. Ia dan Wonwoo duduk berseberangan dengan Jongin. "Kenapa?" Tanyanya.

Jongin menelan ludahnya dan menatap Song Kang lekat. "Aku datang untuk menjelaskan semuanya padamu, lagi.. Entah kau akan percaya atau tidak. Kami berteman sangat dekat, kau tahu hubunganku dan ayahmu bagaimana. Membangun perusahaan masing-masing dengan saling membantu. Dia sahabat terbaik bagiku."

The Slave FoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang