05. PAPA

667 55 8
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arasya tengah bersantai di dalam kamarnya, tidak ada yang bisa ia kerjakan selain menonton film

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arasya tengah bersantai di dalam kamarnya, tidak ada yang bisa ia kerjakan selain menonton film. Papanya mengabari akan pulang siang ini, tentu saja Arasya sedikit merasa senang. Kali terakhir mereka menghabikan waktu bersama adalah sebelum kematian Alesya. Satu tahun lalu tepatnya.

Arasya mendesah bosan, bisa gila ia jika hanya menonton seharian penuh. Gadis yang mengenakan baju satu lengan dan celana pendek itu memutuskan untuk melihat kamar Alesya. Biasanya celotehan gadis kecil itu akan senantiasa ia dengar walaupun tak pernah Arasya tanggapi. Aleya gadis ceria yang penuh akan tawa, sangat berbanding terbalik dengan sikapnya.

Alesya yang Arasya tau adalah gadis periang, gadis yang selalu merasa bahagia dan senang. Tapi itu hanya pandangan Arasya saja, tanpa tau yang sebenarnya bahwa betapa menyesakkan di dalam hati gadis mungil itu ketika ia mengetahui kebenaran yang selama ini selalu ada di pikirannya.

Arasya menekan kenop pintu kamar colourfull itu. Ia duduk di ranjang Alesya sambil mengelus bantal bergambar hello kitty itu lembut.

"PAPA PULANG!" sapaan dengan nada yang lumayan tinggi menyapa indra pendengaran Arasya. Sedikit berlari meninggalkan kamar Alesya, Arasya menubrukkan tubuhnya ke pelukan sang ayah. Mencari kenyamanan yang selama ini selalu ia rindu.

Papanya adalah alasan mengapa Arasya ingin mengutus tuntas penyebab kematian Alesya. Walaupun Jerdaf sudah mengikhlaskan kepergian Alesya, tapi Arasya merasa ada sesuatu hal yang janggal.

Jerdaf mengelus rambut anaknya sayang, lalu tangannya beralih mengusap lengan Arasya yang terbuka. "Kangen sama papa hm?"

"Kangen," gumamnya pelan. Tak bisa di pungkiri bahwa memang Arasya merindukan Jerdaf.

Kekehan singkat terdengar dari bibir papanya itu, Jerdaf melepaskan pelukan keduanya. "Papa mau bersih bersih dulu, kamu tolong bilangin Bi Inna ngga usah masak makan malem. Kita makan di luar okay?"

"Hmm okay!"

Arasya melenggang pergi kedapur, terlihat Bi Inna sedang menyapu. "Bi!" panggil Arasya.

Bi Inna sontak menoleh lalu menegakkan badannya. "Eh non ada apa?"

"Kata papa ngga usah masak buat makan malem. Kita mau makan diluar. Tapi jangan lupa makanan buat bibi sama pak satpam."

ARASYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang