8

1.6K 156 6
                                    

Jeon tidak mungkin kan memberi tau kepada Jimy secara gamblang bahwa dia sedang berada di apartemen Kim Vicle? Bisa gawat.
















Tut






Jadi pilihan yang paling tepat menurut Jeon adalah memutus panggilan itu dan mematikan ponselnya. Jeon itu tau, si Park pasti akan mencoba menghubunginya lagi.






Lelah dirasa olehnya, dia berjalan ke arah sofa dan merebahkan dirinya disana. Memejamkan matanya dengan damai.





Beberapa jam kemudian....













Sett







Kembali bangun karena merasa dingin. Mata cantiknya menatap tajam ke arah pintu kamar Kim Vicle.








Persetan,








Si Jeon itu sudah tidak tahan lagi.














BRAK!





BRAK!







"KIM! BUKA PINTU! BUKA PINTU!" Teriak Jeon dengan sisa suaranya,







-tetap menendang-nendang pintu dengan barbar.






BRAK!






BRAKK!







Ceklek.






"Hentikan Jeon, ada apa?"





Kim Vicle membuka pintu dengan suara serak dan wajah bantalnya. Astaga! Ini masih dini hari, dan tidur lelapnya terganggu oleh suara tendangan pintu. See? ada makhluk barbar yang menendang pintunya.






"Kau tidur di sofa, aku dikamarmu! Di sofa sungguh dingin, apalagi tanpa selimut" ujar si Jeon kemudian manarik si Kim yang masih linglung. Mendorong tuan muda Daegu itu keluar kamarnya.








Blam!







Dan pintu tertutup tepat di depan wajahnya. Bahkan, ujung hidung mancungnya hampir terkena daun pintu.








Hee? Apa dia baru saja diusir dari kamarnya sendiri?






Ah. Selama itu adalah Jeon Jung Hwa, Kim Vicle tidak masalah. Kalau orang lain yang melakukan itu padanya, tamatlah kehidupan orang itu.






Akhirnya, Vicle merebahkan diri di atas sofa. Bekas Jeon tidur tadi.







Hidung mancungnya bergerak-gerak, mencium aroma yang tidak asing.








Wangi bedak bayi.







Vicle berusaha memejamkan matanya, namun wangi bedak bayi dari Jeon membuat sesuatu dalam dirinya bangkit. Kemudian Vicle berusaha tenang dan memejamkan matanya, berusaha kembali ke alam mimpinya.




















.
.

Jeon bernafas dengan gelisah. Alisnya mengernyit cepat, rasa panas menjalari tubuhnya.






Nafasnya mulai putus-putus, membuat tidurnya terganggu. Keringat mengucur deras, membasahi kulit seputih susunya.






What's going on?







Mata bulat cantiknya berusaha terbuka, walaupun berhasil membuka mata, namun pandangannya masih berkabut.







Sedikit demi sedikit, dia mulai melihat ada rambut yang bergerak-gerak di atasnya,







-ada juga rahang tegas yang tampak mengeras.









Tunggu!







Tunggu!







Bagian selatannya terasa sakit yang menggigit, tubuhnya bergerak-gerak, ada yang men*nd*hnya. Namun tidak sepenuhnya.







Mencoba menggumpulkan nyawanya, Jeon terlalu lelah mengetahui apa yang terjadi. Kedua tangannya dicekal oleh dua tangan kekar, masing-masing di sisi kepalanya, tangan kekar itu berusaha menautkan jari-jari mereka.















"Ah..."






Itu adalah suara pertama dari Jeon ketika kesadarannya mulai penuh, dibarengi dengan sesuatu yang berhasil mengenai titik manisnya. Membuatnya melayang.








"Ahh...Kim, Ahhh-nnhhh"







Desahan itu lolos, namun bibir cherry sudah ditawan dengan ciuman panas. Si Jeon tidak melawan, namun begitu menawan dimata Kim Vicle. Menyeringai di sela ciumannya, Kim Vicle senang jika Jeon itu menerima setiap sentuhannya.









Sedangkan....







Mari kita lihat di bawah sini, Jung-nya tampak pasrah, tubuh moleknya terh*nt*k-h*nt*k pelan akibat aktifitasnya.








You know? Jeon lelah, mau melawan pun percuma. Pergerakannya di tahan. K*k*-k*k*nya meng*ng*k*ng, tangannya dicekal. Habis sudah.






"Ahh....nnhh"







Walaupun begitu, si keras kepala dengan segala penolakannya itu, dia tetap luluh lanta di bawah kungkungan Kim Vicle.







Terasa panas, basah, sakit. Tepatnya hancur terkoyak menurut Jung-nya,







-ketika, tempo gerakan dipercepat. Membuat tubuh Jung-nya ters*nt*k-s*nt*k brutal. Rambut hitam lembut milik Jung-nya sudah acak-acakan karena pergerakan itu.









"Ahh! Kim! Aah! Pelan! Aah!"








Memekik, rasanya dunianya bergemuruh. Ketika ada rasa aneh yang membuat perutnya kebas, merangsek berusaha keluar.








"AH!"








Dan sudah keluar. Disisa-sisa kesadarannya, Jeon samar-samar melihat seringai menyebalkan dari tuan muda Daegu itu.










Cup,








-kecupan penuh tekanan di dahinya adalah hal terakhir kali dilihatnya sebelum kegelapan menjemputnya.









Dan kesalahan besar dilakukan oleh Jeon waktu itu adalah,











-tidak mengunci pintu dari dalam.














Tbc....

MAGNETETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang