"Anak yang begitu tabah dan pemberani. Tak pernah menghiraukan orang lain apapun ucapan mereka tentangnya,"
💅💅💅
Dezka, laki-laki itu berjalan penuh emosi di kepalanya melihat kebersamaan kelima orang tersebut apalagi Zalfa dan Raja. Para sahabat Dezka, hanya diam melihat Dezka seperti itu.
Bukan tak mau menghentikan, hanya saja, mereka sudah lelah dengan apa yang dilakukan oleh Dezka. Untuk kali ini, mereka akan membiarkan Dezka melakukannya sendiri tanpa mereka.
Dezka dkk berjalan menuju parkiran sekolah, mengambil motor masing dan pergi dari sekolah. Sebelum itu ...
"Dez, lo kenapa?" tanya Jarda.
"Ada yang harus gue urus, kalian pulang duluan. Kali ini, gue yang ngurus semuanya, kalian santai aja dan jangan deket-deket gue," perintah Dezka.
"Oke," jawab mereka berdua.
Dezka segera melajukan motor sport nya keluar sekolah. Meninggalkan Angga dan Jarda,"Kira-kira dia mau buat apa lagi?" terka Angga menggosok pelan dagu.
"Entah," jawab Jarda pelan. Mereka pun meninggalkan sekolah dan kembali ke rumah masing-masing.
Di perjalanan, Dezka melaju dengan kecepatan di atas rata-rata. Dia akan menuju cafe yang biasa dia gunakan untuk nongkrong bersama kedua sahabatnya.
Sesampainya disana, Dezka segera memesan beberapa minuman dan makanan untuk meredakan emosinya. Sembari menunggu pesanannya datang, Dezka meraih ponselnya di kantong celana putih abunya dan memencet beberapa digit nomor telpon lalu menekan tombol memanggil.
"Halo, kenapa Dezka?" terdengar suara perempuan dari seberang sana.
"Gue perlu bantuan lo sekarang! Bisa dateng ke cafe yang gue kirim alamatnya?" tanya Dezka.
"Tentu sayang, apapun untukmu,"
"Oke, sekarang gue kirim,"
Tut! Tut!
Dezka segera mengirim alamat cafe yang sedang dia tempati saat ini. Beberapa menit kemudian, seorang perempuan yang tingginya sepantara dengan Dezka datang dengan high heels dan baju seksi, perempuan itu segera menghampiri Raja dan langsung duduk di paha laki-laki itu.
"Ohh ... Sayang, ada apa kamu manggil aku kesini heum?" perempuan itu mengelus dagu dan dada Dezka brutal penuh nafsu.
'Shit! Kalau bukan untuk nyingkirin tuh cowok, gue jijik banget sama nih cewek,' batin Dezka.
"Duduk," pinta Dezka dingin.
"Aku 'kan udah duduk. Bahkan dengan kursi spesial yang empuk ini," jawab perempuan itu.
"That is pangkuan! Bukan duduk sayang, sekarang kamu duduk di kursi depan aku ya? Jangan main-main dulu," Dezka berusaha sabar menghadapi perempuan nakal itu ini.
Kalau dia mencari yang lain, acting nya akan buruk dan mudah di tebak. Jika dia mencari perempuan ini, cara dia untuk menjebak laki-laki sangatlah bagus.
Perempuan itu masih diam,"Anggi, nanti malam dapet kok," mendengar hal itu perempuan itu sumbringah.
'Bangsat, ngapain gue bilang begituan! Pasrah aje dah gue, tinggal gue kasi duit aja nanti,' batin Dezka.
"Sayang banget deh sama Dezka," Anggi segera duduk di depan Dezka dengan anteng.
"Oke, sekarang gue jelasin rencana yang akan gue kasi ke lo! Gue harap lo berhasil ngelakuin semua nya, semua biaya akan gue tanggung, ngerti?" Anggi menganggukan kepala patuh.
Dezka menjelaskan semua rencananya, Anggi sedikit terkejut, seniat ini Dezka mencarinya hanya untuk hal seperti ini. Tapi sudahlah, lagian dia 'kan di bayar. Kalau ada uang dan jatah apapun akan dia lalukan.
"Buta? Gimana jadinya nanti cobak?" tanya Anggi.
"Udah! Jalanin aja semua rencana gue, nanti gue transfer uang keperluannya. Tidak ada hal yang melenceng dari rencana! Kalau ada, nanti malam gak jadi," ancam Dezka ke Anggi.
