Chapter 21 : Dandelion

85 140 136
                                    

"Jatuh cinta terbesar ku adalah kamu, tapi aku gak mau ketemu orang kayak kamu lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jatuh cinta terbesar ku adalah kamu, tapi aku gak mau ketemu orang kayak kamu lagi."

Laviana Ghea Aksaratama.

*:.。.・ [ Selamat membaca ] ・.。.:*・


Suara ketikan keyboard terus menggema di seluruh ruangan resto milik Javin. Yang dimana itu sudah berlangsung sejak pagi dan kini waktu telah menunjukkan pukul 4 sore. Cahaya jingga senja memancar ke dalam menembus jendela kaca dan mengenai punggung perempuan yang tengah berkutat dengan laptopnya.

Perempuan itu sudah duduk disana sejak resto tersebut buka. Awalnya Javin mengira jika perempuan dengan style simple serta perpaduan warna cotton flanel dan oak parquet itu hanya sekedar sarapan saja. Namun, dugaannya salah. Perempuan itu justru berlama-lama dengan laptopnya. Ia bahkan sudah 3 kali memesan kopi untuk menemani aktifitasnya.

Sejak pagi resto Javin cukup di kunjungi banyak orang. Sudah terhitung lebih dari 50 orang makan disana dengan memesan berbagai macam makanan yang tertera di daftar menu. Cukup melelahkan karena Javin hanya bekerja bersama sang adik saja. Javin akan memasak dan mengurus keperluan dapur, sedangkan Aran bertugas sebagai kasir dan waitress sekaligus.

Pelanggan terakhir sudah pergi beberapa menit lalu dan kini menyisakan perempuan yang duduk di pojok ruangan.

"Ini udah empat kali, lho. Perut kamu aman?" tanya Javin sembari meletakkan segelas kopi di meja, tepat di sebelah laptop sang perempuan.

Perempuan itu tersenyum dan menggeser letak gelasnya hingga berhenti tepat di depannya. "Gapapa kok, udah biasa. Makasih, ya!"

Javin mengangguk, tak lupa dengan senyum manisnya yang membuat kedua matanya ikut tersenyum. Ia tak langsung beranjak setelahnya. Javin justru memeluk nampan yang ia pegang, memperhatikan perempuan itu dengan saksama.

"Deadlinenya udah mepet kah?"

Perempuan yang menyesap kopi secara perlahan itu mengangkat kedua alisnya sebagai jawaban. Ia meletakkan kembali gelasnya, lalu kembali memfokuskan pikirannya pada layar laptop di hadapannya.

"Harus diselesaiin secepatnya, akhir Januari mau di terbitin soalnya," jawabnya. "Tinggal revisi dikit-dikit, paling lambat lusa udah selesai. Paling cepet besok juga selesai, kok."

"Kamu pasti kerja lembur bagai kuda."

Perempuan itu mengerjapkan matanya beberapa kali kemudian dengan cepat menoleh ke arah Javin berdiri. "Kok tau?"

"Semua orang yang liat penampilan kamu begini tuh pasti tau. Keliatan jelas banget, Lavi." Javin geleng kepala. "Persis kayak zombie."

"Heh, enak aja!" pekik Lavi.

ʜᴀᴘᴘɪᴇʀ ᴛʜᴀɴ ᴇᴠᴇʀTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang