Dua hari kepergian Shera menyisakan bengkak sebesar bulan di mata Hazel. Pagi hari ini pun bentuk matanya masih sama seremnya, besar kehitaman. Memang kalau masalah kehilangan Hazel memang gak main-main sedihnya.
Dari Jepang sana Shera terus nyemangatin Hazel karena meski jarak mereka gak deket, mereka akan tetap menjaga komunikasi dan persahabatan. Shera meminta temannya itu agar nggak ditangisin lagi karena mereka masih akan ketemu suatu hari nanti. Hazel pun akhirnya luluh dan mencoba menjalani harinya dengan baik meski kini tanpa Shera di sisinya.
Tak seperti biasanya, dimana Shera selalu antar jemput Hazel dan Jova dengan senang hati pakai mobil pribadinya, sekarang, karena Shera udah gak ada, jadi Hazel dan Jova pun berangkat dengan caranya masing-masing. Hazel berangkat dengan taksi online, sedangkan Jova yang rumahnya gak jauh tapi gak dekat juga dari sekolah, lebih memilih naik sepeda kesayangannya yang bernama Gillbert.
Turun dari taksi online, Hazel pun berjalan sendiri menuju gerbang sekolahnya sambil menghirup udara pagi yang segar setelah hujan semalam.
Ramai. Para murid berdatangan, jalan memasuki gerbang, dan melintasi jalan aspal 200 meter sampai menuju teras sekolahan.
"Kiw cewek, aku ramal kita nanti bakal ketemu di kelas!" Tiba-tiba ada yang ngagetin Hazel. Rupanya itu si Jova yang sedang cosplay menjadi Dilan, ngegombalin Hazel di atas sepeda gunungnya yang sudah tua tapi masih kelihatan gagah itu.
"Eh, awas jatoh loh." Hazel mengingatkan karena tuh anak petakilan banget mengayuh sepedanya.
"Santai. Gue jago naik sepeda. Mau gue bonceng gak?"
"Gak deh, gue lagi pake rok. Takut malah nyangkut. Lo duluan aja sana, gue pengen jalan sekalian olahraga."
"Yaudah gue duluan, bye bye Hazel!!"
Hazel tertawa sambil melambaikan tangan ke arah Jova yang kini mengayuh cepat sepedanya sambil sesekali melepaskan tangan dari tang.
Emang mau ngeprank malaikat maut tuh anak.
Terlalu asik mengayuh, ia sampai lupa buat mengerem. Hingga saat ia mencapai meter ke 100, mendadak ia panik karena rem sepedanya mendadak tidak berfungsi. Apesnya lagi, di depan sana malah ada mobil yang terparkir dan di sekitarnya ada banyak pejalan kaki yang tak mungkin mau semena-mena ia tabrak.
"WOY WOY MINGGIR!!!" Teriak Jova panik setengah mati, namun teriakannya tak membuat orang-orang atau (tentu) mobil itu menyingkir. Jova kalangkabut, ia tak tau harus mengarahkan stangnya ke mana. Kalaupun ingin banting setir ke bahu jalan pun itu ide yang buruk. Sebab di sekitae sana ada barisan pohon kaktus yang bisa-bisa membuatnya mati menjadi spongebob.
Akhirnya, karena tak tahu harus bagaimana lagi, jarak pun sudah semakin dekat. Ia pun akhirnya hanya bisa pasrah kepada Tuhan YME.
Sepeda Jova meluncur cepat ke arah mobil dan Jova hanya bisa berteriak sambil menutup mata.
BRUK!!!
Pemandangan di depan sana membuat mata Hazel membulat sempurna. Dari kejauhan, tampak sepeda Jova baru saja menabrak tanpa ampun bagian bokong mobil sport yang sepertinya sangat mahal itu. Jova pun terguling. Sementara sepedanya itu seketika ringsek. Stangnya patah. Roda depannya lepas dan menggelinding ke tengah jalan.
"Ah shit! Sakit banget." Lirih Jova sambil membersihkan telapak tangannya yang kotor. Tak lama ia merasakan ada rasa nyeri aneh yang menjalar di lututnya. Lantas, setelah dilihat, ia menemukan cairan merah pekar yang mengalirdi kakinya hingga membuatnya terhenyak kaget.
"Sialannnnn!!! Gue berdarah!!!" Jova memekik sejadi-jadinya saat melihat cairan itu mengucur deras di lututnya. Ia merasa luka itu makin lama makin sakit aja. Mana lagi sekaranf ia merasa malu sekali. Orang-orang di sekitar sibuk berkerumun dan ngeliatin. Bukannya bantuin, sintingnya malah pada ngetawain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Mirage✓ Junho
FanfictionGimana sih rasanya hidup dikelilingi para trainee yang sebentar lagi akan debut jadi idola? Apalagi jika salah satu dari trainee tersebut adalah pacar kamu sendiri? --- Ini adalah kisah Hazel, gadis beruntung yang dipacari oleh salah satu trainee be...