10. KASAR

760 64 41
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepertinya keputusan Arasya untuk menghampiri Aleron adalah keputusan yang salah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepertinya keputusan Arasya untuk menghampiri Aleron adalah keputusan yang salah. Nyatanya lelaki ini kini sedang tidur tengkurap di paha Arasya dengan bantal di atasnya agar ia tidak pergi.

Punggung Arasya terasa pegal karena duduk sedari tadi, walaupun masih bersandar di kepala ranjang dan mendudukki kasur yang empuk tapi tetap saja!

"Lo bisa duduk dulu nggak?" tanya Arasya kesal.

Bahkan Aleron belum membersihkan dan mengobati lukanya. Suhu badannya juga masih tinggi, jujur saja Arasya tidak tahu harus bagaimana karena ia belum pernah mengurusi orang sakit. "Gue panggil dokter aja."

"Nggak!" jawab Aleron cepat. Lelaki itu mengubah posisinya menjadi duduk, mengenderkan kepalanya di bahu Arasya. "Nggak butuh dokter, gue cuman butuh lo," ujarnya lirih.

Aleron mendaratkan telapak tangannya di atas tangan Arasya berusaha menggosokkan kedua tangan mereka. Dingin, suhu tubuhnya tinggi tetapi tangannya terasa seperti beku. Bibir lelaki itu juga membiru. "Kedinginan?" tanya Arasya.

"Duduk yang bener, gue kompres dulu luka lo."

Setelah Aleron melaksanakan perintahnya, Arasya membenarkan letak selimut agar menyelimuti tubuh lelaki itu. "Handuk kecil ada dimana?"

"Di lemari paling bawah."

Arasya menganggukkan kepala, usai menemukan handuk berukulan kecil. Ia kembali bertanya. "Air hangat?"

"Di kamar mandi ini ada, nggak usah ke dapur."

Dengan sedikit enggan, Arasya melangkah ke arah pintu kamar mandi kamar lelaki itu. Untung saja ada baskom kecil sehingga Arasya tidak repot untuk kedapur. Setelah mengisi baskom tersebut dengan air hangat, ia kembali mendekat ke ranjang Aleron.

Arasya meletakkan baskom itu di nakas, ia mendaratkan bokongnya di pinggiran kasur. Menatap beberapa luka yang ada di wajah lelaki itu. Tak lama ia menghembuskan napas lelah. "Di bersihin dulu darah kering lo."

Tangan gadis itu meremas handuk kecil yang telah di rendam air hangat. Lalu menekannya ke sudut bibir dan dahi Aleron. Ringisan kecil terdengar, Aleron memandangi Arasya lekat. Ternyata Arasya masih peduli.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 30, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ARASYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang