Chapter 1.8 | Memanas

99 10 1
                                    

"Dekati dengan nyata, bukan dengan ucapan tanpa pembuktian,"

💅💅💅

Hari demi berlalu, Zalfa terasa makin dekat dengan Raja. Lelaki itu pun tak ada menolak kehadiran Zalfa sama sekali atau bisa dibilang Raja kini sudah bergantung pada Zalfa.

Altezza, lelaki itu merasa cemburu. Bagaimana bisa sahabatnya direbut oleh seorang perempuan! Altezza menjadi tak bisa kemana-mana bersama Raja karena setiap pergi, Raja pasti bersama Zalfa.

Bukan hanya Altezza, Ava dan Arisha pun merasakan hal yang sama. Kedua perempuan itu benar-benar dilupakan jika Zalfa sudah bersama Raja, dunia milik berdua itulah yang bisa kita sebut untuk Zalfa dan Raja.

Jam pulang sekolah tiba, Altezza dan Raja bergegas keluar kelas untuk pulang dan beristirahat. "STOP!" seorang perempuan mencegat kedua remaja tersebut.

Siapa lagi kalau bukan Zalfa. "Kalian ada kemana hari ini?" tanya Zalfa.

"Kita?" tunjuk Altezza pada dirinya sendiri dan Raja.

"Iya, kalian. Ada kemana hari ini?"

"Keknya kita gak ada kemana-mana hari ini. Iya ga sih Ja?" Raja menganggukan kepala sambil bergumam pelan. "Heum,"

"Nah, Raja! Main ke rumah gue yuk?" ajak Zalfa.

"Loh, loh, yo ndak bisa begitu! Masak Raja doang yang mau diajak sayanya enggak. Gak bisa ini." Altezza melentangkan tangannya di depan tubuh Raja, melarang siapa pun untuk mengambil laki-laki itu. Bukan gay ya! Hanya saja, teman bermainnya hilang semenjak Zalfa terus mendekati Raja.

"Ajak Altezza bareng, lo bukan sahabat gue, tapi dia. Yang tau semua tentang gue itu dia, gue harus selalu sama dia walau hhpun gue sekarang bergantung sama lo!" pinta Raja pada Zalfa.

Bibir Zalfa melengkung ke bawah, padahal perempuan itu ingin memperkenalkan Raja pada kedua orang tuanya secara pribadi. Eh, pengikutnya malah ngambek Rajanya di bawa.

"Ya udah, lo ikut aja deh. Kalian berdua! Oy!" Ava dan Arisha yang asik mengobrol mengalihkan perhatiannya saat Zalfa memanggil mereka berdua.

"Naon?" jawab Arisha.

"Nanti main ke rumah gue ya? Jamnya kek biasa," mereka berdua menganggukan kepalanya.

"Kalau gitu gue duluan ya? Jangan lupa main ke rumah!" Zalfa pergi dari hadapan Raja dan Altezza bersama Ava dan Arisha.

Dari kejauhan, sebuah tangan terkepal melihat keakraban antara Zalfa dkk dan Raja. Gertakan gigi terdengar, wajah memerah akibat emosi yang mulai memuncak."Anjing!"

Dug!

Seorang laki-laki memukul tembok yang ada di sampingnya sembari menggerutu. "Apa lagi?" tanya sahabat di sampingnya.

"Dia makin deket sama Zalfa, sedangkan yang ngedeket tuh si Zalfa. Sat!"

"Terus? Lo mau ngapain lagi?"

"Gue ada rencana, lo berdua gak perlu ikut campur!" mereka berdua menurut. Sudah malas juga sebenarnya jika harus melakukan hal lebih lagi.

Raja Brawijaya | TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang