"Gue emang orangnya gak bisa nahan emosi, sekalinya gue nahan, gue liat mukak lo aja udah muak dan berakhir dendam,"
-Raja Brawijaya
💅💅💅
Altezza meninggalkan Raja seorang diri di ruang musik. Raja mulai masuk perlahan, meraba tembok untuk menemukan saklar lampu.
Tek!
Lampu ruangan hidup, Raja berjalan maju dan mulai beraba sekitar untuk menemukan alat musik yang selama ini dia incar.
Tiba-tiba saja, tangannya merasakan benda panjang berbentuk kotak. Dia juga menemukan tempat duduk kecil di bawah benda tersebut, kembali meraba dengan benar, dia menemukan celah penutup benda yang dia temukan.
"Akhirnya, gue nemuin benda ini." ternyata, benda yang selama ini dia cari adalah piano. Alat musik yang membuatnya bisa menyalurkan semua emosinya di saat semua orang menghinanya akibat dirinya yang buta.
Raja membuka cover tuts piano, setelah terbuka dia menekan tuts piano untuk mengecek nada piano. Merasa kurang cocok, Raja mulai menyesuaikan semua nada sesuai dengan keinginannya.
Raja langsung memainkan piano, alunan piano mengalun dengan indah di telinganya saking senangnya dia memainkannya. Nada-nada piano yang dia mainkan sampai terdengar ke luar ruangan, para siswa dan siswi yang mendengar suara piano yang di mainkan seketika kepo dan tertarik dengan siapa yang memainkannya.
"Eh, siapa tuh yang mainin piano di ruang musik? Bukannya ruang musik biasanya sepi kalo gak ada ekstra?" tanya seorang siswi pada temannya. Mereka berada di luar ruangan untuk mengintip siapa yang ada di ruang musik.
"Gak tau, bentar, gue intip dulu." siswi satunya mulai mengintip lewat jendela. Siswi tersebut membelalakan mata saat tau siapa yang memainkan piano.
Siswi yang mengintip, berjalan mundur sambil menutup mulutnya hingga menabrak tong sampah besi yang menghasilkan suara nyaring.
Pyang! Bug!
"Siapa!?" teriak Raja dari dalam ruangan.
"Lari-lari!" kedua siswi tersebut berlari menjauhi ruang musik saat mendengar teriakan Raja.
Raja berdiri dan berhenti memainkan piano. Raja berjalan menuju pintu ruang musik dan keluar. "Kayaknya ada yang ngintip tadi," gumam Raja.
"Untung gue gak nyanyi," gumam Raja kembali.
Raja berjalan menuju kelasnya, di XI MIPA 3. Bel pulang sudah berbunyi, di sepanjang lorong dia mendengar bisikan mengenai dirinya.
'Eh, eh, si buta tuh."
'Ada gosip baru tau, tentang dia.'
'Apaan?'
'Dia katanya pinter main piano."
'Oh, ya? Tau dari mana lo?'
'Tadi siswi kelas sebelah katanya denger orang main piano di ruang musik dan yang main adalah si cowok buta itu.'
KAMU SEDANG MEMBACA
Raja Brawijaya | TERBIT
Teen FictionIni bukan takdir yang dia inginkan, ini bukan hal yang menyenangkan. Selalu mendapatkan pembullyan setiap saat hanya karena sebuah kekurangan yang dirinya miliki. Kegelapan selalu menyertai bak sebuah bayangan. Suara gunjingan selalu terdengar ditel...