Hari ini tanpa disangka-sangka Pak Leman guru fisika yang dikenal super duper killer bagi sebagian besar murid mengadakan ulangan harian secara dadakan. Gue mulanya panik banget karena semalam skip belajar. Tapi setelah mengerjakan, rupanya itu nggak sesusah yang gue bayangkan.
Kebetulan empat dari lima soal sudah pernah gue kerjakan di kala gabut. Jadi gue sekarang hanya perlu mikir untuk satu soal saja. Itu pun tak butuh waktu yang lama karena gue sudah hapal semua rumusnya.
Syukurlah, dalam waktu 15 menit gue berhasil menyelesaikan semua soalnya. Langsung saja gue kumpulkan kertas jawaban gue kepada Pak Leman, membuat satu kelas terpana.
Beauty genius. Itulah julukan gue di sekolah. Meski agak malu mengakuinya, tapi begitulah gue dikenal orang.
"Wah bagus sekali, Hazel. Kamu dapat nilai sempurna lagi!" Puji Pak Leman setelah memindai jawaban gue.
"Emm. Saya boleh keluar duluan gak ya, Pak?" Tanya gue sopan. Sudah kebiasaan gue kalo habis ujian langsung keluar kelas biar nggak dipalak contekan sama anak sekelas. Soalnya gue bukan tipe yang segampang itu nyontekin orang. Beda ceritanya kalau ngajarin. Dengan senang hati pastinya kalau orang minta ajarin apapun itu asal bukan ketika ujian berlangsung.
"Oh tentu. Apa yang enggak buat murid secerdas kamu?" Ucap Pak leman tersenyum bangga sampai kumisnya bergetar. Gue cuma tersenyum kikuk lalu setelah itu pamit pergi.
"Oh ya Hazel. Kamu mau kemana?" Tanya Pak Leman menghentikan langkah gue. Gue pun terpaksa menoleh kembali.
"Ke perpus, Pak." Jawabku.
"Anak pintar memang beda. Pasti kalau kalian memilih ke kantin alih-alih perpus!" Tuding Pak Leman kemudian ke hadapan siswa yang tak bersalah. Mereka pun hanya bisa ngang-ngong ngang-ngong saja.
"Oh ya, Hazel. Sambil baca buku, tolong koreksikan ini pelan-pelan ya?" Pinta Pak Leman menyodorkan setumpuk kertas, "...ini kertas ulangan temanmu dari kelas lain. Soalnya sama saja kok. Kamu pasti paham jawabannya."
"Baik Pak, laksanakan. Saya pamit ya Pak." Sambil membawa setumpuk kertas itu, gue pun keluar. Sekilas gue lirik anak kelas yang masih puyeng dengan soal fisika yang diberikan Pak Leman, lebih tepatnya lagi ke arah Jova yang sibuk berkutat dengan soal dan jawaban.
Rambutnya yang dimodel shaggy pendek seperti cowok itu terlihat mengembang karena beberapa kali diacaknya asal. Sepertinya dia sedang kepusingan sekali, membuat Hazel khawatir kalau dia tak bisa menyelesaikan soal dan lagi-lagi dapat nilai jelek. Semoga usaha Hazel membantunya belajar selama ini ngefek agar temannya itu tak dihujat lagi sama Pak Leman. Hanya doa yang kemudian bisa gue iringi untuk sahabat gue yang tomboy itu. Sementara gue kini sudah berjalan pergi dari jelas menuju ke perpus tempat gue akan healing.
Di jalan menuju perpus, tak sengaja gue bertemu dengan siswa yang jalan di lorong kelas. Setiap pas-pasan selalu saja mereka memerhatikan gue dengan tatapan tidak biasa. Bahkan setelah gue menjauh pun, mereka masih saja ngeliatin ataupun berbisik-bisik secara terang-terangan.
Gue tentu menyadarinya karena memang sedari pagi, hal seperti itu terus saja terjadi. Gue tebak ini pasti karena berita tentang gue dan Dongyun yang sedang trending topik.
Sebenernya gue sudah terbiasa menjadi pusat perhatian dan bahan pembicaraan orang sebelumnya. Namun selama ini yang gue tau mereka membicarakan tentang prestasi gue gemilang. Entah itu karena menyapu bersih peringkat umum, ataupun karena berhasil menjadi pemenang lomba, ataupun olimpiade.
Gue udah terbiasa mendapatkan atensi akan hal itu. Akan tetapi kali kali ini sangat berbeda. Hal yang membuat gue menjadi pusat perhatian bukan lagi karena prestasi. Melainkan karena Dongyun. Cowok populer di sekolah yang tiba-tiba nyatain cinta ke gue seperti adegan di sinetron.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Mirage✓ Junho
FanfictionGimana sih rasanya hidup dikelilingi para trainee yang sebentar lagi akan debut jadi idola? Apalagi jika salah satu dari trainee tersebut adalah pacar kamu sendiri? --- Ini adalah kisah Hazel, gadis beruntung yang dipacari oleh salah satu trainee be...