Chapter 3 : Sanctimonious

266 237 46
                                    

"Sok suci, munafik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sok suci, munafik."

・*:..・ [ Selamat membaca ] ・.。.:*・

Arutala menatap Lavi dengan tatapan mautnya yang masih mengantuk. Kini mereka berdua berdiri saling berhadapan di ambang pintu rumah Arutala.

"Pagi-pagi buta udah dateng ke rumah orang aja," omel Arutala dengan mata yang menyipit.

"Udah jam 8 ini! Anak perawan masih tidur jam segini!" Lavi balik mengomel.

Arutala menggaruk kulit kepala nya yang tidak gatal. Sedikit berdecak, kemudian menggeser tubuhnya membiarkan Lavi untuk masuk ke dalam. Lavi duduk di ruang tamu setelah Arutala mempersilahkannya. "Bi, tolong buatin minum, ya."

Arutala duduk di sebelah Lavi, menyamankan posisi duduknya. Lalu bersandar. Jujur saja, ia masih mengantuk. "Kenapa, Vi?" Arutala bertanya.

Lavi hanya tersenyum kecut mendengar pertanyaan Arutala. Hal tersebut justru membuat kening Arutala berkerut, bingung.

Sedetik kemudian, Arutala menepuk bahu Lavi cukup kuat. Sehingga berhasil mengejutkan Lavi.

"Apaan sih?" Lavi terbelalak.

"Lagian di tanya kok malah senyum-senyum gak jelas!" ketus Arutala. "Ada apa?"

"Cuma mau main aja, kangen." Lavi menjawabnya cepat.

"Kangen?" Arutala bergidik, menjaga jarak langsung dari Lavi.

"Dih, gak gitu maksudnya! Negatif aja pikirannya, heran!"

Arutala terkekeh, ia pun kembali mendekat pada Lavi, kemudian memeluk pinggang ramping Lavi. "Kangennya sampe dateng pagi buta gini, ya?"

"Udah jam 8 lewat, Aru!" sahut Lavi.

"Masih ngantuk tau!" Arutala merengek layaknya anak kecil. Sudah biasa bagi Lavi yang melihat Arutala seperti ini. Ia sudah kebal saking lamanya ia bersama Arutala.

Lavi dan Arutala sudah bersahabat sejak sekolah dasar. Arutala yang merupakan tetangga baru sekaligus murid baru tersebut langsung menempel pada Lavi, hingga sekarang.

Seorang wanita paruh baya datang membawa nampan berisikan dua gelas jus untuk Lavi dan juga Aru.

Lavi meraih gelas jus tersebut. "Makasih, bi!"

Wanita itu tersenyum, lalu menundukkan kepalanya dan pergi. Lavi langsung menyeruput jus miliknya dengan antusias. Arutala bahkan sampai geleng kepala melihatnya.

ʜᴀᴘᴘɪᴇʀ ᴛʜᴀɴ ᴇᴠᴇʀTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang