Pergi

1.2K 167 13
                                    

Kejadian di kampus membuat Yoshi dan Jihoon seketika menjadi jauh. Jihoon seakan tidak ingin melihat Yoshi lagi. Pemuda itu bahkan pindah duduk jauh di belakang. Tidak ada sapaan atau candaan lagi. Yoshi kehilangan sahabat sekaligus cinta pertamanya. Yoshi terus menyalahkan dirinya atas semua ini. Lalu beberapa hari ini Yoshi memilih untuk tidak berkuliah.

Dari rumah, pemuda itu memang mengatakan akan berangkat ke kampus, tetapi Ia malah memilih mengunjungi sebuah panti asuhan.

Di sana dia dapat bermain bersama anak-anak karena dia benar-benar menyukai anak kecil. Ia ingin melupakan Jihoon dan mengubur perasaannya dalam-dalam.

"Kak Oci ayo main" ajak seorang bocah laki-laki yang bernama Junghwan. Bocah berumur 8 tahun itu sangat senang mendapat teman bermain yang baru.

"Eitss ini waktunya mandi Hwanie. Kakak Oci harus pulang karena sudah jam 5 sore" ucap ibu panti. Junghwan lantas mengerucutkan bibirnya membuat Yoshi gemas lalu mengusap kepalanya.

"Jangan sedih, nanti kakak akan kemari lagi" ucap Yoshi. "Janji?" Yoshi mengangguk dan menautkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Junghwan.

Setelah itu Yoshi berpamitan untuk pulang.  Namun siapa sangka jika dirinya akan bertemu dengan Jihoon di taman. Mereka sama-sama terdiam namun Jihoon lebih dulu hendak membalikan badannya.

"Ji tunggu" tahan Yoshi.

"Ji gue mau ngomong sama lo bisa?" Pinta Yoshi. Jihoon diam tak bergeming. "Oke mungkin lo udah tau dan gak akan mau nerima penjelasan gue. Gue tau gue salah Ji. Emang gak seharusnya gue nyimpen perasaan gue buat lo. Gue tau ini bener-bener nyimpang. Gue gak tau harus gimana Ji.. gue juga capek selama 3 tahun nyimpen perasaan yang harusnya gue tau konsekuensinya. Tapi gue gak bisa Ji.. semakin gue pengen ngelupain semuanya, semakin besar perasaan itu" lirih Yoshi.

"Lo itu...menjijikan" ucap Jihoon semakin membuat hati Yoshi sakit. Air mata yang terbendung dari tadi kini mulai mengalir.

"Iya...lo bener Ji" lirih Yoshi.

"Ini salah gue..." Lanjutnya.

"Kalo lo udah tau salah mending lo pergi dan jauh-jauh dari kehidupan gue. Gue gak suka orang aneh" ucap Jihoon kemudian melangkahkan kakinya meninggalkan Yoshi yang kini berjongkok sembari menangis dengan menyembunyikan wajahnya.

"Hiks hiks..."

Tak selang beberapa saat, tiba-tiba tubuhnya di tarik untuk berdiri. Kemudian Ia merasakan hangatnya pelukan seseorang dengan wangi yang khas dan dapat Yoshi kenali.

"Lo kalo mau nangis pas ada gue aja gapapa, jangan nangis sendiri" ucapnya. Yoshi mencengkram erat baju yang pemuda itu gunakan untuk menyalurkan rasa sesaknya.

"Hiks hiks gue capek Jae.. gue capek" Jaehyuk mengusap kepala dan punggung Yoshi dengan lembut. "Lo butuh sandaran? Lo bisa bersandar di bahu gue" ucapnya. Jaehyuk membiarkan Yoshi menangis dipelukannya hingga pemuda manis itu tertidur karena lelah.

"Gue yang bakalan bikin lo ngelupain rasa sakit lo" ucapnya sambil menggendong Yoshi dan membawanya masuk ke dalam mobil.

***

"Ayah bunda" kedua orang tua itu menoleh ketika putra sulung mereka menuruni tangga.

"Oci, kenapa sayang?" Tanya bunda. "Ayah pernah ngasih Oci formulir kuliah di Jepang kan?" Tanya Yoshi tiba-tiba membuat ayah dan bunda terkejut. "Kok tiba-tiba kak?" Tanya ayah.

"Oci mau kuliah di sana" ucap Yoshi. "Bentar deh, ini kenapa Ci? Tiba-tiba minta kuliah di sana padahal dulu kamu kekeuh gak mau" tanya bunda heran.

"Oci mau nyari suasana baru bunda" ucap Yoshi. Dia tidak berbohong, selain ingin menjauh dari Jihoon, dia juga benar-benar ingin suasana baru.

"Kalo gitu nanti ayah urus ya kepindahan kamu" ucap ayah. "Tapi bisa gak rahasiain ini yah? Oci gak mau ada yang tau" ayah dan bunda saling menoleh. "Kamu gak mau pamitan sama Jihoon dan yang lain?" Yoshi menggeleng.

"Kita akan berangkat sama-sama karena Haru juga akan pindah" ucap ayah membuat Yoshi terkejut.

"Jadi Haru gak jauh dari Oci?" Tanya Yoshi polos. "Engga dong kak" ucap Haruto yang menyahut tiba-tiba.

Dan hari itu, adalah hari terakhir Yoshi berada di sana. Hari terakhir Yoshi dengan kenangan pahitnya. Yoshi pergi benar-benar menghilang tanpa kabar. Pihak kampus juga diminta merahasiakan hal ini.



















"Selamat tinggal Park Jihoon..."

****

"Arrrghhhhh anjing!!! Kenapa juga gue harus mikirin dia?! Masa gue belok? Gak ini gak mungkin!" Umpat Jihoon yang saat ini tengah berlatih dengan samsak yang menjadi sararan kemarahannya.

"Ck! Kenapa juga gue harus benci sama dia? Padahal dia gak nyakitin gue" gumam Jihoon. Setelah puas dengan marah-marahnya, Ia memilih untuk pulang ke rumah. Namun saat melewati rumah milik Yoshi, Jihoon menatap heran karena tumben rumah itu sepi dengan lampunya yang semua mati.

"Tumben" gumam Jihoon. Kemudian Ia melajukan motornya dan masuk ke pekarangan rumahnya yang ada di sebelah rumah Yoshi. Jihoon masuk ke dalam langsung menuju kamarnya. Ia menuju balkon lalu menatap ke arah balkon kamar Yoshi yang juga gelap.

"Dia belum pulang?" Gumam Jihoon. "Gak mungkin kan mati listrik?" Tapi Jihoon baru menyadari jika akhir-akhir ini Yoshi tidak pernah muncul lagi di hadapannya sejak kejadian di taman. Lalu dia berpikir kembali untuk apa dia mengingat Yoshi?



Hari hari Jihoon terasa semakin berat. Ia memikirkan Yoshi, memikirkan kemana perginya pemuda itu. Tidak hanya itu bahkan Haruto juga tidak pernah muncul. Kedua orang tuanya pun sama. Hal itu membuat Jihoon semakin dilanda kebingungan. Ia akhir-akhir ini juga mengabaikan Lia kekasihnya.

"Kenapa sih Hoon? Kamu selalu aja sibuk setiap aku minta jalan" ucap Lia. "Sayang aku beneran gak bisa, janji deh besok aku temenin" begitulah Jihoon. Dia akan terus menghindar karena merasa hubungannya dengan Lia benar-benar hampa.

Akhir-akhir ini Jihoon lebih memikirkan Yoshi. Pemuda yang dulu selalu ada untuknya. Pemuda yang memiliki status sahabat dan selalu membuatnya tertawa itu kini benar-benar pergi. Jihoon menyadari perkataannya yang pasti membuat Yoshi terluka. Bisa dikatakan Ia menyesal sekarang.

****

Lost in You [END] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang