15 [end]

4.7K 286 16
                                    

Wonwoo mengerucutkan bibirnya, ia mengalihkan pandangannya dari Mingyu yang terus menatapnya. "Tapi janji besok kau harus pulang." Ucapnya dengan kesal. Mingyu bilang ia akan menginap di rumah kedua orang tuanya, padahal hari ini hari sabtu.

Mingyu menganggukkan kepalanya, ia mengusap wajah murung Wonwoo. "Iya sayang.. Besok aku pulang." Balasnya sembari tersenyum. Ia mendekat dan mengecup bibir manyun Wonwoo singkat.

Wonwoo menghela napasnya, ia beralih menyandarkan tubuhnya pada dada Mingyu. Keduanya duduk di ruang tamu dengan televisi menyala sejak selesai makan malam tadi.

Kepala Mingyu menoleh untuk menatap Wonwoo yang sedang fokus pada layar televisi, ia mengusap perutnya dengan lembut. "Aku harus pergi sekarang.. Kau akan terus seperti ini hm?" Tanyanya.

"Sebentar lagi." Wonwoo menoleh, ia menatap Mingyu dengan lekat. "Sebentar.." Ucapnya dan Mingyu mengangguk untuk menanggapi.

Keduanya terdiam dengan kedua mata yang menatap layar televisi, sekitar sepuluh menit kemudian, Wonwoo bangkit dari pangkuan Mingyu. Ia menatap Mingyu. "Kau boleh pergi.." Ucapnya.

Mingyu bangkit berdiri. "Kenapa kau seperti akan ditinggal selama setahun huh?" Tanyanya sembari mengusap dahi Wonwoo yang mengkerut.

"Tidak." Wonwoo menggeleng kecil. "Tidak apa Mingyu, kau bisa pergi. Aku akan langsung tidur.." Ucapnya.

Mingyu mengangguk kecil, ia berjalan ke arah kamar, mengambil kunci mobilnya juga jaket. Ia menarik laci nakas samping tempat tidur. Mengambil kotak cincin yang disimpan oleh Wonwoo di sana.

Ia menyakukannya di saku coat yang ia gunakan lalu berjalan keluar, mendapati Wonwoo yang berada di dapur. Ia mendekat dan memeluknya dari belakang. "Ini pertama kalinya kau akan tidur sendiri sejak pindah kemari." Ucapnya.

Wonwoo mengangguk, ia meletakkan ponselnya di counter dapur. "Iya, itu sebabnya aku merasa berat hati." Balasnya.

Mingyu terkekeh. "Atau kau ingin ikut denganku?"

"Tidak, jangan sekarang. Aku belum siap untuk bertemu kedua orang tuamu." Wonwoo berbalik dan menatap Mingyu lekat. "Aku masih butuh waktu.."

"Padahal kedua orang tuaku ingin sekali bertemu denganmu, kalian juga sudah bertemu kan?" Wonwoo mengangguk dan Mingyu menghela napasnya. "Tapi tidak apa." Ia mencium bibir Wonwoo selama beberapa saat. "Aku berangkat."

"Iya." Wonwoo menatap Mingyu yang berjalan keluar dari rumah tersebut.

••••••

Kedua kaki Wonwoo melangkah menaiki tangga, menuju lantai kedua, lantai ketiga, hingga ia sampai di lorong yang tak jauh darinya ada pintu kecil menuju atap sekolah. Ia melangkah mendekati pintu itu, meraih ganggang pintunya dan membukanya.

Wonwoo melewatinya dan menutup kembali pintu kecil itu. Kedua matanya menatap sekeliling atap sekolah, tak ada siapapun di sana. Ia lalu berjalan mendekat ke arah pembatas atap tersebut.

Pandangan kedua mata rubahnya tertuju pada lapangan sepakbola yang ada di depan gedung sekolah. Ia menunduk dan menatap seragam yang ia gunakan, dengan wajah yang penuh keheranannya, ia mendengus kesal.

Lalu mendongakkan kepalanya dan menatap  langit yang begitu cerah dengan awan putihnya. Perlahan, senyuman tipis terukir di bibir manisnya. "Ayah, ibu.. Aku merindukan kalian.." Ucap Wonwoo dengan lirih.

Kedua matanya terpejam, ia menikmati hilir angin yang mengenai tubuh beserta wajahnya, membuat rambut hitam legamnya itu terseret angin dengan begitu indahnya. Ia terdiam di sana.

Lima menit, sepuluh menit, lima belas menit, dua puluh menit.. Wonwoo menghela napasnya. Terakhir kali ia melakukan hal seperti itu adalah ketika ia menunggu Mingyu saat ia masih sekolah dulu. Tapi Mingyu tak kunjung datang.

The Slave FoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang