04. PANAHAN

655 58 3
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mau coba?" Aleron bertanya ke gadisnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mau coba?" Aleron bertanya ke gadisnya. Arasya mengernyit, ia menggeleng pertanda tidak ingin. Lelaki itu mulai mengangkat busurnya, memasang anak panah di tempat seharusnya. Satu matanya tertutup, berusaha untuk membidik tepat sasaran.

"Lo kumpulin semua masalah lo di titik tengah sana," ujarnya. Perlahan Aleron menarik tali busur itu, "Lo tarik ini sesuai kemampuan lo. Anggap lo sedang membalas semua perbuatan dari orang yang nyakitin lo."

Dan ya! anak panah tersebut mengenai lingkaran berwarna merah yang berada tepat di tengah tengah. "Lo berhasil menang dan berdamai dengan diri lo sendiri sweetie."

Aleron menatap Arasya yang masih memandangi panah tersebut. "Jadi mau coba?"

Tetapi Arasya tetap saja menggeleng. Aleron menghela napas, ia melupakan suatu fakta jika gadisnya ini sedikit pembangkang. Aleron meletakkan busur tadi ketempat semula.

Di sana berjejer rapi dengan berbagai model busur dan anak panah. Arasya di buat takjub, tak memungkiri bahwa Aleron terpilih menjadi ketua club ini karena memang kemampuannya luar biasa.

Aleron mendekati Arasya, ia mengusap wajah gadisnya agar berhenti melamun. "Apa yang ada di pikiran lo sampe nyuekin gue yang lebih nyata di samping lo Arasya."

Arasya menatap Aleron datar. "Satu permintaan boleh?" Aleron mengangguk singkat.

"Jangan ganggu gue lagi, dan stop berlagak kalo kita deket."

Tatapan hangat Aleron merubah menjadi tatapan tajam "Nggak akan. Lo boleh minta apapun pengecualian hal aneh itu."

"Disini selalu nggak bisa tenang kalo gue natap lo, jantung gue nggak aman pas ada di samping lo. Gue mungkin cinta sama lo Arasya, sekuat apapun gue nampik hal itu. Nyatanya bakal tetep sama," ucap Aleron tulus seraya menuntun telapak tangan Arasya ke arah dadanya.

"Sama sekali nggak masuk akal." Arasya menarik tangannya kasar.

Aleron menggeram menahan amarahnya. Mengapa jatuh cinta sedramatis ini? Ia hanya ingin di cintai oleh orang yang ia cinta. Arasya satu satu nya gadis yang bisa membuatnya segila ini, sebodoh ini dan sebahagia ini. Arasya satu satunya gadis yang berhasil membuatnya bertekuk lutut.

Gadis tanpa senyum dan ekspresi itu, hanya Arasya.

"Denger Aleron, tujuan gue disini bukan untuk jatuh cinta."

"Kalo gitu apa tujuan lo kesini sayang? Tujuan apa yang nggak gue tau?"

Arasya berdecih, "Lo nggak sepenting itu buat gue, sampe harus gue kasih tau apa yang gue tuju."

Perkataan Arasya mampu membuat tatapan Aleron semakin tajam, tapi semua itu tidak membuat Arasya takut. Gadis ini hanya meminta satu permintaan yang sangat mudah untuk di wujudkan. Kenapa lelaki itu sangat terlihat tidak suka?

"Nggak masalah."

Arasya menatap Aleron. "Nggak masalah kalo gue nggak penting, nggak masalah kalo lo nggak suka gue. Tapi lo nggak bisa hentiin gue buat nggak cinta sama lo baby," lanjut lelaki itu.

Arasya menatap Aleron jengah, mengapa lelaki itu sangat keras kepala. Sampai kapanpun Arasya tidak mungkin menyukai bahkan mencintai Aleron. Arasya bahkan belum selesai dengan masa lalunya.

"Gue juga harus minta satu permintaan," ujar Aleron membuat Arasya menaikkan satu alisnya.

"Sandiwara di depan gue Arasya, seolah lo cinta sama gue. Sampe lo lupa kalo lo lagi bermain peran."

Arasya berdesis mendengar permintaan tidak logis dari lelaki gila di hadapannya ini. Tak berniat untuk membalas ucapan Aleron, Arasya malah melengos kearah pintu untuk keluar dari ruangan gelap ini.

Saat hendak membuka pintu, tangan Arasya di cekal. Arasya menyentaknya kasar lalu menendang tulang kering Aleron yang mebuat lelaki itu meringis kecil. Arasya mengacungkan jari tengahnya setelah ia berhasil membuka pintu.

Aleron tertawa kecil memandangi punggung Arasya yang semakin menghilang di telan jarak. "How so cute."

oOo

Arasya berniat untuk menemui Alroy. Setidaknya ia harus mengenal siapa Alroy sebenarnya. Mata Arasya menelisik siswa satu persatu, mencari seorang yang belum terlalu familiar di matanya. Sesekali Arasya berdecak kecil ketika ada yang menyenggol bahunya dengan tidak sengaja. Arasya melirik jam yang melekat di tangan kirinya, sial 5 menit lagi jam istirahat selesai. Arasya harus mengurungkan niatnya saat ini.

Sedikit berlari untuk menuju kelas yang lumayan jauh dari posisinya saat ini. Arasya menghela napas lega saat sudah berada di kelas yang masih terasa hening. Ia heran mengapa teman kelasnya termasuk pendiam semua. Hampir tidak ada interaksi satu sama lain. Apa ini adalah kelas yang isinya anak ambisius semua? Arasya bergidik ngeri membayangan itu.

Tak lama bel pertanda jam istirahat telah berakhir berbunyi, Arasya duduk anteng di kursi, membenarkan letak cepolan rambut nya sembari memegang buku diary milik Alesya. Arasya tengah memikirkan kemungkinan kemungkinan yang akan teejadi nanti.

o O o

— page four : faktanya 'perasaan' tidak bisa di taruh di sembarang tempat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

— page four : faktanya 'perasaan' tidak bisa di taruh di sembarang tempat

ARASYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang