Arasya menghapus bulir keringat yang ada di dahinya. Hari ini adalah pelajaran olahraga. Ia harus bermain basket yang bahkan tidak pernah ia sentuh seumur hidup. Arasya duduk di pinggir lapangan, sambil menjulurkan kakinya. Memperhatian teman sekelasnya yang asyik bermain tanpa lelah.
Tiba-tiba seorang gadis duduk di sampingnya, mengenakan pakaian olahraga juga. Mungkin teman sekelasnya?
"Hai?" sapa gadis tadi. Arasya hanya menoleh dan menganggukkan kepalanya.
Gadis itu mengulurkan tangan berniat untuk berkenalan. Dengan ragu Arasya membalas uluran tangan tersebut. "Aku Vasilla."
"Arasya."
"Kamu murid baru ya? kita sekelas loh."
Arasya hanya berdeham sebagai jawaban. Mereka berdua memang berada di kelas yang sama. Saat Arasya pertama kali masuk, Vasilla sedang sakit jadi ia tidak sekolah.
Vasilla termasuk siswi yang pendiam, ia tidak mempunyai teman karna sering di bilang aneh. Gadis itu mempunyai kelebihan yang jarang seseorang miliki. Melihat hal buruk yang akan terjadi adalah salah satu kemampuannya.
Entah anugrah atau kutukan namun Vasilla tidak pernah menginginkan itu. Ia bahkan sering melihat adegan kematian seseorang tanpa bisa mencegahnya. Padahal Vasilla sudah memperingati orang tersebut, namun malah di anggap seperti gadis yang gila.
Oleh karena itu Vasilla memutuskan untuk tidak terlalu berinteraksi dengan banyak orang. Ia berusaha tidak menatap mata saat berbicara dengan lawan bicaranya.
Merasa Arasya tidak ingin mengobrol lebih kepadanya, Vasilla memutuskan untuk pergi. "Kalo gitu aku ke loker dulu, Arasya."
Sepeninggalan gadis manis itu, Aleron tiba tiba muncul tak di harap. Mengundang dengusan malas dari Arasya. Lelaki berbaju hitam sebagai dalaman itu duduk di sebelah gadisnya.
Menatap wajah Arasya dari samping yang masih terlihat cantik dengan beberapa bulir keringat didahi serta membasahi anak rambutnya.
"Capek?" tanyanya. Arasya hanya mengangguk tanpa menoleh.
Perlu di ingatkan bahwa Aleron harus sabar menghadapi tingkah Arasya yang pembangkang, lelaki itu masih setia duduk disana menemani gadisnya. "Mau ke kantin?" tawar Aleron.
"Ada Alroy?" tanya Arasya tanpa beban. Aleron mengubah raut wajahnya menjadi datar, tangannya mengepal erat. Alroy, Alroy dan Alroy. Selalu saja temannya itu.
"Nggak ada, cuman kita berdua," jawab Aleron ketus.
"Yaudah nggak mau."
"Berapa kali gue harus sabar ngadepin lo, Arasya!" sentak Aleron.
"Jangan maksa!"
"Gue nggak maksa kalo lo nurut."
"Tapi gue nggak mau."
"Keras kepala!"
Aleron bangkit dari duduknya, ia meraih tangan Arasya agar berdiri. Gadis itu berdecak, ia menatap Aleron malas. Dengan tidak sopannya Aleron menariknya kearah kantin. Tidak berniat memberontak karena tidak ingin berdebat. Arasya mengikuti langkah lelaki tersebut.
"Lo mau makan apa?" tanya Aleron saat mereka sudah berada di kantin yang sepi.
Arasya mengedarkan pandangannya, ia belum merasa lapar. Jadi lebih baik membeli minuman dingin saja. "Susu kedelai dingin."
"Makan?"
Arasya menggeleng.
Sebelum melengos kearah penjual yang menjual beberapa minuman botol, Aleron menyempatkan mengusak rambut Arasya jahil. Membuat sang empu mendelik sinis.
Senyuman kecil terbit di kedua sudut bibir lelaki itu ketika melihat ekspresi Arasya. Aleron berjalan ke stand makanan tadi dan membeli satu botol susu kedelai.
Setelah membayar, lelaki itu mendekati Arasya yang masih setia berdiri di tempat seolah enggan untuk beranjak duduk. Aleron menggelengkan kepalanya heran. Gadisnya mengapa gemar memasang raut wajah datar seperti itu?
"Duduk," titah Aleron. Mau tak mau Arasya duduk disalah satu kursi panjang disana.
Sebelum memberikan susu tersebut kepada Arasya, Aleron sudah membuka tutup botolnya terlebih dahulu agar Arasya tidak repot membukanya lagi.
"Nih," ujar Aleron sembari menyodorkan susu itu.
"Thanks."
"Lo cantik banget sial!"
"Siapa yang ngizinin lo semenarik ini, Arasya?"
Arasya menoleh kearah Aleron yang sedang menatapnya lekat. Terdapat sisa sisa susu di sudut kiri bibir gadis itu. Tanpa di duga, Aleron mencium Arasya diikuti jilatan kecil agar sisa susu tadi hilang.
Arasya masih mematung, tindakan tiba tiba dari Aleron membuatnya belum sadar dari keterkejutannya.
"Sialan lo!" umpat Arasya.
Aleron menyekal tangan Arasya saat gadis itu hendak memukulnya. Bukannya merasa bersalah, Aleron malah terkekeh gemas.
"Manis."
"Gue suka lo yang manis, apalagi kalo sikap lo ke gue kayak gitu, Arasya."
5 vote dan 20 komen aku usahain update cepet
sembari nunggu Arasya update, mampir ke cerita aku yang satu nya yuk ? 🙆♀
KAMU SEDANG MEMBACA
ARASYA
Fiksi Remaja⚠️ FOLLOW MY ACCOUNT BEFORE YOU READ MY STORY Warning : : Harsh word, alcohol, mystery, kiss, and obsession Arasya Geraldine, gadis itu datang mencari tau dalang yang menjadi awal kehidupannya berubah. Kehilangan salah satu anggota keluarga yang ia...