Laki-laki dengan seragam sekolah yang berdiri di tengah hujan itu menatap ku sendu. Dengan wajah lebam dan bertelanjang kaki, ia tersenyum lebar. Saking lebarnya, kedua mata itu sampai menyipit. Aku yang membawa payung pun mendekatinya hingga payung tepat berada diatasnya, hingga terlihat jelas pula lebam yang tercetak di wajah indahnya.
"Kenapa?"
Ia menggeleng pelan. "Cuma hal kecil," jawabnya. "Terima kasih, kamu udah nolongin aku siang tadi."
Aku pikir, melihat perawakannya ini yang cukup membuat hati ku tersayat, rupanya kalimat yang keluar dari mulutnya lah yang semakin membuatku sesak.
"Kamu orang pertama yang nolongin aku sejak awal semester. Orang pertama yang nanyain keadaan aku, dan orang pertama yang mau berbagi payung pas hujan kayak gini."
"Terima kasih banyak, sudah mau menganggapku ada."
・*:.。.・ [ Selamat membaca ] ・.。.:*・
⏳
"Maaf ya, Aru. Aku malah pingsan kemarin."
"Please, stop! Kamu udah lima kali bilang itu daritadi, Lavi."
"Kalian berdua jadi repot gara-gara aku."
"It's oke, Lavi." Arutala melanjutkan fokusnya pada jalanan di depannya.
Seperti yang Arutala katakan, Lavi sudah terus-terusan meminta maaf seperti tadi sejak Arutala menjemputnya pagi-pagi sekali untuk berbelanja beberapa sayuran di pasar. Dan kini mereka berdua tengah di perjalanan menuju resto.
"Nata gimana?" tanya Arutala.
"Tenang, sesuai rencana, dia lagi jogging sama Javin."
"Baguslah," ujar Arutala. "Oh, iya! Ayah aku gak bisa dateng, lho."
"Iya tau, ayah kamu orang sibuk." Lavi fokus pada layar handphonenya.
Arutala tersenyum lebar menampilkan sederet giginya. Masih sibuk memperhatikan jalanan, Arutala membuka obrolan. "Orang tua kamu dateng?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ʜᴀᴘᴘɪᴇʀ ᴛʜᴀɴ ᴇᴠᴇʀ
Fanfic『 Book One 』 Percayakah kamu bahwa ada keajaiban yang bisa membawa mu ke masa lalu setelah kematian? Lavia percaya akan hal itu, karena dia sendiri yang mengalami keajaiban tersebut. Setelah terbunuh oleh suaminya sendiri yang gila harta itu, ia ke...