"Eh, eh, jangan dong. Iya-iya, nanti gue pap semua barang yang lo kasi tau biar lo percaya,"
"Gitu dong! Baru namanya Anggi Anggara," Dezka mengelus kepala Anggi pelan, membuat perempuan itu tersipu malu.
***
"Eh, kalian. Sini-sini masuk," Zalfa mengajak Altezza dan Raja. Kedua laki-laki itu masuk ke dalam rumah milik Zalfa, sama seperti tadi, Altezza masih terpaku pada interior rumah milik perempuan tersebut.Sesampainya di ruang tamu,"Kalian tunggu dulu ya. Gue mau manggil sahabat gue, mereka di kamar gue, ga papa 'kan?" tanya Zalfa.
"Ga papa kok, iya 'kan Ja?"
"Iya," Raja menganggukan kepalanya.
"Bi! Buatin dua temen cowok aku minum ya!" seru Zalfa dari arah ruang tamu.
"Oke non! Sekalian cemilannya gak?" tanya bibi dari arah dapur.
"Boleh, sekalian aja," jawab Zalfa, setelah mengatakan itu dia pergi meninggalkan Altezza dan Raja ke lantai dua untuk memanggil Ava dan Arisha.
Mereka berdua masih belum ada bicara sama sekali. Mereka hanya memperhatikan sekitar, tiba-tiba ...
"Eh, ada tamu rupanya," mendengar ucapan tersebut, Altezza dan Raja terkejut.
"Maaf-maaf. Om ngejutin kalian ya? Agam! Jangan kayak gitu lain kali, kasian tuh mereka terkejut gara-gara kamu," ketus Abila kearah Agam. Laki-laki paruh baya itu hanya cengengesan tak jelas.
"Eee ... Ga papa tante hehe." Altezza berusaha bersikap setenang mungkin.
Tak tak tak ...
Suara langkah kaki dari arah tangga membuat keempat orang yang ada di bawah mengalihkan pandangan mereka ke arah langkah kaki tersebut.
"Zalfa! Kok temennya di tinggal sendiri? Kamu ini," ketus Abila ke arah Zalfa, anaknya.
"Bukan ninggalin, Mama. Aku udah bilang sama mereka tadi, kalau aku mau manggil Ava dan Arisha ke atas," jawab Zalfa.
"Iya-iya!" Agam hanya tersenyum kecil melihat tingkah laku istri dan anaknya.
"Zalfa, kamu gak mau ngenalin temen-temen kamu ke papa?" tanya Agam sembari menunjuk Raja dan Altezza dengan ujung matanya.
"Maunya sih engga, cuma karena Papa yang mau aku kenalin deh," mendengar hal itu, Agam cemberut membuatnya terlihat gemas.
Wajah Agam tidak seperti para bapak-bapak diluaran sana yang perutnya buncit, kerjaannya mainin burung dalam sangkar pagi-pagi, muka kusem, pemalas, muka keriput akibat usia, no! It's big no!
Agam malah bertolak belakang dari hal itu, wajah Agam terlihat kencang, putih, bersih, otot yang sangat terjaga, jika kalian membuka kemeja laki-laki paruh baya itu, kalian bisa menemukan beberapa potongan roti sobek.
Agam rajin olahraga apalagi nge gim. Lelaki itu tak pernah absen jika masalah olahraga, makan teratur, dan lain-lain apalagi masalah kesehatan.
Jadi, bagaimana pun ekspresinya, lelaki itu tetap terlihat seperti lelaki muda dan tampan. Makanya, tidak heran jika Zalfa begitu cantik dan menggemaskan.
Jika Abila dan Agam good looking, apalagi Zalfa hahaha. Lanjut pada percakapan anak dan ayah itu ...
"Mulai, mulai! Mulai capernya," ucap Zalfa terus menggoda Agam
"Heh!" Zalfa hanya tertawa melihat papanya yang begitu menggemaskan saat marah.
"Iya-iya, aku kenalin nih. Nah, yang di depan Papa itu namanya Raja. Disampingnya ada Altezza sahabatnya Raja yang selalu bareng sana sini. Ada yang mau di tanyain?"
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Raja Brawijaya | TERBIT
Teen FictionIni bukan takdir yang dia inginkan, ini bukan hal yang menyenangkan. Selalu mendapatkan pembullyan setiap saat hanya karena sebuah kekurangan yang dirinya miliki. Kegelapan selalu menyertai bak sebuah bayangan. Suara gunjingan selalu terdengar ditel...